BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan
penjelasan mengenai interaksi faktor-faktor tersebut satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan Boediono, 1999. Teori pertumbuhan ekonomi dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yaitu: 1 Teori-teori klasik, mencakup teori pertumbuhan Adam Smith, David Richard,
dan Arthur Lewis. Perbedaan teori Lewis dengan teori-teori Klasik Smith dan Ricardo terletak pada penekanan oleh Lewis pada aspek dualisme
perekonomian, yaitu adanya sektor modern dan sektor tradisional, yang masing- masing memiliki ciri-ciri ekonomi khusus.
2 Teori-teori modern,
yang mencakup empat sub golongan, yaitu:
a. Teori pertumbuhan yang tumbuh dari teori makro Keynes Keynesian. Dalam hal ini termasuk teori pertumbuhan Harrod-Domar, Kaldor.
b. Teori Pertumbuhan Neo Klasik, diawali terutama oleh teori Robert Solow dan Trevor Swan.
c. Teori pertumbuhan optimum
8
Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009
Teori ini bertujuan mencari jalur pertumbuhan yang paling baik optimum bagi suatu perekonomian. Termasuk dalam hal ini teori Dalil Emas dan
Teori Jalan Raya. d. Teori pertumbuhan dengan uang
Teori ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari pertumbuhan Neo Klasik, tetapi dengan tambahan adanya uang di dalam perekonomian
sebagai alat penyimpan kekayaan. Teori pokoknya berawal dari karya James Tobin.
Dalam hal ini diambil satu teori pertumbuhan ekonomi, yaitu teori pertumbuhan Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar adalah perkembangan langsung
dari makro Keynes jangka pendek menjadi suatu teori jangka panjang. Harrod- Domar melihat pengaruh investasi I dalam perspektif waktu yang lebih panjang.
Menurut Harrod-Domar, pengeluaran investasi I tidak hanya mempunyai pengaruh lewat proses multiplier terhadap permintaan agregat Z, tetapi juga terhadap
penawaran agregat S melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang, I menambah stok kapital, misalnya pabrik-
pabrik, jalan-jalan. Jadi I = ΔK, dimana K adalah stok kapital dalam masyarakat. Hal
ini berarti pula peningkatan kapasitas produksi masyarakat. Harrod-Domar mengatakan bahwa setiap penambahan stok kapital masyarakat
K meningkatkan pula kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output QP. QP
Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009
adalah output yang potensial bisa dihasilkan dengan stok kapital yang ada. Hubungan antara K dan QP digambarkan sebagai:
QP = hK ..............................................................................................2.1 dimana h, menunjukkan berapa unit output yang bisa dihasilkan dari setiap unit
kapital. Koefisien ini diberi nama out-put capital ratio, dan kebalikannya, yaitu 1h adalah capital-output ratio.
Hubungan antara K dan QP adalah proporsional, apabila K naik dua kali lipat maka QP juga naik dua kali lipat. Jadi apabila dalam satu tahun ada investasi sebesar
I, maka stok kapital pada akhir tahun tersebut akan bertambah sebesar ΔK = I.
Selanjutnya penambahan kapasitas ini akan meningkatkan output potensial sebesar: ΔQP = h ΔK = hI hK ..........................................................................2.2
Semakin besar I, semakin besar tambahan out potensial. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan. Pembangunan bertujuan menentukan usaha pembangunan yang berkelanjutan dengan tidak menghabiskan sumber daya alam. Teori dan model
pertumbuhan yang dihasilkan dijadikan panduan konsep pembangunan, dimana hal ini dibahas dalam teori pertumbuhan dan pembangunan dan berusaha menganalisa
secara kritikal dengan melihat kesesuaiannya dalam konteks negara. Walaupun tidak semua teori atau model dapat digunakan, namun berbagai pendapat mengenai peranan
faktor pengeluaran termasuk buruh, tanah, modal dan pengusaha dapat menjelaskan penyebab tidak terlaksananya pembangunan dalam sebuah negara. Pada tahap awal,
Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009
pendapatan per kapita menjadi alat ukur utama bagi pembangunan. Namun sesuai dengan perubahan waktu, aspek pembangunan manusia dan pembangunan sumber
daya alam semakin ditekankan. Pembangunan sumber daya alam melihat kepada aspek manfaat kepada generasi akan datang melalui kebijakan masa kini. Oleh karena
itu konsep pembangunan dan pertumbuhan tidak ditafsirkan dari perspektif ekonomi semata-mata, namun meliputi berbagai disiplin seperti pendidikan, perindustrian dan
kebijakan Idris dan Dan, 2004. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan
merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi, karena penduduk bertambah terus dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah terus,
maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini hanya bisa didapat lewat peningkatan output agregat barang dan jasa atau produk domestik bruto
PDB setiap tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDB yang berarti juga penambahan pendapatan nasional
Tambunan, 2001a. Pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dalam nilai absolut dan nilai relatif
persentase. Pertumbuhan dalam nilai absolut dinyatakan dalam rupiah, misalnya PDB tahun 2000 tumbuh Rp. 2 triliun dibandingkan PDB tahun 1999. Sedangkan
pertumbuhan dalam persentase dapat dihitung dengan cara sederhana, sebagai berikut Tambunan, 2001b.
ΔPDBt = [PDBt – PDBt-1 PDBt-1] x 100 …………….. 2.3
Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009
dimana ΔPDBt = pertumbuhan ekonomi tahun t tertentu dalam nilai absolut, t-1 =
tahun sebelumnya. Untuk mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun, menggunakan rumus sebagai berikut:
r =
100 x
1 t
tn
1 n
⎥ ⎥
⎦ ⎤
⎢ ⎢
⎣ ⎡
− ⎟⎟⎠
⎞ ⎜⎜⎝
⎛
−
…………………………………….2.4
atau dengan compounding factor : tn = t01 + r
n-1
……………………………………………2.5 dimana r = laju pertumbuhan PDB rata-rata per tahun, n = jumlah tahun misalnya
untuk periode 1990-an, n = 10, t
n
= tahun akhir periode, t = tahun awal periode,
1 + r
n-1
menggambarkan compound factor. Menurut Tambunan 2001 b, pertumbuhan ekonomi dalam nilai absolut selanjutnya dapat dinyatakan dalam nilai
nominal berdasarkan harga berlaku dan nilai riil nyata berdasarkan harga konstan. Pembangunan ekonomi sebuah negara pada dasarnya bertujuan untuk
mencapai kemakmuran masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan distribusi pendapatan yang merata. Kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi tersebut
dapat tercipta melalui bekerjanya pasar secara efisien. Mekanisme pasar akan bekerja secara efisien apabila tersedia tata aturan dan hukum-hukum pasar yang dilaksanakan
dengan baik. Ketersediaan tata aturan dan hukum tersebut mengundang peran para pembuat undang-undang parlemen dan pelaksana undang-undang pemerintah.
Selain itu, Pemerintah termasuk bank sentral menyusun kebijakan-kebijakan yang disesuaikan dengan perkembangan untuk lebih cepat merealisasikan tujuan-tujuan
Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009
yang diinginkan dalam koridor undang-undangperaturan yang sudah dijalankan. Atas dasar itu, Pemerintah melalui kebijakan makroekonomi, investasi, perdagangan,
pelaksanaan hukum serta perundang-undangan mempunyai peranan penting dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi bekerjanya pasar secara optimal. Demikian
pula halnya bank sentral yang menetapkan kebijakan moneter, sebagai salah satu elemen kebijakan makroekonomi mempunyai peranan penting dalam penciptaan
kondisi bagi bekerjanya mekanisme pasar yang efisien Abdullah, 2003. Implikasi dari kebijakan fiskal pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi
masih banyak diperdebatkan baik dari sisi teori maupun studi empirisnya yang juga masih terus berkembang. Pada awalnya yang lebih diperhatikan adalah kuantitas
pengeluaran pemerintah, namun pada tahap selanjutnya aspek-aspek lain dari kebijakan fiskal pemerintah tersebut dirasa perlu pula untuk diamati. Selain efektifitas
atau efisiensi dari pengeluaran pemerintah baik besarannya size dan alokasi sektoralnya, dampak dari cara pemerintah dalam membiayai pengeluarannya terhadap
pertumbuhan ekonomi juga merupakan area studi yang menarik Gunadi, 2004. Seperti disebutkan oleh Aschauer 2000, persoalan kebijakan fiskal pemerintah
mencakup “how much you have”, “how you pay for it” dan “how you use it”. Selain cross-countries studies seperti Baffes dan Shah 1998, Dessus dan Herrera 2000,
Aschauer 2000, Gupta et al. 2002, hubungan antara kebijakan fiskal dengan pertumbuhan ekonomi pada tingkat daerah di suatu negara juga telah mendapatkan
perhatian. Hal terakhir ini misalnya studi Rappaport 1999 dengan kasus Amerika Serikat, Bergstrom 1998 dengan kasus Swedia, Lall dan Yilmaz 2000 dengan
Yunan : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2009
kasus Amerika Serikat. Brata dan Arifin 2003 juga telah mencoba menganalisis aspek fiskal pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi propinsi di Indonesia.
Namun, seperti juga kecenderungan studi-studi yang telah dikemukakan di atas, aspek fiskal yang diamati belum mencakup sisi penerimaan maupun komposisinya
tetapi baru pada sisi pengeluaran khususnya pengeluaran pembangunan sebagai proksi dari investasi sektor publik lokal. Sementara itu aspek penerimaan pemerintah
daerah merupakan salah satu isu krusial bagi Indonesia. Sebelum diberlakukannya kebijakan otonomi daerah tahun 1999, pemerintah daerah baik tingkat propinsi Dati
I maupun kabupatenkota Dati II lebih banyak tergantung pada pemerintah pusat Kuncoro, 1995. Dalam hal ini, andil subsidi dari pemerintah pusat dalam struktur
penerimaan pemerintah daerah sangat tinggi, jauh melebihi Penerimaan Asli Daerah PAD.
2.2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia