• Koefisien regresi : 1. Kebocoran air sebesar -0,068 menyatakan bahwa setiap penambahan
kebocoran air sebesar Rp 1.000 akan mengurangi laba perusahaan sebesar Rp. 68.
2. Penambahan Pelanggan sebesar -0,326 menyatakan bahwa setiap penambahan dari penambahan pelanggan sebesar Rp. 1.000 akan mengurangi laba
perusahaan sebesar Rp 326 3. Penagihan Tunggakan sebesar 18.738 menyatakan bahwa setiap penambahan
dari penagihan tunggakan sebesar Rp 1.000 akan meningkatkan laba perusahaan sebesar Rp 18.738.000
4. Penambahan Jaringan sebesar -2.983 menyatakan bahwa setiap penambahan dari penambahan jaringan sebesar Rp 1.000 akan mengurangi laba perusahaan
sebesar Rp 2.983.000.
5.4 Pembahasan
Setelah dilakukan analisis data dengan uji statistik, yaitu uji asumsi klasik dan uji hipotesis, pada uji asumsi klasik diperoleh hasil : memiliki distribusi normal, tidak
terjadi multikolonieritas antar varabel bebas, tidak terjadi heteroskedastisitas, dan tidak terjadi autokorelasi antar residual setiap variabel bebas, sesuai dengan Gujarati
Universitas Sumatera Utara
1995, asumsi klasik yang paling dianggap penting telah memenuhi syarat-syarat tersebut agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien.
Pada pengujian hipotesis untuk menganalisis pengaruh nilai kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan terhadap
laba pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara secara simultan dan parsial, sehingga dilakukan pengujian hipotesis dengan uji F-test untuk menganalisis
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan, dan pengujian hipotesis dengan uji t-test untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial. Hasil pengujian hipotesis dengan uji simultan F-test diperoleh nilai adjusted
R square sebesar 0.078, hal ini berarti 7.8 variasi laba perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel-variabel bebas : kebocoran air, penambahan pelanggan,
penagihan tunggakan, penambahan jaringan. Sedangkan sisanya 100 - 7.8 = 92.2 dijelaskan oleh sebab-sebab yang di luar model. Nilai R square yang rendah
diduga terjadi karena faktor penentu laba terbesar adalah pendapatan operasional dan pengeluaran operasional, pada pos pendapatan seperti penjualan air, pendapatan
sambungan baru dan pada pos pengeluaran operasional seperti biaya listrik, biaya bahan kimia, pemeliharaan transmisi distribusi, gaji karyawan, biaya produksi air,
dan lain sebagainya. Hasil pengujian hipotesis secara simultan dapat disimpulkan pada uji simultan
F-test, dimana F hitung 1.738 F tabel 2.634 untuk α = 5, k=4, n=36 dan nilai
Universitas Sumatera Utara
signifikansi 0.167 α 0.05, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh signifikan secara simultan nilai kebocoran air, penambahan pelanggan,
penagihan tunggakan dan penambahan jaringan terhadap laba pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Damanik 2002 yang menyatakan bahwa kebocoran air, penagihan tunggakan dan penambahan pelanggan berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap rentabilitas. Alasan tidak signifikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan ini diduga karena
fluktuatifnya laba perusahaan yang disebabkan pendapatan dan pengeluaran yang tidak stabil setiap bulannya.
Hasil pengujian hipotesis dengan uji parsial t-test dapat disimpulkan pada uji parsial : kebocoran air, penambahan pelanggan, dan penagihan tunggakan tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap laba pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, sedangkan penambahan jaringan berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap laba pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara. Hasil pengujian hipotesis dengan analisis regresi linear berganda dapat dilihat
dengan model regresi : Konstanta sebesar 4.363E9 menyatakan bahwa jika variabel bebas dianggap
konstan, maka rata-rata laba perusahaan sebesar Rp. 4.363.274.000. Uraian dari masing-masing variabel dapat dilihat sebagai berikut :
1. Kebocoran Air
Universitas Sumatera Utara