Jenis Pegawai Negeri Sipil

Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 Berdasarkan pengertian stipulatif di atas terdapat unsur-unsur dari pegawai negeri, yaitu sebagai berikut 56 : 1. Warga negara Indonesia yang telah memenuhi syarat-syarat menurut peraturan perundang-undangan. 2. Diangkat oleh pejabat yang berwenang. 3. Diserahi tugas dalam jabatan negeri. 4. Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari beberapa pengertian Pegawai Negeri Sipil di atas berdasarkan hasil analisis dari penulis diketahui bahwa tidak ada rumusan yang pasti tentang pengertian Pegawai Negeri Sipil, namun dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kepegawaian terdapat penjelasan mengenai Pegawai Negeri Sipil, diantaranya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1952 Lembaran Negara Nomor 13 Tahun 1952, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1961, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974, dan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999.

2. Jenis Pegawai Negeri Sipil

Mengenai jenis pegawai negeri didasarkan pada Pasal 2 ayat 1 Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 pegawai negeri dibagi menjadi : 1. Pegawai Negeri Sipil, 2. Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan 3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. 56 Sri Hartini, dkk, Hukum Kepegawaian.........., Op.Cit., hlm. 35. Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tidak menyebutkan apa yang dimaksud dengan pengertian masing-masing bagiannya, namun di sini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil adalah pegawai negeri bukan anggota Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Berdasarkan penjabaran di atas, Pegawai Negeri Sipil merupakan bagian dari pegawai negeri yang merupakan aparatur negara. Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Pasal 2 ayat 2 Pegawai Negeri Sipil dibagi menjadi : 1. Pegawai Negeri Sipil Pusat Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah Nondepartemen, Kesekretariatan Lembaga Negara, Instansi Vertikal di Daerah ProvinsiKabupatenKota, Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya. 2. Pegawai Negeri Sipil Daerah Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah ProvinsiKabupatenKota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan di luar instansi induknya. Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diperbantukan di luar instansi induk, gajinya dibebankan pada instansi yang Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 menerima perbantuan. 57 Di samping pegawai negeri sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 2 ayat 1, pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap. Yang dimaksud dengan pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri. 58 Penamaan pegawai tidak tetap mempunyai arti sebagai pegawai di luar Pegawai Negeri Sipil dan pegawai lainnya tenaga kerja. Penamaan pegawai tidak tetap merupakan salah satu bentuk antisipasi pemerintah terhadap banyaknya kebutuhan pegawai namun dibatasi oleh dana APBDAPBN dalam penggajiannya. 59 Pada dasarnya, kebijakan pengangkatan pegawai tidak tetap diserahkan pada kebutuhan dari masing-masing instansi, namun sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, tanggal 11 November 2005, semua pejabat pembina kepegawaian dan pejabat lain di lingkungan instansi, dilarang mengangkat tenaga honorer atau yang sejenis, kecuali ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 dilaksanakan sampai dengan tahun anggaran 2009, namun sampai dengan tahun 2007, dalam hal proses 57 Penjelasan Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, LNRI Tahun 1999 Nomor 169, TLNRI Nomor 3890. 58 Penjelasan Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, LNRI Tahun 1999 Nomor 169, TLNRI Nomor 3890. 59 Sri Hartini dan Setiajeng Kadarsih, Diktat Hukum Kepegawaian, Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, 2004, hlm. 26. Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 pengangkatannya terdapat berbagai permasalahan yang ternyata tidak sesuai dengan keinginan dari Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005. Pasal 3 ayat 1 berbunyi : Pengangkatan tenaga honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil diprioritaskan bagi yang melaksanakan tugas sebagai 60 : 2. Tenaga guru; 3. Tenaga kesehatan pada unit pelayanan kesehatan; 4. Tenaga penyuluh di bidang pertanian, perikanan, peternakan; dan 5. Tenaga teknis lainnya yang sangat dibutuhkan pemerintah. Dalam implementasinya, pemerintah hanya melihat pada syarat-syarat formil, yaitu masa kerja dan usia tanpa mempertimbangkan skala prioritas yang diharapkan oleh pembuat peraturan. Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil ternyata didominasi oleh tenaga administratif yang notabene di luar dari skala prioritas yang termaktub dalam Pasal 3 ayat 1. 61 Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah merupakan Pegawai Negeri Sipil Pusat hal ini karena Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah salah satu instansi vertikal yang keberadaannya di daerah, dan berada di bawah naungan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Oleh karena itu penggajian 60 Yang dimaksud dengan tenaga teknis lainnya menurut penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 adalah tenaga teknis yang bersifat operasional dalam rangka pelaksanaan tugas pokok instansi dan bukan tenaga teknis administrasi. 61 Hasil wawancara dengan Bapak Amir Kepala Divisi Administrasi pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara, pada tanggal 17 Juli 2009. Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara, 2009 Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN.

3. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil