aktivitas perusahaan yang biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian pada hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan.
Oleh karena itu, pos tersebut tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini.
2.1.2 Kebocoran Air
Kebocoran air menunjukkan adanya inefisiensi dalam pendistribusian air, sehingga mempengaruhi jumlah air yang dapat dijual. Adanya inefisiensi
menunjukkan ratio yang rendah dalam menggunakan sumber daya yang ada Munawir, 1986. Angka kebocoran air diperoleh dari selisih jumlah air bersih yang
diproduksi M3 dengan jumlah air yang dijual M3 dalam periode tertentu. Kebocoran air akan menyebabkan kerugian yang sangat besar jika telah melebihi
20 SK Mendagri No. 47 Tahun 1999 dari total distribusi air dan juga mengurangi ketersediaan air bersih yang akan didistribusikan ke pelanggan, dimana ketersediaan
air bersih merupakan permasalahan yang dihadapi PDAM Tirtanadi pada saat ini, juga berdampak berkurangnya penghasilan dari penjualan air bersih, jika kebocoran
air M3 dikalikan dengan harga penjualan air berdasarkan tarif Rp, maka akan didapat nilai kebocoran air Rp, sehingga nilai kebocoran air merupakan kemampuan
perusahaan untuk memperolehan laba.
Universitas Sumatera Utara
Penyebab kebocoran air adalah : pipa distribusi yang sudah tua dan aus, adanya penyambungan liar oleh masyarakat, pencatatan yang tidak akurat dan masih
banyak penyebab yang lainnya.
2.1.3 Penambahan Pelanggan
Pada hahikatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan para pelanggan Tjiptono dan Diana, 2002. Kelangsungan hidup
dan pertumbuhan perusahaan ditentukan oleh pelanggan customer, sehingga perusahaan harus mampu menghasilkan value terbaik bagi customer untuk dapat
bertahan dan bertumbuh dalam lingkungannya Mulyadi, 1993. Pelanggan suatu perusahaan adalah orang yang membeli dan menggunakan produknya, dan hanya
pelanggan yang menilai kualitas dan bagaimana kebutuhan mereka. Adanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya laba yang diperoleh
dapat meningkat.
2.1.4 Penagihan Tunggakan
Menurut Munawir 1986, usaha memperbesar profit margin adalah bersangkutan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensi di sektor produksi,
penjualan dan administrasi. Semakin lama tunggakan terjadi, maka semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya. Sesuai keputusan Mendagri No. 690-900-
Universitas Sumatera Utara
327 tentang Pedoman Penilaian dan Pemantauan Kinerja Keuangan PDAM, juga menggunakan rasio perputaran piutang sebagai salah satu indikator kinerja efisiensi.
Penagihan tunggakan merupakan upaya kebijakan yang ditempuh dalam perbaikan kinerja operasional, melalui langkah-lagkah sebagai berikut :
a. Pembentukan Tim Penagihan Tunggakan b. Penyusunan Rencana dan Target Penerimaan Tunggakan
c. Pelaksanaan Kegiatan Penagihan Tunggakan Jika penagihan tunggakan terealisasi, maka penagihan tunggakan berpengaruh
positif terhadap laba, artinya semakin tinggi nilai penagihan tunggakan maka laba juga akan meningkat.
2.1.5 Penambahan Jaringan