Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Laba Pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA

PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTANADI

PROPINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

AZMI ROMI

097017044/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA

PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTANADI

PROPINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

AZMI ROMI 097017044/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

JUDUL TESIS :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI LABA PADA

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

TIRTANADI PROPINSI SUMATERA

UTARA

Nama Mahasiswa : Azmi Romi Nomor Pokok : 097017044 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA) (Iskandar Muda,SE,M.Si,Ak.

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA, CPA)(Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 17 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA. Anggota : 1. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak.

2. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak. 3. Drs. Rasdianto, MA, Ak. 4. Dra. Tapi Anda Sari, M.Si, Ak.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan Tesis yang berjudul :

“Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Laba Pada

Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 17 Januari 2012 Yang membuat pernyataan :


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan) yang mempengaruhi laba secara simultan dan secara parsial pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan operasional bulanan pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 sehingga jumlah observasi penelitian sebesar 36. Metode pengambilan data menggunakan sensus yaitu seluruh populasi merupakan sampel.

Hasil pengujian hipotesis dengan uji simultan (F-test) diperoleh faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan) tidak ada pengaruh signifikan secara simultan terhadap laba pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara. Hasil pengujian hipotesis dengan uji parsial (t-test) pada model regresi berganda diperoleh hasil kebocoran air dan penambahan pelanggan berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap laba perusahaan. Penagihan tunggakan berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap laba perusahaan. Sedangkan penambahan jaringan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap laba perusahaan.

Kata kunci : laba perusahan, kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan.


(7)

ABSTRACT

The purpose of this study was to test and analyze the factors (leakage of water, customer addition, claim for due payment, and network addition) partially and simultaneously influencing the profit of Tirtanadi Local Water Company, Sumatera Utara Province.

The data used in this study were secondary data including monthly financial report and monthly operational activity report within the period of January 2008 to December 2010 that the number of research observation became 36. The data for this study were obtained through census method in which all of the population was selected as the samples for this study.

The result of hypothesis testing by means of simultaneous test (F-test) showed that the factors of leakage of water, customer addition, claim for due payment, and network addition did not have any significant influence on the profit of Tirtanadi Local Water Company, Sumatera Utara Province. The result of hypothesis testing by means of partial test (t-test) through the multiple regression model showed that leakage of water and customer addition had an insignificant negative influence on the profit of the company, yet the claim for due payment had an insignificant positive influence on the profit of the company, while the addition of network had a significant negative influence on the profit of the company.

Keywords: Company’s Profit, Leakage of Water, Customer Addition, Claim for Due Payment, Network Addition


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehinggan penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara beserta seluruh Stafnya.

2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara beserta seluruh Stafnya.

3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi dan sebagai dosen pembimbing utama tesis, yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 4. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak., selaku dosen pembimbing tesis yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 5. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak., selaku dosen pembanding yang telah banyak

memberikan saran-saran dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

6. Drs Rasdianto, MA, Ak., selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran dalam penyelesaian tesis ini.

7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak., selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran-saran dalam penyelesaian tesis ini.

8. Seluruh dosen dan staf administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Direksi PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara dan seluruh Stafnya yang telah memberi izin penelitian dan memberi data dalam penyelesaian tesis ini.

10.Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Akuntansi khususnya angkatan XVII yang telah mendukung dan memberikan saran yang membangun dalam penyelesaian tesis ini.

11.Kedua orang tua, istri tercinta Yasmin Chairunisa Muchtar, SP. MBA dan anakku tersayang M. Azkha Amorie serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi baik moril maupun materil dalam penyelesaian tesis ini. 12.Pihak-pihak lain yang tidak disebutkan yang telah banyak memberikan dukungan

dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga masih diperlukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan kesempurnaan, harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 17 Januari 2012


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 20

1.3. Tujuan Penelitian ... 20

1.4. Manfaat Penelitian ... 20

1.5. Originalitas ... 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 23

2.1. Landasan Teori ... 23

2.1.1. Laba ... 24

2.1.2. Kebocoran air ... 26

2.1.3 Penambahan Pelanggan ... 27

2.1.4 Penagihan Tunggakan ... 27

2.1.5 Penambahan Jaringan ... 28

2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 30

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 32

3.1. Kerangka Konsep ... 32

3.2. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB IV METODE PENELITIAN ... 36

4.1. Jenis Penelitian ... 36

4.2. Lokasi Penelitian ... 36

4.3. Populasi dan Sampel ... 37

4.4. Metode Pengumpulan Data ... ... 38

4.5. Definisi Operasional Variabel .. ... 38

4.6. Metode Analisis Data . ... 41

4.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 43

4.6.1.1 Uji Normalitas ... 44

4.6.1.2 Uji Multikolinearitas ... 44


(11)

4.6.1.3 Uji Autokorelasi ... 45

4.6.1.4 Uji Heteroskedastisitas ... 46

4.6.2. Pengujian Hipotesis ... 47

4.6.2.1 Uji F (F-test) ... 48

4.6.2.2 Uji t (t-Test) ... 48

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

5.1. Deskriptif Data ... 50

5.1.1 Deskripsi Lokasi ... 50

5.1.2 Karakteristik Penelitian ... 50

5.2. Analisis Data ... 53

5.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 53

5.2.1.1 Uji Normalitas ... 54

5.2.1.2 Uji Multikolonieritas ... 56

5.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 59

5.2.1.4 Uji Autokorelasi ... 60

5.3. Pengujian Hipotesis ... 61

5.3.1 Hasil Pengujian Hipotesis secara Simultan ... 61

5.3.2 Hasil Pengujian Hipotesis secara Parsial ... 63

5.4. Pembahasan ... 66

5.4.1. Kebocoran air ... 68

5.4.2 Penambahan Pelanggan ... 69

5.4.3 Penagihan Tunggakan ... 71

5.4.4 Penambahan Jaringan ... 72

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1. Kesimpulan ... 74

6.2. Keterbatasan Penelitian ... 75

6.3 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1. 1. Daftar Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara ... 2

1. 2. Laba Rugi PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara ... 8

1. 3. Produksi Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara ... 10

1. 4. Penjualan Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara ... 10

1. 5. Kebocoran Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara ... 11

1. 6. Harga Penjualan Air Bersih Berdasarkan Golongan ... 12

1. 7. Biaya Kebocoran Air PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara ... 13

1. 8. Jumlah Pelanggan Air PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara ... 14

1. 9. Jumlah Pelanggan Air yang belum Terealisasi ... 15

1. 10. Biaya Penambahan Pelanggan yang belum Terealisasi ... 16

1. 11. Jumlah Tunggakan Rekening Air PDAM Tirtanadi ... 18

1. 12. Biaya Penambahan Jaringan PDAM Tirtanadi ... 19

2. 1. Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 31

4. 1. Jumlah Populasi dan Sampel ... 38

4. 2. Definisi dan Pengukuran Variabel ... 41

5. 1. Deskriptif Data ... 51

5. 2. Deskriptif Statistik ... 52

5. 3. Hasil Pengujian Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov ... 56

5. 4. Matriks Korelasi antar variabel bebas ... 57

5. 5. Variance Inflation Factor (VIF) ... 58

5. 6. Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson ... 60

5. 7. Model Summary ... 62

5. 8. Hasil Anova ... 62

5. 9. Coefficients pada uji t ... 63


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman 3. 1. Kerangka Konsep ... 32 5. 1. Normal PP Plot Residual ... 55 5. 2. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas ... 59


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 2 Permohonan Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana USU

Lampiran 3 Izin Penelitian dari Kadiv. SDM PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara

Lampiran 4 Data Laba Perusahaan PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Lampiran 5 Data Produksi Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Lampiran 6 Data Penjualan Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Lampiran 7 Data Kebocoran Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Lampiran 8 Data Harga Penjualan Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera

Utara

Lampiran 9 Data Biaya Kebocoran Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara

Lampiran 10 Data Jumlah Pelanggan Air PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Lampiran 11 Data Jumlah Pelanggan yang belum Terealisasi PDAM Tirtanadi

Propinsi Sumatera Utara

Lampiran 12 Data Jumlah Biaya Penambahan Pelanggan PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara

Lampiran 13 Data Jumlah Tunggakan Rekening Air PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara

Lampiran 14 Data Jumlah Biaya Penambahan Jaringan Air PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara

Lampiran 15 Deskriptif Data Lampiran 16 Deskriptif Statistik Lampiran 17 Output SPSS


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan) yang mempengaruhi laba secara simultan dan secara parsial pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan operasional bulanan pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 sehingga jumlah observasi penelitian sebesar 36. Metode pengambilan data menggunakan sensus yaitu seluruh populasi merupakan sampel.

Hasil pengujian hipotesis dengan uji simultan (F-test) diperoleh faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan) tidak ada pengaruh signifikan secara simultan terhadap laba pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara. Hasil pengujian hipotesis dengan uji parsial (t-test) pada model regresi berganda diperoleh hasil kebocoran air dan penambahan pelanggan berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap laba perusahaan. Penagihan tunggakan berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap laba perusahaan. Sedangkan penambahan jaringan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap laba perusahaan.

Kata kunci : laba perusahan, kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan.


(16)

ABSTRACT

The purpose of this study was to test and analyze the factors (leakage of water, customer addition, claim for due payment, and network addition) partially and simultaneously influencing the profit of Tirtanadi Local Water Company, Sumatera Utara Province.

The data used in this study were secondary data including monthly financial report and monthly operational activity report within the period of January 2008 to December 2010 that the number of research observation became 36. The data for this study were obtained through census method in which all of the population was selected as the samples for this study.

The result of hypothesis testing by means of simultaneous test (F-test) showed that the factors of leakage of water, customer addition, claim for due payment, and network addition did not have any significant influence on the profit of Tirtanadi Local Water Company, Sumatera Utara Province. The result of hypothesis testing by means of partial test (t-test) through the multiple regression model showed that leakage of water and customer addition had an insignificant negative influence on the profit of the company, yet the claim for due payment had an insignificant positive influence on the profit of the company, while the addition of network had a significant negative influence on the profit of the company.

Keywords: Company’s Profit, Leakage of Water, Customer Addition, Claim for Due Payment, Network Addition


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keadaan geografis Indonesia yang berupa kepulauan dan sumber daya alam daerah yang tidak merata berpengaruh terhadap mekanisme pemerintahan negara Indonesia, untuk memudahkan pengaturan atau penataan pemerintahan, maka diperlukan adanya suatu sistem pengelolaan pemerintahan di tingkat daerah yang dapat berjalan secara efisien dan mandiri tetapi tetap terawasi dari pusat, yang disebut otonomi daerah. Sesuai Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah definisi Otonomi Daerah sebagai berikut : “Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan melakukan otonomi daerah maka kebijakan-kebijakan pemerintah akan lebih tepat sasaran, pemerintah daerah lebih mengerti keadaan dan situasi daerahnya dalam mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki sebagai upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi merupakan salah satu Perusahaan Daerah penyedia air bersih dan pelayanan air bersih untuk warga propinsi Sumatera Utara dituntut untuk dapat menghasilkan pendapatan bagi pemerintah daerah dalam pembangunan daerah sehingga terwujudnya otonomi daerah secara nyata dan bertanggung jawab.


(18)

Tabel 1.1 Daftar Jumlah Penduduk Propinsi Sumatera Utara

Sumbe

Jumlah Penduduk Tahun 2010

1 PEMKO MEDAN 2,109,339

2 PEMKO BINJAI 246,010

3 PEMKO PEMATANG SIANTAR 234,885 4 PEMKO PADANG SIDEMPUAN 191,554 5 PEMKO TANJUNG BALAI 154,426 6 PEMKO TEBING TINGGI 145,180 7 PEMKO GUNUNG SITOLI 125,566

8 PEMKO SIBOLGA 84,444

9 PEMKAB DELI SERDANG 1,789,243

10 PEMKAB LANGKAT 966,133

11 PEMKAB SIMALUNGUN 818,104

12 PEMKAB ASAHAN 667,563

13 PEMKAB SERDANG BEDAGAI 592,922 14 PEMKAB LABUHAN BATU 414,417

15 PEMKAB MADINA 403,894

16 PEMKAB BATUBARA 374,535

17 PEMKAB KARO 350,479

18 PEMKAB LABUHAN BATU UTARA 331,660 19 PEMKAB TAPANULI TENGAH 310,962 20 PEMKAB NIAS SELATAN 289,876 21 PEMKAB TAPANULI UTARA 278,897 22 PEMKAB LABUHAN BATU SELATAN 277,549

23 PEMKAB DAIRI 269,848

24 PEMKAB TAPANULI SELATAN 264,108 25 PEMKAB PADANG LAWAS 223,480 26 PEMKAB PADANG LAWAS UTARA 223,049 27 PEMKAB TOBA SAMOSIR 172,933 28 PEMKAB HUMBANG HASUNDUTAN 171,687

29 PEMKAB NIAS 132,329

30 PEMKAB NIAS UTARA 127,530

31 PEMKAB SAMOSIR 119,650

32 PEMKAB NIAS BARAT 81,461 33 PEMKAB PAKPHAK BHARAT 40,481 Lainnya 881

Total jumlah penduduk 12,985,075

No Uraian


(19)

Dari tabel 1.1 dengan luas wilayah Propinsi Sumatera Utara sekitar 71.680,68 kilo meter persegi, meliputi satu Pemerintahan Propinsi, 8 Pemerintahan Kota dan 25 Pemerintahan Kabupaten, dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar 12.985.075 orang. Besarnya jumlah penduduk di Propinsi Sumatera Utara yang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dalam mendapatkan air bersih, sementara pelayanan PDAM Tirtanadi baru mencapai 27 persen untuk wilayah Propinsi Sumatera Utara, tapi untuk wilayah kota Medan sebenarnya sudah mencapai 78 persen, jadi tinggal 2 persen lagi PDAM Tirtanadi bisa memberi kontribusi PAD kepada Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. PDAM Tirtanadi saat ini merupakan satu-satunya PDAM milik Pemerintah Propinsi, sedangkan PDAM-PDAM yang ada di Indonesia umumnya merupakan milik Pemerintah Kabupaten/Kota.

PDAM Tirtanadi didirikan pada tanggal 23 September 1905 dengan nama NV.Water Leiding Maatschappij Ajer Beresih yang berkantor pusat di Amsterdam negeri Belanda. Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Sumatera Utara No.11 Tahun 1979 perusahaan ini resmi menggunakan nama yang sekarang (Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi) disingkat PDAM Tirtanadi yang berlokasi di Jl.Sisingamangaraja No.1 Medan. Pada tahun 1985, Peraturan Daerah ini disempurnakan dengan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.25 tahun 1985 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Selanjutnya pada tahun 1991 diadakan perubahan pertama Peraturan Daerah No.25 tahun 1985 dengan No.6 tahun 1991. Dalam Peraturan Daerah ini PDAM Tirtanadi


(20)

disamping menangani air bersih juga ditugaskan mengelola air limbah. Selanjutnya pada tanggal 29 April 1999, Peraturan Daerah No.6 tahun 1991 diperbaharui lagi dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.3 tahun 1999

berbagai penghargaan dari beberapa Instansi seperti memperoleh penghargaan sebagai berikut :

1. Piala Citra Pelayanan Prima dari Presiden Republik Indonesia pada tanggal 19 Desember 2002 dan tanggal 19 Desember 2002.

2. Up Grading ISO 9001 : 2000 untuk Deli Tua Water Treatment Plant, pada

tanggal 7 Agustus 2003.

3. Certification ISO 9001:2000 untuk Sunggal Water Treatment Plant pada tanggal

18 Desember 2003.

4. BUMD AWARD Tanggal 22 Juli 2004.

5. AWARD Of Excellent dari Suez Environment Perancis tanggal 26 Agustus 2004.

6. Piala Citra Pelayanan Prima dari Presiden Republik Indonesia pada tanggal 19 Desember 2002 dan tanggal 06 Desember 2004.

7. Zero Accident Award tahun 2004 dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia untuk IPA Sunggal dan IPA Deli Tua tanggal 5 Januari 2005. 8. Penghargaan Sanggraha Krida dari Presiden RI yaitu Lembaga yang berjasa

dalam Bidang Olahraga pada Hari Olah raga Nasional pada tanggal 9 September 2005.


(21)

9. Penghargaan dari DPP PERPAMSI sebagai PDAM yang telah berhasil menjalankan KSO dengan PDAM Tingkat II di Sumatera Utara pada tanggal 27 Nopember 2005 di Makassar oleh Menteri Pekerjaan Umum.

10.Penghargaan Pekerjaan Umum tahun 2005 dan tahun 2006 dari Menteri Pekerjaan Umum atas Pencapaian Kinerja Terbaik Peringkat Pertama Dalam Bidang Cipta Karya, Sub. Bidang Penyelenggaraan Air Minum .

11.Sertifikat Akreditasi SNI 19-17025-2000 dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi pada tanggal 22 Juli 2005.

12.Sertifikat ISO 14001 dalam bidang Manajemen Lingkungan untuk IPA Sunggal dan IPA Deli Tua, yang diserahkan kepada wakil Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 20 September 2005.

13.Penghargaan dari Water Fund Indonesia BV, Belanda sebagai mitra yang sangat baik dalam mencapai kerjasama pada tanggal 14 Desember 2005.

14.Sertifikat ISO 9001:2000 untuk sistem Manajemen Mutu pada Cabang Pelayanan Padang Bulan dan Sunggal dari PT TÜV Nord Indonesia, tanggal 14 Juni 2006. 15.Piala Citra Pelayanan Prima tahun 2006 dari Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara di Jakarta pada tgl 22 Desember 2006.

