8. Pengamat Meteorologi dan Geofisika 9. Penyuluh
Kehutanan 10. Pustakawan
11. Juru Penerang 12. Pekerja Sosial
13. Teknisi Penerbangan 14. Penyuluh Keluarga Berencana
15. Penguji Mutu Barang 16. Jaksa
17. Pemeriksa Bea dan Cukai 18. Pengawas Keuangan dan Pembangunan
19. Penilai Pajak Bumi dan Bangunan 20. Pranata Komputer
21. Guru 22. Dokter Gigi
23. Pranata Nuklir 24. Pengawas Radiasi
25. Sandiman
3. MutasiRotasi Pegawai Negeri Sipil
Mutasi Pegawai Negeri Sipil adalah kegiatan pimpinan suatu instansi untuk memindahkan pegawai dari suatu jabatan tertentu ke jabatan lain yang
Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM
Sumatera Utara, 2009
Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM
Sumatera Utara, 2009
sejajar tingkatannya dengan tujuan untuk memperoleh the right man in the right place agar instansi tersebut dapat menjalankan fungsinya secara efektif dan
efisien. Pengertian rotasi Pegawai Negeri Sipil kurang lebih juga seperti itu, kecuali bahwa dalam rotasi diartikan sebagai pola pemindahan jabatan sejajar
dalam periode tertentu, baik dalam lingkungan satu tempat kerja maupun beberapa tempat kerja, atau memindahkan Pegawai Negeri Sipil dari wilayah
kerja yang satu ke wilayah kerja lainnya dalam jabatan sejajar. Dalam Penjelasan Pasal 4 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 1994 dinyatakan bahwa pemindahan adalah pemindahan Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural dari suatu unit kerja ke unit kerja yang
lain dalam satu instansi atau antar instansi danatau dari suatu wilayah kerja ke wilayah kerja yang lain.
161
Sedangkan pada Pasal 7 ayal 2 dijelaskan bahwa perpindahan jabatan dilaksanakan sesuai dengan prinsip perpindahan jabatan
dalam rangka pembinaan karir, peningkatan kemampuan pegawai dan kebutuhan organisasi. Namun dcmikian unluk memperlancar pelaksanaan perpindahan
jabatan perlu penyelarasan antara perencanaan perpindahan dengan anggaran yang tersedia.
Bertitik tolak dari pengertian tersebut di atas, maka tidaklah tepat apabila pemindahan pegawai tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
menempatkan kawan ataupun pegawai tertentu yang disenangi oleh pimpinan
161
PP 15 Tahun 1994 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural, Lembaran Negara RI Tahun 1994 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3546.
suatu instansi dalam jabatan tertentu, padahal kualifikasinya sesuai dengan analisis jabatan belum atau tidak memenuhi syarat, atau sebagaimana yang
diistilahkan spoils system. Apalagi apabila pejabat yang posisinya ditempati pegawai tersebut
dipindahkan ke jabatan lain yang tidak sesuai dengan pendidikan, pengetahuan, keterampilan, dan pelatihan yang pernah diperolehnya, karena mutasi seperti ini
akan dirasakan sebagai hukuman bagi pejabat yang dipindahkan ini. Perasaan seperti ini akan menyebabkan pegawai tersebut minta berhenti atau keluar,
menurun motivasi kerjanya, atau menurun prestasi kerjanya. Di lain pihak, seorang pegawai yang menempati suatu jabatan terlalu
lama akan timbul rasa bosan dan jenuh, sehingga apabila promosi belum dimungkinkan, maka langkah yang terbaik yang bisa dilakukan oleh pimpinan
instansi tempatnya berkerja adalah dengan memutasikannya ke jabatan lain tour of duty yang dianggap dapat meningkatkan semangat dan prestasi kerjanya.
