kasus Amerika Serikat. Brata dan Arifin 2003 juga telah mencoba menganalisis aspek fiskal pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi propinsi di Indonesia.
Namun, seperti juga kecenderungan studi-studi yang telah dikemukakan di atas, aspek fiskal yang diamati belum mencakup sisi penerimaan maupun komposisinya
tetapi baru pada sisi pengeluaran khususnya pengeluaran pembangunan sebagai proksi dari investasi sektor publik lokal. Sementara itu aspek penerimaan pemerintah
daerah merupakan salah satu isu krusial bagi Indonesia. Sebelum diberlakukannya kebijakan otonomi daerah tahun 1999, pemerintah daerah baik tingkat propinsi Dati
I maupun kabupatenkota Dati II lebih banyak tergantung pada pemerintah pusat Kuncoro, 1995. Dalam hal ini, andil subsidi dari pemerintah pusat dalam struktur
penerimaan pemerintah daerah sangat tinggi, jauh melebihi Penerimaan Asli Daerah PAD.
2.2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Hampir enam puluh 60 tahun bangsa Indonesia melakukan pembangunan ekonomi, selama itu pula pertumbuhan ekonomi mengalami pasang surut. Fluktuasi
pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat terkait dengan fluktuasi stabilitas sosial, politik dan keamanan. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari nilai absolut maupun
relatif. Secara absolut berarti dilihat dari perubahan PDB tahun lalu dengan tahun sekarang. Misalnya PDB tahun 2004 tumbuh Rp 3 triliun dari tahun 2003. Untuk
mempermudah penggambaran, masa pertumbuhan ekonomi dipilah menjadi tiga 3, yaitu masa orde lama, orde baru dan masa reformasi.
Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009
Masa Orde Lama
Setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomoian Indonesia memasuki era yang sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial, politik dan
keamanan yang sangat dahsyat, sehingga pertumbuhan ekonomi kurang diperhatikan. Kegiatan ekonomi masyarakat sangat minim, perusahaan-perusahaan besar saat itu
merupakan perusahaan peninggalan penjajah yang mayoritas milik orang asing, dimana produk berorientasi pada ekspor. Kondisi stabilitas sosial- politik dan
keamanan yang kurang stabil membuat perusahaan-perusahaan tersebut stagnan. Pada periode tahun 1950-an Indonesia menerapkan model guidance
development dalam pengelolaan ekonomi, dengan pola dasar Growth with Distribution of Wealth di mana peran pemerintah pusat sangat dominan dalam
mengatur pertumbuhan ekonomi pembangunan semesta berencana. Model ini tidak berhasil, karena begitu kompleknya permasalahan ekonomi, sosial, politik dan
keamanan yang dihadapi pemerintah dan ingin diselesaikan secara bersama-sama dan simultan. Puncak kegagalan pembangunan ekonomi orde lama adalah terjadi hiper
inflasi yang mencapai lebih 500 pada akhir tahun 1965 Tambunan: 2001.
Masa Orde Baru
Belajar dari kegagalan Orde Lama, Orde Baru sejak awal tahun 1970 menerapkan planned economy dengan pola Growth First then Distribution of Wealth.
Planned economy yang dianut Indonesia merujuk pada pertumbuhan perekonomian dengan pola kemajuan perekonomian suatu masyarakat melalui beberapa tahapan,
sehingga pada masa itu pemerintah mengenalkan adanya Pembangunan Jangka
Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009
Panjang Tahap I PJPT I, dan PJPT II. Pembangunan jangka panjang juga dimasyarakatkan dengan nama Repelita Rencana Pembangunan Lima Tahun,
program ini menunjukkan keberhasilan, terutama dilihat dari indikator makro ekonomi, yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pertumbuhan pendapatan
yang tinggi, tingkat inflasi yang rendah, kestabilan nilai tukar rupiah, rendahnya tingkat pengangguran dan perbaikan sarana perekonomian. Tahapan model
pembangunan Rostow tampak jelas pada tahapan-tahapan pelita di Indonesia selama PJPT I.
Tahap pertama adalah mengubah pola ekonomi traditional yang berbasis pertanian tradisional, dimana penguasaan teknologi masyarakat sangat rendah,
sehingga mayoritas produksi adalah barang-barang pertanian dan bahan mentah menuju pola ekonomi industri industrial economy, di mana kegiatan ekonomi
bertumpu pada industri. Ciri utama pada tahap ini adalah, pertama struktur masyarakat berjenjang, penguasaan teknologi sangat terbatas, penguasaan
sumberdaya yang dipengaruhi oleh hubungan darahkeluarga dan produk utama adalah pertanian.
Tahap kedua adalah precondition untuk take-off tinggal landas, mempunyai beberapa indikator. Sektor pertanian masih merupakan sektor yang dominan dan
penting, kegiatan perekonomian mulai bergerak dinamis, sektor industri, jasa dan lembaga keuangan mulai berkembang. Tahap kedua ini tahap yang sangat krusial,
karena menyiapkan prasarat untuk tinggal landas. Prasarat yang harus disiapkan untuk lepas landas meliputi: Pertama, perbaikan infrastruktur, terutama jalan raya,
Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009
pelabuhan, rel kereta api, lapangan terbang. Pada tahap ini pertumbuhan pendapatan tinggi dan diikuti dengan menurunnya tingkat pertumbuhan penduduk, pertumbuhan
ekonomi meningkat tajam, capital-labor ratio semakin meningkat, share industri dalam pertumbuhan ekonomi semakin besar bahkan mulai menggeser peranan sektor
pertanian. Tahap ketiga adalah initiating take-off, di mana dalam tahap ini peran
pemerintah mulai berkurang. Porsi pembangunan mulai diserahkan kepada swasta. Pemerintah lebih bersifat pendorong, melalui peraturan dan kestabilan politik.
Beberapa indikator utama dalam tahap ini adalah pertama, terjadinya perubahan teknologi dalam pengelolaan baik sektor industri maupun pertanian. Ratio capital to
labor semakin meningkat. Kedua, peran penanaman modal asing dalam pembangunan ekonomi semakin tinggi, bahkan jauh lebih tinggi dari peran swasta
domestik maupun negara. Selanjutnya, growth model bertumpu pada akumulasi kapital melalui pasar modal. Ini berarti peran rakyat dalam pembangunan mulai
diaktifkan, terutama dalam akumulasi modal melalui transaksi di pasar modal. Tahap keempat adalah take-off. Tahap tinggal landas merupakan tahap yang
paling menentukan dalam proses pembangunan ekonomi. Tinggal landas menurut Kuncoro 2000 diartikan sebagai tiga 3 kondisi yang saling terkait, yaitu: 1
Kenaikan laju investasi produktif antara 5 – 10 persen dari pendapatan nasional, 2 Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan laju
pertumbuhan tinggi 3 Adanya kerangka politik, sosial dan institusional yang jelas, yang dapat mendorong ekspansi di sektor modern. Ciri lain pada tahap ini terletak
Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009
pada peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi hanyalah sebagai fasilitator, bukan lagi inisiator. Peran swasta sangat tinggi dalam pembangunan, mekanisme
pasar mulai diperkenalkan dan local currency memasuki perdagangan internasional. Tahap kelima adalah tahap konsumsi tinggi. Pada tahap akhir perkembangan
perekonomian Rostow ini akan ditandai adanya migrasi besar-besaran penduduk kota ke daerah pinggiran kota. Masyarakat mulai timbul kesadaran bahwa kesejahteraan
bukan masalah individu, yang hanya dipecahkan dengan konsumsi individu, namun kesejahteraan merupakan kebutuhan bersama. Meskipun pertumbuhan ekonomi masa
orde baru cukup tinggi, dimana pertumbuhan ekonomi tertinggi pernah mencapai 8 persen Tambunan: 2001 dan pendapatan perkapita mencapai US 1.100 Pratama
Mandala : 2003, namun angka kemiskinan di Indonesia masih tetap tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan pada pertumbuhan pendapatan nasional,
ternyata hanya dinikmati golongan masarakat tertentu saja. Pembangunan ekonomi model Growth First then Distribution of Wealth ternyata menimbulkan kesenjangan
sosial ekonomi pada masyarakat. Dengan berakhirnya PJPT I diharapkan Indonesia sudah mencapai tahap take-off, namun kondisi empirik menunjukkan hasil yang
berbeda. Hasil pembangunan ekonomi tidak dirasakan secara merata oleh masyarakat, sehingga perekonomian menjadi rapuh. Puncak kegagalan pembangunan ekonomi
orde baru adalah terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 Tambunan, 2001b.
Masa Reformasi
Pada masa reformasi perekonomian Indonesia memasuki masa sulit, bahkan sampai saat ini kegiatan perekonomian belum tumbuh normal seperti masa sebelum
Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009
krisis. Krisis ekonomi yang diawali tahun 1997 telah berdampak luas pada semua aspek kehidupan masyarakat, sehingga memicu instabilitas pada bidang sosial, politik
dan keamanan. Kondisi ini memicu timbulnya kekacauan dalam kegiatan perekonomian dan laju inflasi yang semakin tinggi. Begitu beratnya kondisi
perekonomian Indonesia sehingga terpuruk di mata internasional. Pertumbuhan ekonomi menjadi negatif, pendapatan perkapita sebelum krisis
mencapai US 1.100 pada tahun 1999 merosot menjadi US 580 Tambunan, 2001a. Demikian juga dengan nilai kurs rupiah yang sempat menyentuh nilai tertinggi Rp
17.500 per US 1. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya kepercayaan masyarakat dalam negeri maupun internasional terhadap perekonomian Indonesia, sehingga
aktivitas di pasar modal didominasi oleh aktivitas jual, bukan pembelian. Setelah tahun 2000 perekonomian mulai recovery sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia
mulai positif. Sektor-sektor perekonomian yang sebelumnya tumbuh negatif, sudah berkembang menjadi positif. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi berkisar antara 3
sampai 4 persen.
2.3. Kredit Perbankan