16.Penghargaan dan piala pekerjaan umum atas 3 kali berturut-turut terbaik nasional dalam pelayanan air minum di kota metropolitan tanggal 5 Desember 2007.


(22)

17.Penyerahan ISO 9001:2000 Tanggal 18 Desember 2007 dalam kategori sistem manajemen mutu untuk kantor pusat.

18.Sertifikat ISO 9001 : 2000 untuk IPA Deli Tua Dan IPA Sunggal pada tgl 7 Agustus dan 18 Desember 2003 serta IPA Limau Manis dan IPA Hamparan Perak bulan Mei 2008.

19.Sertifikat ISO 9001 : 2008 untuk PDAM Tirtanadi (ISO Corporate) pada Bulan

Juli 2009.

Sesuai dengan Kepmendagri No.23 tahun 2009, PDAM di Indonesia tidak diperkenankan memberikan kontribusi PAD bagi daerah yang cakupan pelayanannya belum mencapai 80 persen. Dengan diberlakukannya Kepmendagri No 23 tersebut, sejak tahun 2010 PDAM Tirtanadi tidak lagi memberi kontribusi PAD kepada Pemprop Sumut, sebaliknya kondisi PDAM membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit untuk pengembangan jaringan dan pelayanan dengan adanya kerjasama

organisasi dengan PDAM-PDAM Kabupaten/Kota

PDAM Tirtanadi sebagai sarana pengembangan usaha melalui program penyediaan air bersih yang merata dalam memberikan pelayanan dengan memenuhi persyaratan kualitas air (jernih, tidak berbau dan bebas dari bakteri) dan kuantitas yang dibutuhkan serta kontinuitas penyediaan air bersih untuk kebutuhan warga di Propinsi Sumatera Utara menghadapi berbagai permasalahan, antara lain : masih tingginya angka kebocoran air, masih banyaknya pelanggan yang menunggu


(23)

pemasangan baru, banyaknya Tunggakan Rekening Air (TRA) yang terjadi setiap bulannya dan besarnya biaya dalam penambahan jaringan yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.

1. Laba Perusahaan

Laba (income – disebut juga earnings atau profit) merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan (Subramanyam, 2010). Pada hakikatnya manfaat laba pada perusahaan adalah untuk dapat melihat sejauh mana perusahaan dapat membiayai operasinya dan menghasilkan kembalian bagi perusahaan.

Tujuan utama perusahaan dalam melakukan usaha adalah mencari laba, tetapi disamping laba, perusahaan juga harus menjaga agar tetap solvabel (solvent), artinya

selalu tersedia uang tunai untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dan juga mampu mengembangkan usaha, dengan meningkatkan sumber daya yang dimiliki (Soemarso, 2004). PDAM Tirtanadi dalam perolehan laba dituntut untuk mengembangkan jaringan air bersih dalam peningkatan pelayanan yang prima dan juga mampu memenuhi 80% kebutuhan air bersih pada masyarakat sehingga dapat memberi kontribusi PAD ke daerah dalam pembangunan otonomi daerah.


(24)

Tabel 1.2 Laba Rugi PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 (dalam satuan Rupiah)

Periode 2008 2009 2010

Januari 6,500,789,955 1,901,900,648 4,411,687,705 Februari 5,956,438,464 523,181,295 2,464,197,940 Maret 2,419,001,339 921,011,720 2,928,970,461 April 2,213,935,195 427,657,403 (840,444,363) Mei (2,792,645,779) 229,803,677 3,405,051,630 Juni 1,365,670,642 4,375,340,286 2,080,618,363 Juli (91,015,867) 788,746,153 467,962,558 Agustus (173,934,556) (1,800,678,541) 360,344,743 September (151,829,891) (529,512,978) 1,560,820,843 Oktober 1,358,534,884 1,008,802,633 3,858,772,247 Nopember 3,275,218,179 5,115,772,901 4,959,154,926 Desember (13,596,610,403) 652,962,436 (15,932,583,335) Jumlah 6,283,554,172 13,614,989,642 9,724,555,727 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.

Dari tabel 1.2 dapat dilihat kondisi keuangan dari laba perusahaan yang tidak stabil, dimana adanya laba dan rugi. Laba maksimum sebesar Rp.6,500,789,955 yaitu laba pada bulan Januari pada tahun 2008, sedangkan laba minimum atau rugi sebesar Rp. 15,932,583,335 yaitu pada bulan Desember 2010. Rata-rata keseluruhan laba sebesar Rp. 822,863,709.


(25)

2. Kebocoran Air

Kebocoran pipa pada instansi PDAM umumnya sangat sulit diantisipasi dengan cepat karena keterbatasan personil PDAM yang harus men-survei setiap pipa secara langsung, apalagi kebocoran terjadi di bawah permukaan tanah yang tidak menunjukkan adanya kebocoran fisik di jaringan, berupa kebocoran pipa dan aksesorisnya, serta dapat juga sebagai kebocoran non fisik yaitu pada kesalahan pencatatan meteran air. Kebocoran air juga sangat bergantung dengan berapa besar debet air yang diberikan pompa zona dalam satu wilayah. Jika tekanan air yang diberikan lebih besar dari yang dibutuhkan, maka besar kemungkinan terjadi kebocoran.

Kebocoran air akan menyebabkan kerugian yang sangat besar jika telah melebihi 20% (SK Mendagri No. 47 Tahun 1999) dari total distribusi air dan juga mengurangi ketersediaan air bersih yang akan didistribusikan ke pelanggan, dimana ketersediaan air bersih merupakan permasalahan yang dihadapi PDAM Tirtanadi pada saat ini, dimana tingkat kebocoran pasokan air yang saat ini mencapai 24 persen, juga berdampak berkurangnya penghasilan dari penjualan air bersih. Jika kebocoran air (M3) dikalikan dengan harga rata-rata penjualan air berdasarkan tarif (Rp), maka akan didapat nilai kebocoran air (Rp), sehingga nilai kebocoran air merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.


(26)

Angka kebocoran air diperoleh dari selisih jumlah air bersih yang diproduksi (M3) dengan jumlah air yang dijual (M3) pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.3 Produksi Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara (dalam satuan meter kubik)

Periode 2008 2009 2010

Januari 14,120,303 14,929,204 15,418,063 Februari 14,492,284 14,709,378 15,781,757 Maret 14,328,620 14,837,820 15,448,003 April 14,522,473 15,183,072 15,030,749 Mei 15,210,154 16,403,158 15,974,410 Juni 13,263,498 13,117,144 15,549,031 Juli 14,411,250 15,191,911 15,408,096 Agustus 14,388,808 15,206,299 15,868,636 September 14,879,831 15,763,887 15,579,232 Oktober 14,883,096 15,713,932 15,527,998 Nopember 14,883,097 15,713,932 15,527,997 Desember 11,152,786 11,301,330 16,458,088 Jumlah 170,536,200 178,071,067 187,572,060 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.

Dari tabel 1.3 produksi air bersih secara tahunan terus meningkat, seiring dengan kebutuhan air bersih oleh masyarakat yang terus meningkat juga.

Tabel 1.4 Penjualan Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara (M3)


(27)

Periode 2008 2009 2010 Januari 10,664,779 10,842,637 11,344,523 Februari 10,512,009 10,864,203 11,297,655 Maret 10,422,401 10,934,771 11,451,255 April 10,614,558 11,026,981 11,553,450 Mei 10,647,390 11,168,293 11,676,384 Juni 10,685,257 11,255,822 11,784,825 Juli 10,747,343 11,380,565 11,734,259 Agustus 10,844,038 11,387,998 11,532,447 September 10,699,641 11,392,922 11,512,220 Oktober 10,749,743 11,404,952 11,674,239 Nopember 11,017,206 11,265,997 11,667,819 Desember 10,651,118 11,253,624 10,120,116 Jumlah 128,255,483 134,178,765 137,349,192 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.

Pada tabel 1.4 dapat dilihat penjualan air bersih PDAM Tirtanadi secara tahunan terus meningkat, dikarenakan jumlah pelanggan yang terus bertambah.

Tabel 1.5 Kebocoran Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara

meter kubik % meter kubik % meter kubik % Januari 3,455,524 24.47 4,086,567 27.37 4,073,540 26.42 Februari 3,980,275 27.46 3,845,175 26.14 4,484,102 28.41 Maret 3,906,219 27.26 3,903,049 26.30 3,996,748 25.87 April 3,907,915 26.91 4,156,091 27.37 3,477,299 23.13 Mei 4,562,764 30.00 5,234,865 31.91 4,298,026 26.91 Juni 2,578,241 19.44 1,861,322 14.19 3,764,206 24.21 Juli 3,663,907 25.42 3,811,346 25.09 3,673,837 23.84 Agustus 3,544,770 24.64 3,818,301 25.11 4,336,189 27.33 September 4,180,190 28.09 4,370,965 27.73 4,067,012 26.11 Oktober 4,133,353 27.77 4,308,980 27.42 3,853,759 24.82 Nopember 3,865,891 25.98 4,447,935 28.31 3,860,178 24.86 Desember 501,668 4.50 47,706 0.42 6,337,972 38.51 Jumlah 42,280,717 43,892,302 50,222,868

Rata-rata 3,523,393 24.33 3,657,692 23.95 4,185,239 26.70

Periode 2008 2009 2010


(28)

Dari tabel 1.5 dapat dilihat selisih dari jumlah produksi air bersih (M3) dengan jumlah penjualan air bersih (M3) didapat angka kebocoran air (M3). Kebocoran air terbesar pada Desember 2010 sebesar 6,337,972 m3 dengan 38.51%, sedangkan kebocoran air terkecil pada Desember 2009 sebesar 47,706 M3 dengan 0.42%. Persentase kebocoran air setiap bulannya masih tinggi, jika dirata-ratakan pertahun melebihi 20%, berdasarkan SK Mendagri No. 47 Tahun 1999, kebocoran air yang melebihi 20% menyebabkan kerugian yang sangat besar karena mengurangi ketersediaan air bersih yang akan didistribusikan ke pelanggan.


