Uji Normalitas Uji Multikolonieritas Uji Autokorelasi

4. Tidak terjadi Autokorelasi antar residual setiap variabel bebas.

4.6.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal Santoso, 1999. Pada uji normalitas data ini digunakan metode One Sample Kolmogrov-Smirnov Test, merupakan metode yang umum digunakan untuk menguji normalitas data Hair,et al, 1998 dengan membuat hipotesis sebagai berikut : Ho : Data terdistribusi normal Ha : Data terdistribusi tidak normal Jika sigma 0.05, maka Ha ditolak dan Ho diterima Jika sigma 0.05, maka Ha diterima dan Ho ditolak Cara lainnya asumsi distribusi normal diperiksa dengan menggunakan grafik normal pada grafik Plot atau Histogram, jika data mengikuti distribusi normal pada grafik Normal Probability Plot maka data diasumsikan berdistribusi normal.

4.6.1.2 Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali 2009 : 95, uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolonieritas dapat timbul jika variabel independen saling berkolerasi satu sama Universitas Sumatera Utara yang lain, sehingga multikolonieritas hanya dapat terjadi pada regresi berganda. Hal ini mengakibatkan perubahan tanda koefesien regresi serta mengakibatkan fluktuasi yang besar pada hasil regresi. Perubahan tanda koefisien regresi ini dapat mengakibatkan kesalahan menafsirkan hubungan antara variabel sehingga keberadaan multikolonieritas ini harus diuji. Pengujian dapat dilakukan dengan colinearity diagnostic serta partial correlation. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai Variance Inflation Facktor VIF. Indikator yang digunakan untuk menentukan adanya multikolonieritas adalah nilai toleransi lebih kecil atau sama dengan 0.10 atau dengan nilai VIF lebih besar atau sama dengan 10 Ghozali, 2009 :97.

4.6.1.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah suatu kondisi dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu obcervasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series karena gangguan pada individu atau kelompok cenderung mempengaruhi individu atau Universitas Sumatera Utara kelompok pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pada penelitian ini, gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Uji Durbin-Watson dengan SPSS. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi ditentukan berdasarkan criteria berikut Ghozali, 2009 :100 : 1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound du dan 4-du, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound dl, maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi positif. 3. Bila nilai DW lebih besar dari pada 4-dl, maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif. 4. Bila nilai DW terletak di antara batas atas du dan batas bawah dl atau DW terletak antara 4-du dan 4-dl, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

4.6.1.4 Uji Heteroskedastisitas