Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM
Sumatera Utara, 2009
dan setia serta merasa terhormat pada profesi yang disandangnya, mengakui kelemahan yang dimiliki dan tidak menyombongkan diri, serta berupaya terus
untuk mengembangkan diri dalam mencapai kesempurnaan bidang keahlian dan profesinya melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Di samping
itu, tidak akan melacurkan profesinya untuk tujuan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, demi tujuan materi semata atau kepentingan
sepihak.
3. Sikap dan Perilaku Pegawai Negeri Sipil
Membahas perilaku individu pegawai dalam organisasi, dapat diartikan dengan membahas perilaku manusia dalam organisasi, dan itu juga berarti perilaku
organisasi. Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sedangkan perilaku organisasi pada hakikatnya adalah hasil-
hasil interaksi antara individu-individu dalam organisasi. Tujuan praktisnya adalah untuk mendeterminasi bagaimanakah perilaku manusia mempengaruhi usaha
pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Oleh karena itu, untuk memahami perilaku organisasi sebaiknya diketahui terlebih dahulu individu-individu sebagai pendukung
organisasi.
126
Setiap individu dalam organisasi memiliki karakteristik, seperti: kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa
lalunya. Organisasi juga mempunyai beberapa karakteristik, seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan
tanggung jawab, sistem penggajian reward system, sistem pengendalian, dan sebagainya. Jikalau karakteristik individu berinteraksi dengan karakteristik
126
Miftah Thoha, Manajemen Kepegawaian Sipil......., Op.Cit., hlm. 33.
Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM
Sumatera Utara, 2009
organisasi, maka akan terwujud perilaku individu dalam organisasi. Dengan demikian, perilaku adalah fungsi dari interaksi antara sesama individu dengan
lingkungannya. Perilaku adalah kegiatan yang sudah dilakukan, atau niat yang sudah direalisasikan dalam bentuk tingkah laku yang tampak. Perilaku pada dasarnya
merupakan produk dari sikap mental atau realisasi dari setiap keputusan yang telah diambil oleh sikap mental orang yang bersangkutan.
127
Adapun sikap adalah gambaran kepribadian seseorang, yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Sikap
adalah evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap sesuatu objek atau gagasan.
128
Sikap akan menempatkan seseorang ke dalam satu pikiran menyukai atau tidak menyukai sesuatu, bergerak mendekati atau
menjauhi sesuatu tersebut. Dalam melahirkan sikap, dapat dilakukan dalam bentuk ungkapan pemikiran atau tanggapan melalui pembicaraan lisan atau dalam bentuk
tulisan, yang wujudnya dilahirkan dalam dua kondisi, yaitu sikap dualisme. Artinya, lain yang yang terkandung dalam pikiran atau nurani, lain pula yang dilahirkan sesuai
dengan yang ada dalam pikiran. Misalnya, pertama, sikap yang menyatakan setuju atau tidak setuju, dengan mengemukakan berbagai pertimbangan atau bisa juga sikap
yang menunjukkan antipati tanpa alasan yang jelas. Kedua, dapat dilakukan dalam bentuk sikap fisik, seperti duduk, cara berbicara, berjalan, dan sebagainya.
129
127
Ibid.
128
Umar Husein, Metode Riset Perilaku Organisasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm. 25.
129
Ibid.
Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM
Sumatera Utara, 2009
Secara sederhana dapat dinyatakan, bahwa sikap mental yang umumnya berwujud perilaku adalah searah atau tidak searahnya perbuatan seseorang sesuai
dengan hati nuraninya, atau apakah seseorang bersikap sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya. Dengan kata lain, perilaku atau pola sikap seseorang umumnya
tidak terlepas dari pengetahuan dan keyakinannya, termasuk aspek keterampilan, motivasi dan rasa percaya diri. Karena tidak setiap orang yang memiliki sikap baik,
menghasilkan sesuatu perilaku yang benar, karena bisa saja mereka kurang pengetahuan atau keterampilan, atau mungkin mereka tidak percaya diri atau tidak
termotivasi untuk melakukannya. Dengan demikian bisa dikatakan, bahwa beberapa aspek, seperti pengetahuan, keterampilan, keyakinan diri dan motivasi yang ada pada
seseorang dapat dipakai untuk memprediksi apakah perilakunya sesuai atau tidak dengan yang diharapkan.
Dalam kaitannya dengan penjelasan di atas, paling tidak ada tiga hal yang harus diperhatikan dan dipahami oleh para pimpinan ketika akan mendeskripsikan
perilaku seorang pegawai. Pertama, perilaku pegawai yang tidak sama dengan tujuan organisasi; Kedua, perilaku pegawai yang tidak terarah pada tujuan organisasi; dan
ketiga, perilaku pegawai yang terarah pada tujuan organisasi.
130
Ada tiga jenis perilaku yang terdapat dalam suatu organisasi. Pertama, perilaku nyata yang
ditunjukkan oleh para anggota organisasi dalam kehidupan organisasionalnya; Kedua adalah perilaku yang dituntut oleh organisasi dari para anggotanya; dan ketiga adalah
130
Sulistiayani, Ambar Teguh dan Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2003, hlm. 191.
Tetty Ernawati Siahaan : Analisis Terhadap Pengangkatan Jabatan Struktural Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Studi Pada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM
Sumatera Utara, 2009
perilaku ideal yang pada hakikatnya tercermin dalam suasana kerjasama yang serasi dan intim.
131
Perilaku nyata, biasanya sangat dipengaruhi oleh tujuan, cita-cita serta harapan seseorang. Sebaliknya, perilaku organisasi yang dituntut oleh organisasi,
pada hakikatnya diwarnai oleh kepentingan organisasi yang bersangkutan. Penciptaan perilaku yang ideal, didasarkan pada pandangan bahwa kepentingan individu dan
kepentingan organisasi tidak harus berada pada jalur ‘tabrakan”, melainkan dapat diselaraskan. Dengan penyelarasan ini, motivasi individual dalam bentuk kemauan
keras, naluri, keinginan untuk maju dan berkembang akan digabungkan dengan motivasi organisasional yang berwujud berbagai hal, seperti: insentif material dari
organisasi, pengakuan, penghargaan, kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta faktor-faktor motivasional lain yang sifatnya tidak dalam
bentuk kebendaan. Dari uraian di atas menunjukkan, bahwa pembinaan dapat memainkan
peranan yang amat penting dalam mengarahkan perilaku seseorang atau sekelompok pegawai sehingga berubah sifatnya dari ego sentris menjadi kelompok sentris.
Peranan ini dimainkan terutama dengan penekanan pada pentingnya kebersamaan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi.
4. Hubungan Pembinaan