(29)

Tabel 1.6 Harga Penjualan Air Bersih berdasarkan Golongan

Golongan Pelanggan 0 - 10 M3 11 - 20 M3 > 20 M3 Rata-Rata A. Golongan Sosial

1. Sosial Umum (S1) 575 575 575 575 2. Sosial Khusus (S2) 575 630 690 632 B. Golongan Non Niaga

1. Rumah Tangga

- Rumah Tangga 1 575 630 690 632 - Rumah Tangga 2 725 1,335 2,355 1,472 - Rumah Tangga 3 990 1,885 3,105 1,993 - Rumah Tangga 4 1,170 2,930 4,600 2,900 - Rumah Tangga 5 1,675 3,355 5,035 3,355 - Rumah Tangga 6 2,100 3,780 5,460 3,780 2. Kedutaan / Konsulat 1,625 2,665 6,500 3,597 3. Instansi Pemerintah/TNI/POLRI 1,310 1,935 5,185 2,810 C. Niaga / Usaha

1. Niaga Kecil /N1 2,045 2,180 3,620 2,615 2. Niaga Menengah /N2 3,355 3,400 4,820 3,858 3. Niaga Besar / N3 4,565 4,655 5,450 4,890 D. Golongan Industri

1. Industri Kecil /IN 1 3,400 3,400 6,025 4,275 2. Industri Besar (IN 2) 4,550 4,560 7,750 5,620 E. Golongan Pelanggan Khusus 12,800 12,800 12,800 12,800

Rata-rata keseluruhan 3,488

Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.

Dari tabel 1.6 harga penjualan air besih yang berlaku sejak tahun 2006 sampai sekarang dapat dilihat rata-rata harga penjualan air minimum pada golongan sosial umum (S1) sebesar Rp. 575/M3, sedangkan rata-rata harga penjualan air maksimum pada golongan pelanggan khusus sebesar Rp. 12,800/M3. Angka kebocoran air dalam satuan meter kubik yang merupakan selisih dari jumlah produksi air dengan jumlah penjualan air, jika dikalikan dengan rata-rata keseluruhan harga penjualan air yaitu Rp. 3.488/M3 akan didapat kebocoran air dalam satuan rupiah, seperti terlihat pada tabel berikut ini :


(30)

(31)

Tabel 1.7 Biaya Kebocoran Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara (dalam satuan Rupiah)

Periode 2008 2009 2010

Januari 12,052,867,712 14,253,945,696 14,208,507,171 Februari 13,883,199,200 13,411,970,400 15,640,548,125 Maret 13,624,891,872 13,613,834,912 13,940,657,024 April 13,630,807,520 14,496,445,408 12,128,818,912 Mei 15,914,920,832 18,259,209,120 14,991,514,688 Juni 8,992,904,608 6,492,291,136 13,129,550,528 Juli 12,779,707,616 13,293,974,848 12,814,343,456 Agustus 12,364,157,760 13,318,233,888 15,124,627,232 September 14,580,502,720 15,245,925,920 14,185,737,856 Oktober 14,417,135,264 15,029,722,240 13,441,911,392 Nopember 13,484,227,808 15,514,397,280 13,464,300,864 Desember 1,749,817,984 166,398,528 22,106,846,336 Jumlah 147,475,140,896 153,096,349,376 175,177,363,584 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.

Dari tabel 1.7 dapat dilihat nilai kebocoran air setiap bulannya lebih besar dari pada laba yang diperoleh PDAM Tirtanadi setiap bulannya, dimana nilai kebocoran air ini merupakan kehilangan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.

Nilai kebocoran air yang besar ini merupakan permasalahan PDAM Tirtanadi yang harus dianalisis dan dievaluasi oleh perusahaan dalam mengatasi keterbatasan ketersediaan air bersih, kemampuan untuk memperoleh laba, dan kelangsungan perusahaan pada saat ini maupun dimasa yang akan datang.


(32)

3. Penambahan Pelanggan

Kebutuhan air bersih oleh masyarakat terus meningkat seiiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Sementara PDAM Tirtanadi Sumatera Utara mengakui sedang kekurangan distribusi air minum, bahkan sumber yang seharusnya diandalakan untuk memenuhi persediaan air tidak mampu memenuhi pelayanan air sampai ke masyarakat karena kapasitas produksi belum memungkinkan, sehingga jumlah pelanggan yang menunggu sambungan air terus meningkat setiap bulannya.

Tabel 1.8 Jumlah Pelanggan Air PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara (dalam satuan unit)

Periode 2008 2009 2010

Januari 374,068 391,825 397,511 Februari 375,547 392,115 398,126 Maret 376,876 392,479 398,939 April 378,845 393,045 400,055 Mei 380,757 393,572 401,300 Juni 382,253 393,970 402,830 Juli 384,158 394,736 404,138 Agustus 384,158 395,408 402,096 September 387,265 395,689 402,906 Oktober 388,805 396,152 403,797 Nopember 389,791 396,648 405,232 Desember 391,450 397,006 406,005 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.

Dari table 1.8 dapat dilihat penambahan jumlah pelanggan terjadi setiap bulannya, selisih jumlah pelanggan bulanan dengan bulan sebelumnya merupakan pelanggan baru ditambah dengan jumlah pelanggan yang mengundurkan diri dan mengalami pemutusan setiap bulannya. Peneliti tidak menjelaskan secara rinci jumlah


(33)

pelanggan baru, tetapi peneliti ingin meneliti dan menganalisa jumlah pelanggan yang menunggu sambungan air setiap bulannya, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.9 Jumlah Pelanggan Air yang belum terealisasi

Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 (dalam satuan unit)

Periode 2008 2009 2010

Januari 35 237 683 Februari 38 261 726 Maret 43 273 849 April 47 298 894 Mei 49 327 918 Juni 52 359 941 Juli 56 386 973 Agustus 64 406 1,186 September 86 439 1,353 Oktober 97 488 1,592 Nopember 118 517 1,759 Desember 163 624 2,165 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.

Dari tabel 1.9 dapat dilihat jumlah pelanggan air yang belum terealisasi terus meningkat, artinya ketidakmampuan PDAM Tirtanadi dalam memenuhi pelayanan air sampai ke masyarakat karena kapasitas produksi belum memungkinkan. Jika jumlah pelanggan air yang belum terealisasi dapat direalisasikan, maka perusahaan akan mendapatkan pendapatan dari biaya pemasangan dalam memperoleh laba. Rata-rata biaya pemasangan untuk tahun 2008 sebesar Rp. 1,300,000 untuk setiap unit, tahun 2009 sebesar Rp. 1,500,000/unit, tahun 2010 sebesar Rp. 1,750,000/unit, sehingga jumlah biaya penambahan pelanggan dalam satuan rupiah dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(34)

Tabel 1.10 Jumlah Biaya Penambahan Pelanggan Air yang belum terealisasi Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010

(dalam satuan rupiah)

Periode 2008 2009 2010

Januari 45,500,000 355,500,000 1,195,250,000 Februari 49,400,000 391,500,000 1,270,500,000 Maret 55,900,000 409,500,000 1,485,750,000 April 61,100,000 447,000,000 1,564,500,000 Mei 63,700,000 490,500,000 1,606,500,000 Juni 67,600,000 538,500,000 1,646,750,000 Juli 72,800,000 579,000,000 1,702,750,000 Agustus 83,200,000 609,000,000 2,075,500,000 September 111,800,000 658,500,000 2,367,750,000 Oktober 126,100,000 732,000,000 2,786,000,000 Nopember 153,400,000 775,500,000 3,078,250,000 Desember 211,900,000 936,000,000 3,788,750,000 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.

Dari tabel 1.10 dapat dilihat jumlah biaya penambahan pelanggan yang belum terealisasi jika direalisasikan setiap bulannya akan menambah pendapatan perusahaan dalam memperoleh laba. PDAM Tirtanadi harus segera mengatasi permasalahan ini untuk dapat memberikan pelayanan dan mampu memenuhi kabutuhan air secara berkelanjutan, dengan meningkatkan distribusi air dengan mengoptimalkan sumber daya alam yang ada, sehingga tidak ada lagi pelanggan yang menunggu sambungan baru.

Berdasarkan permasalahan ini peneliti melakukan penelitian untuk menganalisa hubungan antara jumlah penambahan pelanggan yang belum terealisasi dengan laba, untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh PDAM Tirtanadi.


(35)

4. Penagihan Tunggakan

PDAM Tirtanadi menerbitkan rekening air setiap bulannya, berdasarkan pemakaian pelanggan yaitu angka yang tertera di meteran air dikalikan dengan tarif pelanggan, yang terdiri dari rumah tangga, sosial, niaga dan instansi. Penagihan rekening air dilakukan sepenuhnya oleh Koperasi Karyawan Tirtanadi (KopKarTir). Pembayaran rekening berjalan dari tanggal 1 sampai dengan 20 setiap bulannya. Pelayanan yang dilakukan oleh Kopkartir adalah dengan melakukan dua kali kunjungan untuk setiap pelanggan, kunjungan pertama untuk memberikan struk atau lembar informasi tagihan, dan selanjutnya adalah untuk mengutip pembayaran tagihan pelanggan setiap bulannya. Pelanggan juga dapat membayar langsung tagihan rekening air di loket pembayaran tagihan air Kopkartir di setiap cabang.

Rekening air yang belum diterima perusahaan setelah batas waktu pembayaran disebut dengan Tunggakan Rekening Air (TRA), dengan dikenakan denda berdasarkan tarif, pada bulan ke dua akan mendapatkan surat peringatan pemutusan air, dan apabila lewat 3 bulan akan dilakukan pemutusan. Jumlah tunggakan rekening air periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(36)

Tabel 1.11 Jumlah Tunggakan Rekening Air PDAM Tirtanadi Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 (dalam satuan rupiah)

Periode 2008 2009 2010

Januari 52,096,237 90,235,848 65,259,877 Februari 51,533,215 90,552,413 65,842,328 Maret 52,098,757 89,887,564 64,258,618 April 51,998,522 89,256,855 64,835,089 Mei 52,210,008 89,821,483 65,644,752 Juni 51,726,951 91,862,752 66,108,098 Juli 51,935,729 91,258,357 65,724,603 Agustus 51,351,257 89,869,576 65,069,541 September 51,634,821 88,528,238 64,992,107 Oktober 50,548,329 89,756,833 63,428,686 Nopember 51,930,988 88,321,285 63,358,978 Desember 51,658,598 88,506,597 63,498,395 Jumlah 620,723,412 1,077,857,801 778,021,072 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.

Dari tabel 1.11 dapat dilihat jumlah tunggakan rekening terjadi setiap bulannya dalam jumlah yang cukup besar, TRA tidak seharusnya terjadi, karena merugikan pelanggan dan PDAM Tirtanadi. Kerugian pada pelanggan adalah denda tagihan yang harus dibayarkan, sedangkan bagi PDAM Tirtanadi adalah berkurangnya profit margin dan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagih, yang pada akhirnya akan mempengaruhi perusahaan mendapatkan laba.

Berdasarkan permasalahan ini peneliti melakukan penelitian untuk menganalisa hubungan antara jumlah tunggakan rekening air dengan laba, untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh PDAM Tirtanadi.


(37)

5. Penambahan Jaringan

Penambahan jaringan untuk bahan baku air bersih membutuhkan biaya yang besar yang dapat mempengaruhi laba pada PDAM Tirtanadi. Akan tetapi banyak sekali manfaat yang diperoleh dengan adanya penambahan jaringan ini, antara lain adalah agar mampu memenuhi besarnya kebutuhan air bersih masyarakat dan secara jangka panjang tentunya akan dapat meningkatkan laba bagi perusahaan.

Tabel 1.12 Jumlah Biaya Penambahan Jaringan Air PDAM Tirtanadi Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 (dalam satuan rupiah)

Periode 2008 2009 2010

Januari 277,786,400 741,638,966 851,436,080 Februari 727,419,037 1,341,052,216 1,250,520,757 Maret 1,889,236,785 935,836,341 1,382,926,713 April 913,976,737 1,107,465,073 956,445,332 Mei 980,477,047 821,549,728 2,462,267,880 Juni 1,210,462,018 934,800,747 1,469,590,408 Juli 411,241,961 724,900,567 1,424,826,187 Agustus 432,218,284 987,450,500 1,259,848,642 September 1,553,265,233 1,200,875,455 709,810,220 Oktober 356,976,489 1,850,500,700 1,511,104,099 Nopember 2,194,028,227 975,500,400 922,904,867 Desember 2,403,736,111 2,389,236,785 2,258,940,318 Jumlah 13,350,824,328 14,010,807,478 16,460,621,504 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.

Dari tabel 1.12 dapat dilihat besarnya biaya penambahan jaringan air PDAM Tirtanadi untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, mengatasi permasalahan keterbatasan ketersediaan air bersih, dapat mewujudkan pelayanan prima yang dapat memenuhi 80 persen pelayanan kepada masyarakat Sumatera Utara sehingga mampu memberikan konstribusi PAD pada Perusahaan Daerah.


(38)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

Apakah faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan) mempengaruhi laba secara simultan dan secara parsial pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

Untuk menganalisis faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan) yang mempengaruhi laba secara simultan dan secara parsial pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi penulis terutama dalam mengimplementasikan teori-teori dan literatur-literatur yang diperoleh semasa kuliah dengan realita yang ada di lapangan.


(39)

2. Bagi perusahaan, khususnya PDAM Tirtanadi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laba dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan.

3. Dunia ilmu pengetahuan, Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan perbandingan maupun literature dan referensi bagi karya ilmiah maupun penelitan selanjutnya.

1.5 Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2002) dengan judul : Analisis Pengaruh Faktor Kebocoran Air, Penagihan Tunggakan dan Penembahan Pelanggan Terhadap Rentabilitas (studi kasus pada PDAM Kabupaten Semarang).

Beda penelitian ini dengan penelitian Damanik adalah :

1. Variabel bebas, dalam penelitian Damanik (2002) adalah kebocoran air, penagihan tunggakan dan penambahan pelanggan. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan.

Variabel terikat, dalam penelitian Damanik adalah rentabilitas, sedangkan pada penelitian ini variabel terikatnya adalah laba

2. Periode penelitian Damanik adalah 1997 sampai dengan 2001, sedangkan periode penelitian ini 2008 sampai dengan 2010.


(40)

3. Lokasi penelitian Damanik adalah PDAM Kabupaten Semarang, Sedangkan penelitian ini adalah PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara.


(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Secara umum, penelitian ilmiah dapat didefinisikan sebagai investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari suatu proposisi hipotesis mengenai hubungan tertentu antar fenomena (Kerlinger, dalam Kuncoro, 2003). Kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kata kualitas sendiri mengandung banyak pengertian, beberapa contoh pengertian

1. Kesesuaian dengan persyaratan;

kualitas menurut Tjiptono dan Diana (2002) adalah :

2. Kecocokan untuk pemakaian; 3. Perbaikan berkelanjutan; 4. Bebas dari kerusakan/cacat;

5. Pemenuhan kebutuhan pelangggan sejak awal dan setiap saat. 6. Melakukan segala sesuatu secara benar;

7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan.

Tingkat kesehatan BUMD dapat diukur dari ekonomi/pertumbuhan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Bagi penganut Good Corporate Governance (GCG), perusahaan yang sehat dan baik adalah perusahaan yang mampu


(42)

2.1.1 Laba

Tujuan utama perusahaan dalam melakukan usaha adalah mencari laba, tetapi disamping laba, perusahaan juga harus menjaga agar tetap solvabel (solvent),

artinya selalu tersedia uang tunai untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dan juga mampu mengembangkan usaha, dengan meningkatkan sumber daya yang dimiliki (Soemarso, 2004).

Menurut Marwata dkk (2001: 124-126), dalam Belkaoui manfaat pengukuran laba adalah sebagai berikut :

Laba (income – disebut juga earnings atau profit) merupakan

ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan (Subramanyam, 2010). Pada hakikatnya manfaat laba pada perusahaan adalah untuk dapat melihat sejauh mana perusahaan dapat membiayai operasinya dan menghasilkan kembalian bagi perusahaan.

1. Laba merupakan dasar perhitungan pajak dan pendistribusian kembali kekayaan kepada masing-masing individu.

2. Laba dipandang sebagai suatu pedoman dalam menentukan kebijakan perusahaan mengenai pembagian dividend an program perluasan atau ekspansi.

3. Laba dipandang sebagai suatu pedoman untuk investasi dan dalam pengambilang keputusan.

4. Laba dipergunakan sebagai alat prediksi laba masa yang akan datang.

5. Laba merupakan alat pengukuran efisiensi manajemen dalam mengelola perusahaan.


(43)

Menurut akuntansi yang dimaksud dengan laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasikan yang timbul dari transaksi pada periode tertentu yang dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Belkaoui dalam Harahap, 2008), definisi tentang laba mengandung lima sifat, sebagai berikut :

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.

2. Laba akuntansi didasarkan pada potsulat “periodik” laba itu, artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.

3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang dimaksud hasil.

4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.

5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching artinya hasil dikurangi biaya

yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.

Sedangkan berdasarkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tahun 2004, pengertian laba adalah sebagai berikut: ‘Defenisi penghasilan (income) meliputi baik

pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan penghasilan jasa (fees), bunga, royalty, defenisi penghasilan dan mungkin timbul atau tidak mungkin timbul dalam pelaksanaan


(44)

aktivitas perusahaan yang biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian pada hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan. Oleh karena itu, pos tersebut tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini.

2.1.2 Kebocoran Air

Kebocoran air menunjukkan adanya inefisiensi dalam pendistribusian air, sehingga mempengaruhi jumlah air yang dapat dijual. Adanya inefisiensi menunjukkan ratio yang rendah dalam menggunakan sumber daya yang ada (Munawir, 1986). Angka kebocoran air diperoleh dari selisih jumlah air bersih yang diproduksi (M3) dengan jumlah air yang dijual (M3) dalam periode tertentu. Kebocoran air akan menyebabkan kerugian yang sangat besar jika telah melebihi 20% (SK Mendagri No. 47 Tahun 1999) dari total distribusi air dan juga mengurangi ketersediaan air bersih yang akan didistribusikan ke pelanggan, dimana ketersediaan air bersih merupakan permasalahan yang dihadapi PDAM Tirtanadi pada saat ini, juga berdampak berkurangnya penghasilan dari penjualan air bersih, jika kebocoran air (M3) dikalikan dengan harga penjualan air berdasarkan tarif (Rp), maka akan didapat nilai kebocoran air (Rp), sehingga nilai kebocoran air merupakan kemampuan perusahaan untuk memperolehan laba.


(45)

Penyebab kebocoran air adalah : pipa distribusi yang sudah tua dan aus, adanya penyambungan liar oleh masyarakat, pencatatan yang tidak akurat dan masih banyak penyebab yang lainnya.

2.1.3 Penambahan Pelanggan

Pada hahikatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan para pelanggan (Tjiptono dan Diana, 2002). Kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan ditentukan oleh pelanggan (customer), sehingga

perusahaan harus mampu menghasilkan value terbaik bagi customer untuk dapat

bertahan dan bertumbuh dalam lingkungannya (Mulyadi, 1993). Pelanggan suatu perusahaan adalah orang yang membeli dan menggunakan produknya, dan hanya pelanggan yang menilai kualitas dan bagaimana kebutuhan mereka. Adanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya laba yang diperoleh dapat meningkat.

2.1.4 Penagihan Tunggakan

Menurut Munawir (1986), usaha memperbesar profit margin adalah bersangkutan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensi di sektor produksi, penjualan dan administrasi. Semakin lama tunggakan terjadi, maka semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya. Sesuai keputusan Mendagri No.


(46)

690-900-327 tentang Pedoman Penilaian dan Pemantauan Kinerja Keuangan PDAM, juga menggunakan rasio perputaran piutang sebagai salah satu indikator kinerja efisiensi.

Penagihan tunggakan merupakan upaya kebijakan yang ditempuh dalam perbaikan kinerja operasional, melalui langkah-lagkah sebagai berikut :

a. Pembentukan Tim Penagihan Tunggakan

b. Penyusunan Rencana dan Target Penerimaan Tunggakan c. Pelaksanaan Kegiatan Penagihan Tunggakan

Jika penagihan tunggakan terealisasi, maka penagihan tunggakan berpengaruh positif terhadap laba, artinya semakin tinggi nilai penagihan tunggakan maka laba juga akan meningkat.

2.1.5 Penambahan Jaringan

Penambahan jaringan merupakan bagian dari program untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi PDAM saat ini, yaitu kurangnya ketersediaan air bersih dalam memenuhi kebutuhan air bersih oleh penduduk Propinsi Sumatera Utara sesuai Kepmendagri No.23 tahun 2009 harus mencakup pelayanan 80%.

Posted B

Tags:

kota Medan sekitarnya yang membuat resah masyarakat Medan sekitarnya. Namun kondisi ini direspon oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan dengan membangun instalasi/pipa air di PDAM Sunggal dan Hamparan


(47)

Perak/Marelan berkapasitas 580 liter/detik, yakni untuk Sunggal 500 ltr/det dan Marelan 80 ltr/det. Untuk anggaran tersebut, sesuai Perda tahun 1999 dari pernyertaan modal kerja Pemprovsu Rp 200 miliar menjadi direncanakan Rp 400 miliar.

Saat ini PDAM memanfaatkan air dari Sungai Denai, Sungai Bahorok, dan dari areal Sibolangit. Karena ketersediaan air sungai yang tidak stabil, PDAM merencanakan untuk melakukan pengadaan sumur bor. Hal tersebut dianggap solusi termudah walaupun masih perlu dilaksanakannya sosialisasi ke masyarakat. Selain perencanaan program sumur bor, PDAM juga sedang mempertimbangkan Sungai Ular sebagai sumber air baru untuk menjaga ketersediaan air bagi para pelanggan.

Perencanaan penambahan jaringan air bersih selain diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, diharapkan juga harus mampu mencukupi kebutuhan dimasa yang akan datang. Namun untuk penambahan jaringan air yang baru tentunya akan membutuhkan biaya-biaya yang besar. Pada jangka panjang, penambahan jaringan diperkirakan akan meningkatkan laba perusahaan, memenuhi kebutuhan masyarakat, dan juga mampu memberi konstribusi PAD kepada Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara.


(48)

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi oleh Perusahaan Daerah Air Minum telah dilakukan oleh sejumlah peneliti.

1. Suzanti Amalia (2009) dengan judul :

Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Penjualan Air Bersih Terhadap Laba Bersih (Studi Kasus PT PDAM TIRTANADI)

Penelitian ini menyatakan bahwa variabel biaya produksi air bersih berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laba bersih, sedangkan variabel penjualan air bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba bersih.

2. Sutama I. Nyoman dan Dartu (2008) dengan judul :

Analisis Dampak Pembangunan Proyek Jaringan Air Baku Semongkat Terhadap Tingkat Pendapatan PDAM Kabupaten Sumbawa.

Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat dampak yang signifikan pembangunan jaringan air baku Semongkat terhadap pendapatan PDAM Sumbawa, sebesar 38 %.

3. Damanik Walben (2002) dengan judul :

Analisis Pengaruh Faktor Kebocoran Air, Penagihan Tunggakan dan Penambahan Pelanggan terhadap Rentabilitas, yang dilakukan dengan studi kasus pada PDAM Kabupaten Semarang periode 1997 sampai dengan 2001.

Penelitian ini menyatakan bahwa kebocoran air, penagihan tunggakan dan penambahan pelanggan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas,


(49)

secara parsial faktor kebocoran air dan penagihan tunggakan tidak berpengaruh terhadap rentabilitas.

Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu No

Nama dan Tahun Penelitian

Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

1 Amalia Suzanti (2009)

Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Penjualan Air Bersih Terhadap Laba Bersih (Studi Kasus PT PDAM

TIRTANADI)

variabel terikat : Laba Bersih variabel bebas : Biaya Produksi dan Penjualan Air Bersih

variabel biaya produksi air bersih berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laba bersih, sedangkan variabel penjualan air bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba bersih.

2 I. Nyoman Sutama dan Dartu (2006)

Analisis Dampak Pembangunan Proyek Jaringan Air Baku Semongkat Terhadap Tingkat Pendapatan PDAM Kabupaten

Sumbawa.

variabel terikat : Tingkat

Pendapatan variabel bebas :

Pembangunan Jaringan Air Baku Semongkat

bahwa terdapat dampak yang signifikan

pembangunan jaringan air baku Semongkat terhadap pendapatan PDAM Sumbawa, sebesar 38 %.

3 Walben Damanik (2002) Analisis Pengaruh Faktor Kebocoran Air, Penagihan Tunggakan dan Penambahan Pelanggan Terhadap Rentabilitas (Studi Kasus Pada PDAM Kabupaten

Semarang

variabel terikat :

Rentabilitas variabel bebas :

Kebocoran air, Penagihan Tunggakan dan Penambahan Pelanggan

secara simultan : berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas secara parsial : faktor penambahan pelanggan saja yang berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas.


(50)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka dibangun kerangka pemikiran dalam gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Dari kerangka konsep pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa nilai kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap laba, dimana laba

Penambahan Pelanggan

(X2)

Penagihan Tunggakan

(X3)

Penambahan Jaringan Nilai Kebocoran Air

(X1)

Laba (Y)


(51)

merupakan variabel dependen; kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan merupakan variabel independen.

Dalam meningkatkan laba, kerangka konsep tesis ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Hubungan antara nilai kebocoran air dengan laba

Kebocoran air menunjukkan adanya inefifiensi dalam pendistribusian air, sehingga mempengaruhi jumlah air yang dapat dijual. Adanya inefisiensi menunjukkan ratio yang rendah (Munawir, 1986).

Kebocoran air berpengaruh secara negatif terhadap laba, artinya semakin tinggi nilai kebocoran air maka laba semakin rendah.

2. Hubungan antara penambahan pelanggan dengan laba

Pada penelitian ini, dari permasalahan yang dihadapi PDAM Tirtanadi dengan keterbatasan ketersediaan air bersih sehingga banyak pelanggan yang menunggu untuk pemasangan baru terus meningkat setiap bulannya, besarnya jumlah pelanggan yang menunggu jika dikalikan dengan biaya pemasangan berdasarkan tarif dan dikurangi dengan biaya operasional pemasangan merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba.

Jika penambahan pelanggan terealisasi, maka hubungan penambahan pelanggan dengan laba berpengaruh secara positif, artinya semakin tinggi penambahan pelanggan maka laba juga meningkat.


(52)

3. Hubungan antara penagihan tunggakan dengan laba

Tunggakan Rekening Air tidak seharusnya terjadi, karena merugikan pelanggan dan PDAM Tirtanadi. Bagi pelanggan harus membayar denda tagihan berdasarkan tarif, dan bagi PDAM Tirtanadi berkurangnya profit margin dan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagih, dan mempengaruhi perusahaan mendapatkan laba.

Jika penagihan tunggakan terealisasi, maka penagihan tunggakan berpengaruh positif terhadap laba, artinya semakin tinggi nilai penagihan tunggakan maka laba juga akan meningkat.

4. Hubungan antara penambahan jaringan dengan laba

Penambahan jaringan merupakan bagian dari program untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi PDAM saat ini, yaitu kurangnya ketersediaan air bersih dalam memenuhi kebutuhan air bersih oleh penduduk Propinsi Sumatera Utara sesuai Kepmendagri No.23 tahun 2009 harus mencakup pelayanan 80%. Perencanaan penambahan jaringan air bersih selain diperuntukkan sebagai kebutuhan saat ini juga harus bisa mencukupi kebutuhan dimasa yang akan datang. Namun untuk penambahan jaringan air yang baru membutuhkan biaya-biaya yang besar untuk pembangunan jaringan baru.

Peneliti ingin melihat pengaruh penambahan jaringan terhadap laba pada PDAM Tirtanadi sebelum dan sesudah dikeluarkannya Kepmendagri No. 23 tahun


(53)

2009. Dugaan peneliti, pada saat ini dampak dari penambahan jaringan masih negatif, artinya hanya biaya-biaya yang dikeluarkan dan belum menghasilkan laba. Harapan peneliti pada periode yang akan datang penambahan jaringan akan meningkatkan laba, memenuhi pelayanan kebutuhan masyarakat, dan mampu memberi konstribusi PAD kepada Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara.

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka koseptual penelitian, maka dibangun hipotesis penelitian sebagai berikut :

Faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan) mempengaruhi laba secara simultan dan secara parsial pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi.


(54)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar (2003 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan sebagai variabel bebas (X), dan laba sebagai terikat (Y).

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, yang berlokasi di Jl. Sisingamangaraja No. 1 Medan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan operasional bulanan pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010.


(55)

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transakasi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan operasional bulanan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian (Kuncoro, 2003). Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah sensus, dimana seluruh populasi adalah sampel, yaitu laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan operasional bulanan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010.

Dari pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sensus dimana seluruh populasi adalah sampel, yaitu laporan keuangan bulanan dan laporan operasional bulanan PDAM Tirtanadi propinsi Sumatera Utara pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010, maka jumlah observasi dapat dilihat pada tabel berikut:


(56)

Tabel 4.1 Jumlah Populasi dan Sampel

Keterangan Jumlah

Laporan keuangan dan operasional bulanan tahun 2008 12 Laporan keuangan dan operasional bulanan tahun 2009 12 Laporan keuangan dan operasional bulanan tahun 2010 12

Jumlah observasi 36

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan operasional bulanan dari Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara tahun 2008 sampai dengan 2010. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, berupa publikasi, atau data yang sudah dikumpulkan pihak lain (Supranto, 1996).

4.5 Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari : a. Variabel dependen

Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel independen (variabel bebas). Variabel terikat (Y) yang digunakan pada penelitian ini adalah laba, yang diperoleh dari laporan keuangan bulanan pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara.


(57)

b. Variabel independen

Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau yang mempengaruhi variabel yang lain. Variabel bebas (X) yang digunakan pada penelitian ini adalah kebocoran air (X1), penambahan pelanggan (X2), penagihan tunggakan (X3) dan penambahan jaringan (X4), yang diperoleh dari laporan operasional bulanan pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara.

1. Kebocoran Air (X1)

Kebocoran air merupakan air yang hilang, yaitu selisih antara jumlah air yang diproduksi (M3) dengan jumlah air yang dijual (M3). Rasio kebocoran air dihitung dengan membandingkan jumlah air yang hilang (M3) dengan jumlah air yang diproduksi (M3), dinyatakan dalam prosentase. Untuk melihat pengaruhnya terhadap laba, angka kebocoran (M3) akan dikalikan dengan harga penjualan air berdasarkan tarif, sehingga dinyatakan dalam rupiah.

2. Penambahan Pelanggan (X2)

Jumlah pelanggan yang menunggu pemasangan air yang dikarenakan kekurangan ketersediaan air bersih, jika direalisasikan pemasangannya akan menghasilkan pendapatan, sehingga akan meningkatkan laba.


(58)

3. Penagihan Tunggakan (X3)

Tunggakan merupakan sisa hasil penjualan air yang tercatat dalam rekening air, namun belum diterima oleh perusahaan. Jika penagihan tunggakan terealisasi, maka penagihan tunggakan berpengaruh positif terhadap laba, artinya semakin tinggi nilai penagihan tunggakan maka laba juga akan meningkat.

4. Penambahan Jaringan (X4)

Penambahan jaringan air bersih merupakan program sebagai kebutuhan saat ini juga harus bisa mencukupi kebutuhan dimasa yang akan datang. Namun untuk penambahan jaringan air yang baru membutuhkan biaya-biaya yang besar untuk pembangunan jaringan baru.

Dalam melakukan penelitian agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan untuk memudahkan pengertian terhadap variabel penelitian, yaitu variabel independen dan variabel dependen, maka peneliti menetapkan operasionalisasi variabel yang akan diteliti, yang dapat dilihat pada tabel 4.2.


(59)

Tabel 4.2 Definisi dan Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Operasional Parameter skala

1 Laba (Y) selisih antara revenue yang timbul dari transaksi pada peride tertentu dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut

Laba rugi setelah pajak pada laporan keuangan bulanan

Rasio

2 Kebocoran Air (X1)

Kebocoran air merupakan air yang hilang, yaitu selisih antara jumlah air yang diproduksi (M3) dengan jumlah air yang dijual (M3) Angka kebocoran dikalikan harga penjualan air berdasarkan tarif Rasio 3 Penambahan Pelanggan (X2)

Jumlah pelanggan yang menunggu pemasangan air yang dikarenakan

kekurangan ketersediaan air bersih

Jumlah unit pelanggan yang menunggu dikalikan harga pemasangan dikuangi biaya-biaya (beban) pemasangan Rasio 4 Penagihan Tunggakan (X3) Tunggakan merupakan sisa hasil penjualan air yang tercatat dalam

rekening air, namun belum diterima oleh perusahaan

Tunggakan Rekening Air berdasarkan tarif per bulan

Rasio

5 Penambahan Jaringan (X4)

aktivitas pembangunan jaringan air bersih untuk menambah ketersediaan air bersih.

biaya-biaya penambahan jaringan

Rasio

4.6 Metode Analisis Data

Untuk menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh bebarapa variabel independen atau variabel bebas terhadap satu variabel dependen atau variabel terikat, teknik analisis yang dipergunakan adalah model regresi berganda atau Multiple Regression


(60)

dijelaskan dalam model regresi berganda (multiple regression model) sebagai berikut

:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Dimana : Y = variabel terikat = Laba

X = variabel bebas X1 = Kebocoran Air

X2 = Penambahan Pelanggan X3 = Penagihan Tunggakan X4 = Penambahan Jaringan b0 = Konstanta

e = Error term

Model persamaan regresi berganda ini akan diuji Goodness of Fit-nya. Secara statistik, dapat diukur melalui :

1. Koefisien Determinasi (R2).

Mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Menunjukkan apakah semua variabel independen atau variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau variabel terikat.


(61)

Kriteria :

Ha : Variabel independen berpengaruh nyata dan signifikan secara simultan terhadap variabel dependen.

H0 : Variabel independen tidak berpengaruh nyata dan signifikan secara simultan terhadap variabel dependen.

