Keaslian Penelitian Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses pengangkatan jabatan struktural menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian serta upaya-upaya yang dilakukan.

D. Manfaat Penelitian

Ada 2 dua manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian, yaitu tujuan yang teoritis dan bersifat praktis. a. Bersifat Teoritis Sebagai bahan masukan dan kajian ilmiah dibidang hukum, khususnya hukum kepegawaian yang menyangkut pengangkatan jabatan struktural berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. b. Bersifat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan untuk menyamakan persepsi dalam rangka menegakkan pengangkatan jabatan struktural berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti terhadap hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian terdahulu mengenai Analisis Terhadap Pengangkatan Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian tesis ini dapat dikatakan asli, jauh dari unsur plagiat yang bertentangan dengan asas-asas keilmuan sehingga penelitian dapat dipertanggungjwabkan kebenarannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, si penulis mengenai sesuatu kasus ataupun permasalahan problem, yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pasangan teoritis, yang mungkin ia setujui ataupun tidak disetujuinya dan ini merupakan masukan eksternal bagi pembaca. 14 Menurut Kaelan M.S, landasan teori pada suatu penelitian adalah merupakan dasar-dasar operasional penelitian. Landasan teori dalam suatu penelitian adalah bersifat strategis artinya memberikan realisasi pelaksanaan penelitian. 15 Oleh sebab itu kerangka teoritis bagi suatu penelitian mempunyai kegunaan sebagai berikut 16 : 14 Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994, hlm. 80. 15 M.S. Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat Paradigma bagi Pengembangan Penelitian Interdisipliner bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum dan Seni, Yogyakarta: Paradigma, 2005, hlm. 239. 16 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hlm. 121. 1. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya; 2. Teori sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi; 3. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang diteliti; 4. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang. Sejalan dengan hal tersebut, maka terdapat beberapa teori yang dipergunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian tesis ini. Secara konseptual, teori yang dapat dijadikan acuan dalam membahas pengangkatan jabatan struktural berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Kepegawaian adalah dengan menggunakan pendekatan Teori Kekuasaan Birokrasi dari Max Webber sebagai grand theory yang didukung oleh konsep-konsep organisasi, pembinaan karir, motivasi dan pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil sebagai applied theory-nya untuk memperkuat teori utama. Administrasi negara dalam menyelenggarakan tugasnya tidak boleh mengorbankan kepentingan rakyat sebagai pemilik kedaulatan, bahkan sebaliknya harus mengabdikan diri untuk kepentingan seluruh warganya. Melaksanakan tugas mengurus yang berorientasi pada negara kesejahteraan, pemerintah banyak menguasai dan mengatur masyarakat dengan menetapkan peraturan-peraturan, mengambil keputusan-keputusan, menciptakan serangkaian kebijaksanaan serta Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 menjalankan tindakan-tindakan yang bersifat menegakkan hukum dan kekuasaan negara, di samping melayani kepentingan umum warga masyarakat. Hukum Administrasi Negara adalah sebagian dari hukum yang mengatur tindakan penyelenggara negara administrasi negara berdasarkan kewenangan yang dimilikinya dalam hubungannya dengan rakyat atau warganya. Dengan kata lain dapat diartikan sebagai keseluruhan kaidah hukum yang mengatur hubungan pemerintah sebagai administrasi negara dengan rakyat dalam rangka pelaksanaan servis publik bertuurzorg sesuai dengan kewenangan yang ditetapkan oleh Undang- Undang Dasar. Di dalam masyarakat, prototipe dari kedaulatan dipandang dalam wujudnya sebagai badan pembuat undang-undang yang merupakan salah satu sumber-sumber primer dari konsepsi-konsepsi yang berkaitan dengan tujuan hukum atau standar- standar untuk mengevaluasi “efisiensi” suatu struktur peran tertentu atau suatu pengantisipasian terhadap struktur peran. Dengan kata lain, masukan primer badan pembuat undang-undang ke dalam sistem hukum adalah suatu deskripsi tentang kondisi-kondisi umum yang ideal yang untuknyalah sumber-sumber daya sosial dikerahkan melalui penggunaan kekuasaan. Keluaran yang paling erat kaitannya dengan sistem hukum adalah pengaplikasian dari pernyataan-pernyataan kebijakan publik terhadap konflik tertentu yang ada. 17 17 Achmad Ali, Sosiologi Hukum; Kajian Empiris Terhadap Pengadilan, Jakarta: Iblam, 2004, hlm. 116. Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 Stillman II berpendapat bahwa sebenarnya birokrasi adalah suatu unsur umum dan formal dari suatu organisasi manusia, khususnya organisasi pemerintah. Lebih jauh lahgi Stillman II menguraikan tentang tipe ideal dari kekuasaan dengan mengambil pendapat “Bapak Birokrasi” dari Jerman, yaitu Max Webber. 18 Max Webber membagi tiga tipe ideal tentang kekuasaan yang menerangkan mengapa manusia mematuhi penguasa, yaitu 19 : 1. Tipe kekuasaan traditional yang terdapat pada masyarakat primitif yang percaya karena tradisi itu suci. Artinya, bahwa keluarga penguasa selalu berkuasa, sehingga masyarakat selalu patuh dan menilainya apa adanya dan bahwa penguasa itu selalu benar. Waktu kejadian, dan tradisilah yang memberikan kesempatan kepada penguasa tersebut legitimasi kekuasaan dari masyarakat yang diperintah. 2. Tipe kekuasaan charismatic yang didasarkan pada kualitas pribadi dan faktor-faktor yang menarik dari pemimpin. Figur karismatik dipilh karena mereka luar biasa, manusia yang super, dan karena kualifikasi lainnya. Pemimpin-pemimpin militer, kepala-kepala suku, pemimpin-pemimpin partai yang populer, dan nabi-nabi adalah contoh pribadi yang semangat kepahlawanan dan keajaibannya menarik pengikutnya. 3. Tipe legal-rational yang merupakan dasar bagi peradaban modern. Tipe kekuasaan ini didasarkan pada suatu kepercayaan legitimasi yang berasal dari peraturan dan hak-hak normatif bagi mereka yang diangkat sebagai penguasa di bawah peraturan tertentu untuk memerintah. Kepatuhan masyarakat diperoleh karena ketetapan hukum, seperangkat peraturan yang impersonal berlaku bagi semua orang, tidak membeda-bedakan, bukan karena kepatuhannya terhadap penguasa. Kekuasaan legal-rational memberikan kekuasaan kepada organisasi bukan kepada pribadi yang menjabat jabatan tertentu di organisasi tersebut, dengan demikian setiap orang dapat memerintah sepanjang yang bersangkutan masih menjabat “sebagaimana diatur oleh peraturan tersebut”. 18 Richard J Stillman II, Public Administration: Concepts and Cases, Boston: Highton Mifflin Company, 1988, hlm. 38. 19 Ibid. Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 Tipe kekuasaan yang ketiga inilah yang membentuk dasar konsepsi Webber tentang birokrasi. Menurut Webber, birokrasi adalah suatu cara wajar yang membuat kekuasaan legal-rational terlihat dalam bentuk kelembagaan, yang memegang peran sentral dalam menyuruh dan mengontrol masyarakat modern. Menurut Webber tipe ini lebih baik dari tipe-tipe lainnya dalam hal ketetapan, stabilitas, dan ketegasan untuk berdisiplin dan dalam hal memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Dengan demikian memungkinkan suatu perolehan hasil dalam tingkat yang tinggi bagi pimpinan organisasi dan bagi mereka yang jabatannya berhubungan dengan pimpinan tersebut. Hal ini pada akhirnya merupakan yang terbaik dalam pelaksanaan efesiensi dan secara formal mampu menerapkan semua jenis tugas administratif. Tugas administratif tersebutlah yang sebenarnya merupakan penyubur yang baik bagi birokrasi administrasi, karena dengan cara itu birokrasi tumbuh dan berkembang untuk kepentingan masyarakat yang memerlukan banyak hal dalam hidupnya, misalnya untuk membangun jalan, mendidik murid, memungut pajak, berperang dengan musuh, merencanakan pembangunan dan menegakkan keadilan. Dari pembahasan tentang tipe-tipe ideal birokrasi tersebut, kemudian dilanjutkan dengan tiga kelengkapan terpenting dalam konsepsi birokrasi, yaitu : pembagian tugas, jenjang hierarki, dan peraturan-peraturan yang impersonal yang merupakan kunci untuk memfungsikan birokrasi 20 : 1. Pembagian tugas spesialisasi pegawai, yang berarti bahwa seluruh pekerjaan yang ada dalam birokrasi secara nasional dibagi kedalam unit- unit kerja tertentu yang akan dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok 20 Ibid., hlm. 39. Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 orang yang kompeten untuk melaksanakan tugas itu. Tidak seperti penguasa-penguasa tradisional, dimana pegawai tidak “memiliki” kantor dalam birokrasinya, tetapi hanya mengerjakan pekerjaan tertentu yang diberikan oleh penguasa. 2. Aturan hierarki dari birokrasi memisahkan atasan dari bawahan, sesuai dengan dasar hierarki, balas jasa dibagi sesuai dengan pekerjaan, kewenangan diketahui, hak-hak pribadi diberikan dan promosi dihadiahkan. 3. Peraturan-peraturan yang impersonal membentuk kehidupan dunia birokrasi. Para birokrat, menurut Webber, tidaklah bebas untuk bertindak semaunya karena pilihan mereka telah ditentukan untuk melaksanakan pola-pola yang telah diatur. Sebagai kebalikan dari kekuasaan tradisional atau karismatik, aturan birokrasi diadakan untuk bawahan oleh atasan secara sistematis, sehingga membatasi kesempatan bagi arbitrasi dan favoritisme terhadap pribadi tertentu. Dalam teori Webber, satu-satunya cara bagi masyarakat modern untuk mengoperasikan hal itu secara efektif adalah dengan mengorganisasikan spesialis- spesialis birokrasi yang fungsional dan terlatih. Dari buku Max Webber “Essays in Sociology”, yang diterjemahkan oleh H.H Gerth dan C. Wright Mills, 21 dijelaskan bahwa ciri birokrasi dalam perkantoran modern mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Terdapat prinsip wilayah jurisdiksi yang tetap dan resmi, yang diatur dalam peraturan, yaitu melalui undang-undang atau keputusan administratif. 2. Di dalam prinsip-prinsip hierarki organisasi dan tingkatan-tingkatan kewenangan terdapat sistem perintah yang jelas dari atasan pada bawahan, yang berarti unit kerja yang lebih rendah diawasi oleh yang lebih tinggi. 3. Manajemen organisasi modern didasarkan atas dokumen tertulis. 4. Manajemen perkantoran, paling tidak seluruh manajemen perkantoran yang terspesialisasikan dan manajemen sejenis yang modern biasanya terlatih dan dipersiapkan. 5. Jika organisasi telah dikembangkan sepenuhnya, aktivitas official menginginkan kapasitas kerja penuh dari pejabatnya. 6. Manajemen organisasi mengikuti aturan yang berlaku umum, stabil, dan dapat dipelajari. 21 Ibid., hlm. 41. Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 Kajian pertama yang dilakukan dalam menganalisis pengangkatan jabatan struktural berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 sebagai pelaksana dari tugas negara dalam kapsitasnya sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah dengan menggambarkan karakteristik manusia yang ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini ditujukan untuk mengetahui sosok Pegawai Negeri Sipil yang didasarkan pada kebutuhan dan kepentingan manusia didalamnya. Manusia disebut sebagai sumber daya karena memiliki kecerdasan, melalui kecerdasan yang semakin meningkat mengakibatkan manusia dikatakan sebagai homo sapiens, homo politikus dan homo ekonomikus dan dalam kajian yang lebih mendalam dapat dikatakan pula bahwa manusia adalah zoon politicon. Berdasarkan perkembangannya dalam dunia modern, dalam prosesnya, setiap individu akan berinteraksi dalam masyarakat yang semakin meluas dan perkembangannya berikutnya adalah dimulainya konsep organisasi yang melingkupi bidang pemerintahan, sehingga manusia dapat dikatakan sebagai homo administratikus dan organization man. 22 Berdasarkan konteksnya sebagai homo administratikus, salah satu bentuknya adalah pegawai dalam suatu organisasi. Pegawai dalam prosesnya memiliki perilaku awal yang dibentuk oleh lingkungan maupun pendidikannya. Perilaku dasar tersebut dapat berbeda dengan perilaku yang diinginkan oleh organisasi, di mana pegawai harus tunduk pada aturan-aturan yang berlaku di dalam organisasi sehingga dapat diarahkan pada tujuannya. 22 Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, Jakarta: Gunung Agung, 1996, hlm. 9-10. Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 Langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu organisasi bertujuan untuk mempertautkan antara kepentingan pegawai dan organisasi. Kepentingan pegawai pada umumnya terbatas pada kepentingan memperoleh gaji guna memenuhi kebutuhannya dan hal ini pun masih dipengaruhi oleh kepentingan lainnya berupa : keserasian arahan kerja dari pimpinan organisasi, kesempatan mengembangkan diri sampai dengan adanya jaminan di hari tua pensiun. Pada Pegawai Negeri Sipil diberikan jaminan kesejahteraan yang memadai dalam arti memperhatikan pengembangan kariernya; gaji yang berkelayakan; sarana perumahan, transportasi, dan sebagainya. Pada umumnya perbedaan kepentingan dalam lingkungan Pegawai Negeri Sipil lebih berorientasi pada kebutuhan manusia yang dijelaskan pada teori kebutuhan manusia. 23 Manusia mempunyai berbagai kebutuhan yang merupakan pemacu bagi dirinya untuk memenuhi kebutuhannya, seperti bekerja untuk memperoleh uang bagi pemenuhan kebutuhan. Pada masyarakat yang hidupnya masih terbelakang, kebutuhan dipenuhi dari alam sekitarnya, sedangkan pada masyarakat yang maju telah terdapat diferensiasi tugas, pemenuhan dilakukan dengan membuat barang atau jasa. Maslow dalam teorinya tentang hierarki kebutuhan berpendapat bahwa ada lima tingkat kebutuhan manusia yang tersusun secara hierarki, kebutuhan tersebut meliputi 24 : a Kebutuhan fisiologis, seperti sandang, pangan, dan papan; b Keamanan, seperti kepastian kedudukan, jaminan pekerjaan dan lain-lain; c Perasaan dicintai dan diterima oleh lingkungannya; 23 Burhanudin A. Tayibnapis, Administrasi Kepegawaian; Suatu Tinjauan Analitik, Jakarta: Pradnya Paramitha, 1995, hlm. 342-243. 24 Ibid., hlm. 345-346 Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 d Perasaan dihargai, seperti status sosial, promosi, dan lain-lain; e Kejayaan diri yang tercermin dalam kepercayaan diri untuk mewujudkan cita- cita demi kepentingan pribadi. Teori hierarki kebutuhan ini mengatakan bahwa efek yang timbul dalam suatu organisasi pemerintahan dikembangkan reward and punishment systems. Pada pegawai yang berprestasi diberikan penghargaan, sebaliknya pada pegawai yang indisipliner dikenakan sanksi. 25 Kemudian Herzberg dalam teori tentang motivasi berpendapat bahwa setiap manusia memerlukan dua kebutuhan dasar, yaitu 26 : a Kebutuhan menghindari dari rasa sakit dan kebutuhan mempertahankan kelangsungan hidup; b Kebutuhan untuk tumbuh, berkembang, dan belajar. Herzberg mengadakan analisis yang menghasilkan dua buah hubungan sinergis, yang pertama adalah mengenai tingkat kepuasan pegawai dari tingkat tidak puas hingga hilangnya ketidakpuasan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Type ini disebut hygienic factor yang terdiri atas gaji, hubungan antara pegawai, kebijaksanaan dalam bidang administrasi, prosedur, dan lain-lain. Hubungan sinergis berikutnya adalah tipe motivator yang dimulai dari tingkat ketidakpuasan kerja hingga tingkat adanya kepuasan kerja, misalnya faktor pengetahuan, keberhasilan untuk mencapai tujuan, kesempatan untuk tumbuh 25 Ibid. 26 Sri Hartini, dkk, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 169. berkembang serta dapatnya kemajuan diri. Keseluruhan faktor berkaitan dengan erat dengan pekerjaan dan tidak ada kaitannya dengan lingkungan fisik, administrasi dan faktor sosial. Teori Herzberg dapat dianalogikan dengan teori Maslow. Hygienic factor dari Herzberg merupakan kebutuhan fisiologis manusia, sedangkan tipe motivator merupakan tingkat kebutuhan sekunder seperti kebutuhan pengakuan diri self actualization. Teori Maslow merupakan proses kebutuhan manusia secara hierarki, sebaliknya Herzberg terfokus pada hygienic factor. Secara umum, tinjauan dari segi sosial ekonomis mengenai pegawai merupakan suatu kesatuan yang kompleks. Pegawai atau tenaga kerja disebut sebagai human resources adalah manusia dalam usia kerja working ages yang mampu menyelenggarakan pekerjaan fisik ataupun mental. Hubungan manusia hendaknya dilihat dari segi objek dan tujuan, yaitu manusia insani yang menjadi tujuan daripada segala usaha, usaha mana yang dilakukan pula oleh manusia sebagai subjek atau pelaksananya. Manusia merupakan faktor atau sumber produksi yang berkewajiban memberikan hasil karyanya. Berdasarkan pembahasan fungsi pegawai dalam konteks kepegawaian, hal ini berkenaan dengan Personnel Administration. Personnel diartikan sebagai golongan masyarakat yang penghidupannya dilakukan dengan bekerja dalam kesatuan organisatorisnya yang salah satunya merupakan kesatuan kerja pemerintahan. Administration yang dimaksudkan hal ini adalah tata pelaksanaan dengan keterangan bahwa didalamnya termaktub organization, management dan Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 realisasinya. Administration dalam konteks ini berbeda dengan arti Administratie. Berdasarkan kajiannya, tata administrasi kepegawaian dalam hubungannya dengan Personnel Administration berarti 27 : a Tata yang menunjukkan organization dan management; b Administrasi yang memberikan pengertian di samping pengertian administratie dalam bahasa Belanda juga dalam rangka pembinaan organization dan management, sehingga meliputi pengertian usaha, hukum dan prosedur; c Pegawai yang mencakup pengertian Pegawai Negeri Sipil pemerintah; Pemahaman mengenai kepegawaian tersebut didasari bahwa administrasi dari suatu negara adalah hasil produk dari pengaruh-pengaruh politik dan sosial sepanjang sejarah negara yang bersangkutan, oleh karena itu suatu sistem administrasi tidak akan cukup dipahami dengan baik tanpa adanya pengetahuan administrasi dalam bentuk lampau. Perkembangan saat ini adalah negara akan mengembangkan administrasinya dengan sistem yang sama satu sama lain. 28 Kemudian pemberdayaan mengandung makna adanya perubahan pada diri seseorang dari ketidakmampuan menjadi mampu, dari ketidak memiliki kewenangan menjadi memiliki kewenangan, dari ketidakmampuan untuk bertanggung jawab menjadi memiliki tanggung jawab terhadap sesuatu yang dikerjakan. Pemberdayaan aparatur berarti memberikan kesempatan kepada seorang Pegawai Negeri Sipil untuk melakukan suatu aktivitas dengan kewenangan dan tanggung jawab yang dimilikinya. 27 Ibid., hlm. 170. 28 Ibid., hlm. 171. Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 Ada beberapa pendapat tentang pengertian pemberdayaan. Empowerment berasal dari kata power yang artinya control, authority, dominion. Awalan emp artinya to put on to atau to cover with jelasnya more power. Jadi empowering artinya is passing on authority and responsibility yaitu lebih berdaya dari sebelumnya dalam arti wewenang dan tanggung jawabnya termasuk kemampuan individual yang dimilikinya. 29 Pemberdayaan adalah upaya memberikan otonomi, wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat merampungkan tugasnya sebaik mungkin. 30 Untuk mewujudkan pemberdayaan yang dimaksud, maka diperlukan perubahan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepegawaian yang meliputi pengadaan, pengembangan, pembinaan, penggajian, dan pengawasan. Pengadaan sumber daya manusia dimaksudkan untuk mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia, sedangkan rekruitmen biasanya ditujukan untuk penarikan sumber daya manusia baru dari luar perusahaan atau organisasi. 31 Selanjutnya pengadaan diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong, mulai dari perencanaan tentunya rencana pengadaan, pengumuman, pelamaran, penyaringan, sampai dengan pengangkatan dan 29 Soerjono, Pemberdayaan Sumber Daya, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 1999, hlm. 4. 30 Handoko dan Tjipotono, Kepemimpinan Transformasional dan Pemberdayaan, Yogyakarta: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Edisi XI Bulan November Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada 1996, hlm. 32. 31 Saydam, Manajemen Sumber Daya Manusia Human Resources Management, Jakarta: Djambatan, 1996, hlm. 82. Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 penempatan. 