Hambatan Kenaikan Jabatan Promosi

Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN YANG TERJADI DALAM PROSES PENGANGKATAN JABATAN STRUKTURAL SERTA UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN

A. Hambatan

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses pengangkatan jabatan struktural pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara adalah diantaranya tidak adanya Fit and Proper Test dalam proses seleksi pengangkatan jabatan struktural. Dengan beban kerja yang sangat berat dan pencapaian tujuan organisasi sebenarnya sangat diperlukan sekali pejabat struktural yang memang benar-benar mempunyai kemampuan untuk menduduki jabatan struktural tersebut dan memiliki etika dan moral yang baik sehingga dalam melaksanakan tugasnya jauh dari unsur KKN. 176 Kemudian proses seleksi pengangkatan jabatan struktural melalui Keputusan Baperjakat di daerah yang diusulkan oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia kepada Kantor Pusat Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia tidak transparan dan sarat akan terjadinya praktek KKN. Hal ini sering kali terjadi dimana Kantor Pusat tidak merespon usulan dari Kantor Wilayah dengan mengeluarkan keputusan yang tidak sesuai dengan usulan Kantor Wilayah, banyak terjadi pengangkatan jabatan struktural yang memprioritaskan Pegawai Negeri Sipil Pusat untuk menduduki jabatan di Kantor Wilayah padahal 176 Tim Peneliti Badan Kepegawaian Negara, Persepsi PNS........., Op.Cit., hlm. 95. Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 kebutuhan di Kantor Wilayah tersebut lebih diketahui oleh Kantor Wilayah yang bersangkutan. Mungkin dalam jabatan eselon II ke atas hal tersebut tidak terlalu masalah karena menyangkut hal yang lebih strategis, namun yang terjadi sekarang jabatan struktural eselon IV dan eselon III pun di ambil alih oleh Pegawai Negeri Sipil dari Kantor Pusat. 177 Tidak adanya uji kompetensi terhadap calon-calon pejabat struktural yang diusulkan, hal ini sangat perlu untuk mendapatkan pejabat struktural yang benar-benar berbobot. Standar kompetensi dalam uji kompetensi ini juga sangat perlu dibuat yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan calon-calon pejabat struktural tersebut. Artinya jika calon tersebut tidak mampu melewati standar kompetensi yang dimaksudkan maka calon tersebut tidak disertakan dalam usulan ke Kantor Pusat. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi diangkatnya calon yang tidak memenuhi standar kompetensi. 178 Kemudian pelaksanaan Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Baperjakat di Kantor Wilayah jarang dilaksanakan sebelum mengeluarkan usulan calon-calon pejabat struktural ke Kantor Pusat. Sehingga terjadi kecolongan pengisian jabatan yang tidak sesuai dengan keinginan Kantor Wilayah, bahkan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan langsung berhubungan dengan Kantor Pusat untuk mendapatkan suatu jabatan di Kantor Wilayah. Hal ini 177 Hasil wawancara dengan Bapak Rahmat Tarigan Kepala Bagian Umum Kanwil Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara, pada tanggal 21 Juli 2009. 178 Hasil wawancara dengan Bapak Yusriadi Kepala Sub Bagian Kepegawaian Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara, pada tanggal 17 Juli 2009. Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 menimbulkan dampak yang tidak baik bagi keharmonisan kerja di Kantor Wilayah serta membuka jalan terjadinya praktek suap dalam proses pengangkatan jabatan struktural di Kantor Wilayah. 179 Hambatan yang berikutnya adalah lemahnya sistem informasi pegawai yang berakibat sulitnya mencari data atau informasi pegawai pendukung dalam penempatan pegawai, sehingga informasi pegawai yang diperlukan kurang lengkap dalam menempatkan seorang pegawai. Sistem informasi yang digunakan sementara berdasarkan Daftar Urutan Kepangkatan DUK yang ada, tanpa memperhatikan prestasi pegawai dalam melaksanakan pekerjaan.

B. Upaya