Nilai Sig < 0.05, maka H1 diterima, H0 ditolak Nilai Sig > 0.05, maka H1 ditolak, H0 diterima

3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t),

Uji signifikansi uji statistik t, untuk menunjukkan pengaruh seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen.

4.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

Untuk keabsahan hasil analisis regresi linear berganda, harus terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Salah satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi adalah dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE). Menurut Gujarati (1995),

asumsi klasik yang paling dianggap penting adalah : 1. Memiliki distribusi normal.

2. Tidak terjadi Multikolonieritas antar varabel bebas.

3. Tidak terjadi Heteroskedastisitas atau varian varabel pengganggu yang konstan (Homoskedastisitas).


(62)

4. Tidak terjadi Autokorelasi antar residual setiap variabel bebas. 4.6.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Santoso, 1999). Pada uji normalitas data ini digunakan metode One Sample Kolmogrov-Smirnov Test, merupakan metode yang umum digunakan untuk menguji normalitas data (Hair,et al, 1998) dengan membuat hipotesis sebagai berikut :

Ho : Data terdistribusi normal Ha : Data terdistribusi tidak normal

Jika sigma > 0.05, maka Ha ditolak dan Ho diterima Jika sigma < 0.05, maka Ha diterima dan Ho ditolak

Cara lainnya asumsi distribusi normal diperiksa dengan menggunakan grafik normal pada grafik Plot atau Histogram, jika data mengikuti distribusi normal pada grafik Normal Probability Plot maka data diasumsikan berdistribusi normal.

4.6.1.2 Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali (2009 : 95), uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolonieritas dapat timbul jika variabel independen saling berkolerasi satu sama


(63)

yang lain, sehingga multikolonieritas hanya dapat terjadi pada regresi berganda. Hal ini mengakibatkan perubahan tanda koefesien regresi serta mengakibatkan fluktuasi yang besar pada hasil regresi. Perubahan tanda koefisien regresi ini dapat mengakibatkan kesalahan menafsirkan hubungan antara variabel sehingga keberadaan multikolonieritas ini harus diuji.

Pengujian dapat dilakukan dengan colinearity diagnostic serta partial correlation. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai Variance Inflation Facktor

(VIF). Indikator yang digunakan untuk menentukan adanya multikolonieritas adalah nilai toleransi lebih kecil atau sama dengan 0.10 atau dengan nilai VIF lebih besar atau sama dengan 10 (Ghozali, 2009 :97).

4.6.1.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah suatu kondisi dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu obcervasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series karena


(64)

kelompok pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Pada penelitian ini, gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Uji Durbin-Watson dengan SPSS. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi ditentukan berdasarkan criteria berikut (Ghozali, 2009 :100) :

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka

koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound (dl), maka

koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi positif. 3. Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil

dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

4.6.1.4 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika

variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah tetap) atau tidak terjadi heterokedastisitas.


(65)

Salah satu untuk menguji ada tidaknya Heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah dengan menggunakan grafik plot. Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot (Ghozali, 2009 :146) :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi Heteroskedastisitas.

4.6.2 Pengujian Hipotesis

Ada pengaruh secara simultan dan parsial nilai kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan terhadap laba pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara.

Untuk pengujian hipotesis pertama digunakan analisis regresi linear berganda. Dengan model regresi :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Dimana : Y = variabel terikat = Laba

X = variabel bebas X1 = Kebocoran Air

X2 = Penambahan Pelanggan X3 = Penagihan Tunggakan X4 = Penambahan Jaringan


(66)

b0 = Konstanta E = Error term

Hipotesis diuji dengan menggunakan uji statistik regresi linear berganda dengan bantuan SPSS.

4.6.2.1 Uji F (F-test)

Uji simultan (F-test) merupakan pengujian terhadap signifikansi secara simultan atau bersama-sama, yang dipergunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara simultan atau bersama-sama (Ghozali, 2009). Dasar pengambilan kesimpulan pada uji simultan (F-test) adalah sebagai berikut :

1. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

2. Untuk tingkat signifikansinya yaitu nilai probabilitas α < 0.05 atau 5%

Perhitungan nilai F dengan memperhatikan tabel Anova pada kolom nilai F serta tingkat signifikansi dari model SPSS tersebut.

4.6.2.2 Uji t (t-test)

Uji parsial (t-test) dipergunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (Ghozali, 2009 :59). Dasar pengambilan kesimpulan pada uji parsial (t-test) adalah sebagai berikut:


(67)

1. Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

2. Untuk tingkat signifikansinya yaitu nilai probabilitas α < 0.05 atau 5%

Perhitungan nilai t hitung tidak akan dilakukan secara manual, tetapi dengan bantuan SPSS dengan memperhatikan tabel coefficient pada kolom nilai t serta tingkat signifikansi dari variabel tersebut.


(68)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskriptif Data

Deskriptif data bertujuan untuk menggambarkan data dari keseluruhan variabel-variabel yang diteliti, dilakukan tanpa didahului hipotesis.

5.1.1 Deskripsi Lokasi

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, yang berlokasi di Jl. Sisingamangaraja No. 1 Medan.

5.1.2 Karakteristik Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu, penelitian ini didasarkan atas fenomena permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara yaitu kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan sebagai variabel bebas (X), dan laba sebagai terikat (Y). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan operasional bulanan pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010. Metode pengambilan data menggunakan sensus yaitu seluruh populasi merupakan


(1)

Lampiran 17 Output SPSS

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Penambahan Jaringan, Penagihan Tunggakan,

Kebocoran Air, Penambahan Pelanggana

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Laba Perusahaan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.234E20 4 3.086E19 1.738 .167a

Residual 5.506E20 31 1.776E19

Total 6.740E20 35

a. Predictors: (Constant), Penambahan Jaringan, Penagihan Tunggakan, Kebocoran Air, Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .428a .183 .078 4.214E9

a. Predictors: (Constant), Penambahan Jaringan, Penagihan Tunggakan, Kebocoran Air, Penambahan Pelanggan


(2)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.363E9 4.574E9 .954 .348

Kebocoran Air -.068 .205 -.060 -.334 .740

Penambahan Pelanggan -.326 .829 -.071 -.394 .697

Penagihan Tunggakan 18.738 44.430 .069 .422 .676

Penambahan Jaringan -2.983 1.317 -.403 -2.266 .031


(3)

Descriptive Statistics

N Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error

Unstandardized Residual 36 -1.278 .393 2.742 .768

Valid N (listwise) 36

Model Summaryb Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 36

Normal Parametersa Mean .0000001

Std. Deviation 3.96619927E9

Most Extreme Differences Absolute .121

Positive .068

Negative -.121

Kolmogorov-Smirnov Z .724

Asymp. Sig. (2-tailed) .672

a. Test distribution is Normal.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 4.363E9 4.574E9 .954 .348

Kebocoran Air -.068 .205 -.060 -.334 .740 .824 1.213

Penambahan Pelanggan -.326 .829 -.071 -.394 .697 .799 1.251

Penagihan Tunggakan 18.738 44.430 .069 .422 .676 .998 1.002

Penambahan Jaringan -2.983 1.317 -.403 -2.266 .031 .833 1.201

a. Dependent Variable: Laba Perusahaan


(5)

Coefficient Correlationsa Model Penambahan Jaringan Penagihan Tunggakan Kebocoran Air Penambaha n Pelanggan

1 Correlations Penambahan Jaringan 1.000 .017 .318 -.356

Penagihan Tunggakan .017 1.000 .018 -.045

Kebocoran Air .318 .018 1.000 -.368

Penambahan Pelanggan -.356 -.045 -.368 1.000

Covariances Penambahan Jaringan 1.733 .966 .086 -.389

Penagihan Tunggakan .966 1974.061 .160 -1.653

Kebocoran Air .086 .160 .042 -.062

Penambahan Pelanggan -.389 -1.653 -.062 .687

a. Dependent Variable: Laba Perusahaan

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition Index Variance Proportions (Constant) Kebocoran Air Penambahan Pelanggan Penagihan Tunggakan Penambahan Jaringan

1 1 4.335 1.000 .00 .00 .01 .00 .01

2 .421 3.208 .00 .00 .82 .01 .00

3 .172 5.017 .00 .08 .02 .01 .66


(6)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -3.93E9 3.67E9 8.23E8 1.878E9 36

Std. Predicted Value -2.532 1.517 .000 1.000 36

Standard Error of Predicted

Value 8.569E8 2.850E9 1.498E9 4.782E8 36

Adjusted Predicted Value -4.78E9 4.88E9 1.07E9 2.236E9 36

Residual -1.200E10 6.705E9 .000 3.966E9 36

Std. Residual -2.848 1.591 .000 .941 36

Stud. Residual -3.750 1.758 -.025 1.123 36

Deleted Residual -2.082E10 8.185E9 -2.516E8 5.744E9 36

Stud. Deleted Residual -4.992 1.822 -.082 1.331 36

Mahal. Distance .475 15.039 3.889 3.441 36

Cook's Distance .000 2.067 .116 .411 36

Centered Leverage Value .014 .430 .111 .098 36