32 Pengadaan Pegawai Negeri Sipil yang selama ini dilakukan melalui seleksi cenderung tidak objektif dan bersifat formalitas terhadap ketentuan peraturan kepegawaian, ternyata dari banyaknya tuntutan dan gugatan para pencari kerja yang melihat bahwa pengadaan Pegawai Negeri Sipil selama ini dilakukan cenderung bermuatan politik, korupsi, kolusi dan nepotisme, dan hasilnya sudah dapat diketahui sebelum pengumuman hasil penyaringan ditetapkan. Akibat dari praktek pengadaan yang dilakukan selama ini tidak bersifat transparan dan objektif, maka komposisi Pegawai Negeri Sipil yang ada tidak sejalan dengan harapan pemberdayaan. Salah satu hal yang penting pula dalam kaitannya dengan pemberdayaan aparatur pemerintah, adalah perolehan gaji yang layak untuk memenuhi kehidupan Pegawai Negeri Sipil tersebut dan keluarganya. Gaji Pegawai Negeri Sipil erat kaitannya dengan usaha untuk meningkatkan kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil, dalam upaya pencapai tujuan organisasi. Akan halnya dengan pengawasan dalam hubungannya dengan pemberdayaan diungkapkan oleh Sujamto, 33 bahwa pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasnya, dan mengambil tindakan-tindakan korektif, bila diperlukan, untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana. Apa yang terlihat dalam masyarakat ialah bahwa, aparatur yang ditugaskan untuk melakukan pengawasan masih sulit bertindak secara efektif, yang 32 Zainun, B, Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia. Jakarta: Gunung Agung, 1996, hlm. 31. 33 Sujamto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Jakarta: Ghalia, 1986, hlm. 17. Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 tentu saja dapat menimbulkan penyalahgunaan wewenang, yang menyebabkan semakin suburnya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme dalam pemerintahan. Berdasarkan kerangka teori di atas, telah diketahui bahwa dalam rangka mencapai cita-cita Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui pembangunan nasional dibutuhkan suatu pendekatan strategi besar dalam Administrasi Negara, yakni pendekatan yang mencerminkan lompatan peningkatan kualitas dan kekenyalan aparatur negara secara terus menerus. Pendekatan yang merupakan bagian saling mengisi akan perlunya lompatan secara realistis dan rasional untuk mengejar ketertinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan keharusan adanya organisasi pemerintah yang solid dan berkinerja tinggi. Oleh karena itu, pembangunan nasional Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang kompetitif agar dapat menggerakkan dan memacu pembangunan dalam aspek kehidupan bernegara. Aspek ini merupakan kekuatan utama untuk dapat mewujudkan tujuan kemasyarakatan, yaitu kesejahteraan dan keadilan dalam masyarakat. Sebagai penegasan reformasi birokrasi, dalam pendayagunaan aparatur negara, implementasi kebijakannya dan programnya harus terus-menerus selalu menunjang good governance sebagaimana sering disampaikan para pakar, kemudian juga menjadi rekomendasi MPR TAP MPR II, VI, 2002 yang intinya 34 : 1. Melakukan penataan kelembagaaan negara dan sumber daya manusia aparatur; 2. Melakukan pemberantasan segala bentuk pungutan liar, korupsi, kolusi dan nenpotisme, serta pemberantasan penyeludupan secara tegas dan tuntas; 34 Feisal Tamin, Reformasi Birokrasi Analisis Pendayagunaan Aparatur Negara, Yogyakarta: Blantika, 2004, hlm. 26. Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 3. Terciptanya penyelenggara dan pengelola dunia usaha yang baik dan bersih dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah; 4. Membangun kultur birokrasi yang transparan, akuntabel, bersih, dan bertanggung jawab serta menjadi pelayan masyarakat dan abdi negara; 5. Membenahi birokrasi pemerintahan baik yang langsung ataupun tidak langsung terkait dengan pelaksanaan program pemulihan ekonomi dalam rangka peningkatan pengawasan birokrasi. Dalam rangka menjamin terselenggaranya tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna dan dalam rangka usaha mewujudkan masyarakat adil dan makmur baik material dan spiritual, diperlukan adanya Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bersih, berwibawa, berdaya guna, bermutu tinggi dan sadar akan tugas serta tanggung jawabnya. Dalam hubungan ini Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 telah meletakkan landasan yang kukuh untuk mewujudkan Pegawai Negeri seperti dimaksud di atas dengan cara mengatur kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan pegawai negeri sebagai salah satu kebijaksanaan dan langkah usaha penyempurnaan aparatur negara di bidang kepegawaian. 35

2. Konsepsi