Menurut Penjelasan Pasal 7 ayat 1 tour of duty ini dinyatakan sebagai perpindahan jabatan secara horizontal, artinya perpindahan jabatan dalam tingkat
eselon yang sama. Alasan lain yang dapat dipakai untuk memutasikan pegawai adalah
adanya ketidakcocokan dalam suatu tim kerja, karena walaupun prestasi kerja individualnya tinggi akan tetapi tidak cocok dengan koleganya dalam tim, maka
akan menghambat keberhasilan tim tersebut. Sehingga, kepada yang bersangkutan perlu dimutasikan ke suatu jabatan yang sesuai, agar kekompakan
Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM
Sumatera Utara, 2009
tim kerja dapat dipelihara, dan yang bersangkutanpun disediakan tempat untuk tetap berprestasi.
Mutasi juga diperlukan agar pegawai memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja yang luas, sehingga apabila suatu ketika yang bersangkutan
dipromosikan ke dalam suatu jabatan yang lebih tinggi, maka yang bersangkutan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Selain alasan-alasan tersebut di atas terdapat kemungkinan kebijakan suatu instansi pemerintah untuk memutasikan pegawainya secara periodik, dari
suatu wilayah kerja tertentu ke wilayah kerja lainnya, atau tour of area. Mutasi seperti ini diperlukan agar pejabat-pejabat di lingkungan instansi tersebut dapat
mengambil keputusan tanpa terpengaruh oleh kenalan-kenalannya di wilayah kerja tertentu, karena sudah lama mengenalnya.
Mutasi seharusnya dianggap sebagai suatu hal yang wajar, sebagaimana halnya terhadap hal-hal lain yang harus terjadi dalam suatu organisasi, misalnya:
kenaikan pangkat, dipekerjakan pada instansi lain, ataupun pensiun; karena hal- hal tersebut merupakan proses yang terdapat dalam setiap organisasi untuk
mencapai tujuan. Sehubungan dengan hal itu, pegawai juga harus menerima kebijakan atasan untuk mengadakan mutasi dan berpikir bahwa keadaan tersebut
bukan merupakan cara pimpinan untuk membuang bawahan. Namun, untuk mencegah agar pimpinan juga tidak memutasikan pegawai atau bawahannya
dengan sewenang-wenang, maka pemerintah memandang perlu untuk membentuk Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan BPJK.
Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM
Sumatera Utara, 2009
Badan ini bisa dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat nasional, tingkat instansi pusat dan tingkat instansi daerah. BPJK tingkat instansi
pusat berada dalam lingkungan Departemen, Kejaksaan Agung, Lembaga Pemerintah Non-Departemen, dan Kesekretariatan Lembaga Negara, termasuk
instansi vertikalnya yang ada di wilayah. Sedangkan BPJK tingkat instansi daerah berada dalam lingkup Pemerintah Daerah Tingkat I, termasuk Pemerintah
Daerah Tingkat II yang bersangkutan. Baik BPJK tingkat instansi pusat maupun daerah mempunyai tugas pokok untuk memberikan pertimbangan kepada pejabat
yang berwenang menetapkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural.
Mutasi yang terpola mungkin merupakan suatu cara yang baik dari suatu instansi untuk memperoleh pegawai-pegawai atau pejabat-pejabat yang
nantinya dapat mengemban jabatan barunya lebih baik. Mutasi jenis ini bisa juga dikembangkan menjadi pola karier pegawai suatu instansi, sehingga seorang
pegawai dapat mengatur dirinya untuk berprestasi sebaik-baiknya. Akhirnya, mutasi juga harus memperhitungkan faktor kekuatan
pegawai, artinya apabila seorang pegawai dimutasikan ke unit kerja lain, maka pada waktu yang relatif singkat harus pula diangkat penggantinya, sehingga
kontinuitas pekerjaan tidak terhambat. Dalam hal adanya pengembangan organisasi, biasanya dilaksanakan mutasi dan promosi besar-besaran, untuk itu
koordinasi antara unit kerja sangat diperlukan, sehingga tidak terjadi pengumpulan pegawai-pegawai yang berbobot pada suatu unit kerja tertentu,
Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM
Sumatera Utara, 2009
Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM
Sumatera Utara, 2009
sedangkan di unit kerja lainnya berkumpul pegawai-pegawai yang tidak berbobot.
4. Kenaikan Jabatan Promosi