Hubungan Asupan Kalsium dengan Tingkat Dismenore pada Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGKAT DISMENORE PADA REMAJA PUTRI VEGAN

DI VIHARA MAITREYA MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

FITRIANI BR SINAGA 071000174

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGKAT DISMENORE PADA REMAJA PUTRI VEGAN

DI VIHARA MAITREYA MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

071000174

FITRIANI BR SINAGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM DENGAN TINGKAT DISMENORE PADA REMAJA PUTRI VEGAN

DI VIHARA MAITREYA MEDAN TAHUN 2011

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh:

071000174

FITRIANI BR SINAGA

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 11 Januari 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof . Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si

NIP. 19670613 199303 1 004 NIP. 19820729 200812 2 002 Fitri Ardiani, SKM, MPH

Penguji II Penguji III

dr. Mhd. Arifin Siregar, MS

NIP. 19581111 198703 1 004 NIP. 19700212 199501 2 001 Ernawati Nasution, SKM, M.Kes

Medan, Januari 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Pola makan vegan memiliki keterbatasan dalam mengonsumsi makanan. Mereka hanya mengonsumsi makanan nabati saja dan tidak mengonsumsi makanan hewani. Oleh karena itu, vegan yang mengonsumsi makanan yang kurang beraneka ragam sering mengalami defisiensi beberapa zat gizi, termasuk kalsium. Beberapa studi menunujukkan bahwa kalsium dapat mengurangi dismenore, sedangkan studi lain mengatakan kalsium hanya dapat membantu meringankan nyeri saat

premenstruasi.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan dismenore. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain crosssectional. Pola makan diukur dengan cara wawancara dengan menggunakan formulir food frequency dan dismenore diukur dengan universal pain assessment tool. Hubungan antara asupan kalsium dengan dismenore dianalisis dengan uji chi square pada taraf kemaknaan

α=0,05.

Hasil analisis dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan kalsium dengan dismenore. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar remaja putri vegan memiliki pola makan miskin kalsium (77,5%) dengan tingkat dismenore ringan (45%) dan sedang (22,5%) lebih banyak dibandingkan remaja putri vegan yang memiliki pola makan kaya kalsium.

Dari hasil penelitian disarankan agar remaja putri vegan mengonsumsi

makanan yang beraneka ragam serta meningkatkan frekuensi makan, khususnya jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau agar kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dan dismenore tidak terjadi.


(5)

ABSTRACT

A vegan eating pattern have limitation in consuming of food. They only consume on vegetation food and haven’t consume animal products. Therefore, vegan who consume less various food may suffer from nutrition deficiencies, including calcium. One of study found that calcium did not reduce dysmenorrhea, but in another study, it seemed that calcium reduced premenstrual pain.

The aim of this study was to determine a relationship between calcium consumption and dysmenorrhea. This research was an analytic study with

crosssectional design. The eating pattern was measured by interviewed with food frequency form and dysmenorrhea was measured by universal pain assessment tool. A relationship between calcium consumption and dysmenorrhea was analited by chi

square test with confidence level on α=0,05.

The result of analysis by chi square, showed that there’s a correlation

between calcium consumption and dysmenorrhea. The result showed that the most of vegan adolescents have an eating pattern in low calcium (77,5%) who have

dysmenorrhea in mild pain (45%) and moderate pain category (22,5%) more than vegan adolescents’s high calcium in their eating pattern.

The result of this study may suggested that vegan adolescents consume a multifariuous meal and also improve eating frequency, especially nuts and green leafy vegetables so that calcium needs can be enough and dysmenorrhea can’t happen.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Fitriani Br Sinaga

Tempat/Tanggal Lahir : Binjai/16 Mei 1988

Agama : Kristen Katolik

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang

Alamat Rumah : Jl. Ketilang No.8 Binjai

Riwayat Pendidikan : 1. 1994-1995 TK Methodist Binjai 2. 1995-2001 SD Methodist Binjai 3. 2001-2004 SLTP Methodist Binjai 4. 2004-2007 SMA Negeri 1 Binjai

5. 2007-2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih karunia-Nya, saya dapat mengerjakan skripsi yang berjudul,”Hubungan Asupan Kalsium dengan Tingkat Dismenore pada Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, mulai dari proposal, penelitian sampai dengan skripsi, tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan yang diberikan, khususnya selama proses penyusunan skripsi ini kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing saya selama proses penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH, selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak membimbing saya selama penyusunan sripsi ini.

4. Kepada Bapak dr. Mhd. Arifin Siregar, MS, selaku dosen penguji II saya. 5. Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku selaku dosen penguji III saya. 6. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik. 7. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat.


(8)

8. Kepada kedua orang tua saya, Jantiaman Sinaga dan Juliana Purba yang telah memberikan semangat dan dukungan, baik dalam bentuk moril maupun materil serta doa kepada saya.

9. Kepada Bapak Pdt. Antony Juhana yang telah memberikan ijin penelitian kepada saya.

10.Kepada kak Yiling, Erlina dan seluruh staf mahavihara Maitreya yang telah banyak membantu saya melancarkan penelitian.

11.Kepada bang Jairomatos Sihombing, SH, Jamian Sihombing, SH dan Pramayana yang telah banyak membantu saya selama penelitian ke mahavihara Maitreya Medan.

12.Kepada kakak, abang dan adik saya, Desi Mariani Sinaga, S.E, Leonardo Sinaga, S.Si dan Herberd Sinaga.

13.Saudara kelompok kecil saya, “Hopefull”, kak Eka Mayasari Banureah, SKM, kak Ria Natalia, SKM dan Lusiana Purba, terima kasih atas dukungan, semangat dan doanya.

14.Kepada sahabat saya, “Blink2Girlz”, Tiur Liana Banjarnahor, AmKeb, Siska Pinem, S.Ked. dan Dewi Rulia Sitepu, Spd., yang selalu memberikan semangat dan doa kepada saya.

15.Kepada sahabat saya, “RealVs”, Peranika Pakpahan, SKM dan Ivo Gustiara Damanik, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

16.Kepada Yansen Salim,ST, Kartini Amalia Harahap, kak Eriama Agustina Purba, kak Sherry, Yuni Matanari, SKM, Meishi Sihombing, SKM, Yunita, SKM, Suryani, SKM, kak Elfrina, SKM, kak Veronika, SKM, kak Lastiar Tampubolon,


(9)

SKM, kak Hotmauli, SKM, kak Maira, SKM, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

17.Kepada semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu, saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

Akhirnya, saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan semoga Tuhan selalu menyertai kita semua. Terima kasih.

Medan, 24 Januari 2012 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI Halaman Pengesahan

Abstrak………..

Abstact ... ii

Daftar Riwayat Hidup Penulis………. iii

Kata Pengantar………. iv

Daftar Isi……… vii

Daftar Tabel……….. ix

Daftar Gambar ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Perumusan Masalah ……….. 3

1.3. Tujuan Penelitian………... 3

1.3.1. Tujuan Umum ……….... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ………... 3

1.4. Manfaat Penelitian ……….... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Makan Vegan……… ……… 5

2.1.1. Kekurangan Zat Gizi yang Sering Terjadi pada Pola Makan Vegan………. 9

2.2. Pubertas ………. 14

2.3. Dismenore ………. 16

2.3.1. Klasifikasi Dismenore ……… 16

2.3.2. Tingkat Dismenore ………. 17

2.3.3. Gejala Dismenore ………... 17

2.3.4. Etiologi/Penyebab Dismenore ……… 18

2.3.5. Patofisiologi Dismenore ………. 18

2.3.6. Pengobatan Dismenore ………... 18

2.4. Kalsium untuk Mengurangi Dismenore ……… 20

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ………. 24

2.6. Hipotesis ……… 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian ……… 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 25

3.2.1. Lokasi Penelitian ………. 25

3.2.2. Waktu Penelitian ………. 25

3.3. Populasi dan Sampel ……….. 25

3.4. Metode Pengumpulan Data ……… 26


(11)

3.6. Definisi Operasional……… 27

3.7. Aspek Pengukuran ……….. 27

3.8. Metode Analisis Data……….. 28

3.8.1. Pengolahan Data……….. 28

3.8.2. Analisis Data……… 29

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Mahavihara Maitreya Medan ……… 30

4.2. Gambaran Umum Responden ……… 31

4.3. Jenis Makanan……….... ………. 32

4.4. Asupan kalsium ………. 38

4.5. Pola Makan Remaja Putri Vegan ……… 39

4.6. Tingkat Dismenore ………. 40

4.7. Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan Menurut Pola Makan …… 41

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pola Makan Remaja Putri Vegan ………... 42

5.1.1. Makanan Kaya Kalsium ……….. 43

5.1.2. Makanan Miskin Kalsium ………... 45

5.2. Asupan Kalsium ………. 47

5.3. Tingkat Dismenore ………. 53

5.4. Tingkat Dismenore Berdasarkan Pola Makan Vegan ……… 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ………. 57

6.2. Saran ………... 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

- Kuesioner

- Universal Pain Assessment Tool - Formulir Food Frequency - Master Data

- Output Data

- Surat Izin Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Panduan Diet Vegan untuk Wanita ... 9 Tabel 2.2. Jumlah Kalsium dalam Bahan Makanan Nabati ... 21 Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan

Tahun 2011 Berdasarkan Kelompok Umur ... 31 Tabel 4.2. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan

Tahun 2011 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31 Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan

Tahun 2011 Berdasarkan Konsumsi Suplemen ... 31 Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan yang Mengonsumsi Suplemen

di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Jenis Suplemen ... 32 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Kacang-Kacangan

yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 33 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Sayuran Hijau yang

Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 34 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lain (Selain

Kacang-Kacangan dan Sayuran Hijau) yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 35 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah-Buahan yang

Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 36 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Serealia yang

Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 37 Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lain (Selain

Buah-Buahan dan Serealia) yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 37 Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Makan dan Makanan Jenis Kacang-Kacangan

dengan Jenis Sayuran Hijau yang Dikonsumsi Setiap Hari oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 38


(13)

Tabel 4.12. Distribusi Pola Makan Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 ... 40 Tabel 4.13. Distribusi Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan di Vihara

Maitreya Medan Tahun 2011... 40 Tabel 4.14. Distribusi Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan di Vihara


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Piramida Makanan untuk Kelompok Vegetarian ... 7 Gambar 2.2. Skala Intensitas Nyeri ... 17


(15)

ABSTRAK

Pola makan vegan memiliki keterbatasan dalam mengonsumsi makanan. Mereka hanya mengonsumsi makanan nabati saja dan tidak mengonsumsi makanan hewani. Oleh karena itu, vegan yang mengonsumsi makanan yang kurang beraneka ragam sering mengalami defisiensi beberapa zat gizi, termasuk kalsium. Beberapa studi menunujukkan bahwa kalsium dapat mengurangi dismenore, sedangkan studi lain mengatakan kalsium hanya dapat membantu meringankan nyeri saat

premenstruasi.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan dismenore. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain crosssectional. Pola makan diukur dengan cara wawancara dengan menggunakan formulir food frequency dan dismenore diukur dengan universal pain assessment tool. Hubungan antara asupan kalsium dengan dismenore dianalisis dengan uji chi square pada taraf kemaknaan

α=0,05.

Hasil analisis dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan kalsium dengan dismenore. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar remaja putri vegan memiliki pola makan miskin kalsium (77,5%) dengan tingkat dismenore ringan (45%) dan sedang (22,5%) lebih banyak dibandingkan remaja putri vegan yang memiliki pola makan kaya kalsium.

Dari hasil penelitian disarankan agar remaja putri vegan mengonsumsi

makanan yang beraneka ragam serta meningkatkan frekuensi makan, khususnya jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau agar kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dan dismenore tidak terjadi.


(16)

ABSTRACT

A vegan eating pattern have limitation in consuming of food. They only consume on vegetation food and haven’t consume animal products. Therefore, vegan who consume less various food may suffer from nutrition deficiencies, including calcium. One of study found that calcium did not reduce dysmenorrhea, but in another study, it seemed that calcium reduced premenstrual pain.

The aim of this study was to determine a relationship between calcium consumption and dysmenorrhea. This research was an analytic study with

crosssectional design. The eating pattern was measured by interviewed with food frequency form and dysmenorrhea was measured by universal pain assessment tool. A relationship between calcium consumption and dysmenorrhea was analited by chi

square test with confidence level on α=0,05.

The result of analysis by chi square, showed that there’s a correlation

between calcium consumption and dysmenorrhea. The result showed that the most of vegan adolescents have an eating pattern in low calcium (77,5%) who have

dysmenorrhea in mild pain (45%) and moderate pain category (22,5%) more than vegan adolescents’s high calcium in their eating pattern.

The result of this study may suggested that vegan adolescents consume a multifariuous meal and also improve eating frequency, especially nuts and green leafy vegetables so that calcium needs can be enough and dysmenorrhea can’t happen.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Masa remaja (adolescence) merupakan suatu masa peralihan. Pada masa remaja terjadi perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan masa pubertas. Pada masa pubertas, kematangan fisik berlangsung dengan cepat, yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh (Santrock, 2007). Pubertas juga ditandai dengan kematangan seksual (Manuaba,1999). Pada masa pubertas, wanita akan mengalami menstruasi sebagai tanda kematangan seksualnya. Menstruasi yang dialami merupakan peristiwa yang wajar dan alami, walaupun kenyataannya banyak wanita mengalami masalah menstruasi, seperti dismenore atau nyeri haid (Moore,2001).

Ada beberapa cara untuk mengurangi dismenore, salah satunya adalah mengonsumsi kalsium. Kalsium diyakini dapat membantu mengurangi dismenore. Namun, buktinya belum jelas, beberapa studi mengatakan bahwa kalsium dapat mengurangi dismenore, sedangkan studi lain mengatakan kalsium hanya dapat membantu meringankan nyeri saat premenstruasi (UMMC, 2011). Kalsium dalam penelitian tersebut digunakan dalam bentuk suplemen, sedangkan pada penelitian ini, pola makan vegetarian yang akan digunakan untuk mengukur efek dismenore.

Pola makan vegetarian memang terbukti bermanfaat dalam mencegah munculnya berbagai gangguan penyakit, seperti penyakit jantung, kanker, batu empedu, ginjal dan berbagai penyakit lainnya. Meskipun begitu, perlu diingat bahwa makanan hewani merupakan makanan yang kaya zat gizi. Vitamin dan mineral yang


(18)

terkandung dalam makanan hewani berbeda dengan makanan nabati yang kandungan gizinya kurang lengkap.

Ada tiga jenis vegetarian yang dikenal, yakni lacto vegetarian, lacto ovo vegetarian dan vegan. Dari ketiga jenis vegetarian tersebut, lacto vegetarian dan lacto-ovo vegetarian masih mengonsumsi makanan hewani, walaupun dalam jenis dan jumlah yang terbatas, sehingga tidak terlalu sulit untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Lain halnya dengan vegan, yang sama sekali tidak mengonsumsi makanan hewani maupun produk olahannya, sehingga seringkali mengalami kekurangan zat gizi, seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, protein, lemak, vitamin A, vitamin D,

termasuk juga kalsium.

Kalsium diperlukan dalam jumlah yang relatif besar. Sumber utama kalsium terdapat pada makanan hewani, yakni susu dan hasil olahannya, seperti keju, serta ikan dan udang. Namun, makanan hewani tersebut tidak dikonsumsi oleh vegan. Jumlah kalsium yang dapat diserap oleh tubuh sangat tergantung pada ketersediaan kalsium dalam makanan. Meskipun lebih banyak ditemukan dalam makanan hewani, namun kalsium juga ditemukan dalam makanan nabati. Makanan nabati, seperti kacang-kacangan dan hasil olahannya, yakni tempe dan tahu, serta sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, walaupun kandungan kalsium pada makanan nabati tersebut tidak sebanyak pada makanan hewani, terlebih ada beberapa jenis sayuran yang mengandung asam oksalat yang dapat menghambat penyerapan kalsium. Oleh sebab itu, vegan sering mengalami kekurangan kalsium, padahal kalsium dipercaya dapat mengurangi dismenore.


(19)

Adapun penganut vegan biasanya dikarenakan faktor agama. Salah satunya, yakni agama Buddha Maitreya. Remaja putri yang tinggal di vihara Maitreya Medan merupakan penganut vegan, sehingga dengan alasan itu peneliti memilih vihara Maitreya Medan sebagai tempat penelitian yang tepat. Pada survei pendahuluan yang dilakukan penulis terhadap beberapa remaja di vihara Maitreya tersebut, didapat remaja putri vegan yang memiliki tingkat dismenore yang ringan.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada remaja put ri vegan di vihara Maitreya Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui jenis, jumlah dan frekuensi makan makanan kaya kalsium yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan.


(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu remaja putri memperoleh informasi mengenai dismenore dan cara mengatasinya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Makan Vegan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas pokok suatu kelompok masyarakat tertentu (Goan, 1985).

Vegetarian berasal dari Bahasa Latin, yakni vegetus, artinya kuat, aktif dan bergairah. Vegetarian memiliki dua arti, yakni sebagai kata benda dan kata sifat. Vegetarian sebagai kata benda berarti orang yang banyak/hanya mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Yuliarti, 2009), sedangkan vegetarian sebagai kata sifat berarti tidak mengandung daging atau kebiasaan berpantang daging (Bangun, 2003).

Menurut American Dietetic Association dalam Yuliarti (2009), vegetarian dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Lacto-ovo vegetarian

Orang yang menganut vegetarian tipe ini biasanya memiliki pola makan meliput i biji-bijian, umbi-umbian, buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, susu, telur dan produknya.

2. Lacto vegetarian

Penganut vegetarian tipe ini biasa mengonsumsi makanan sebagaimana halnya vegetarian lacto-ovo, namun tidak mengonsumsi telur.


(22)

3. Vegetarian total (vegan)

Vegetarian total (vegan) merupakan vegetarian murni. Orang yang menganut paham ini sama sekali tidak mengonsumsi unsur hewani dan semua produk hewani.

Menurut Yuliarti (2009), ada beberapa jenis bahan makanan yang perlu dikonsumsi oleh vegetarian, antara lain:

1. Sayur-sayuran merupakan bahan makanan yang kaya akan zat gizi, diantaranya vitamin C, beta karoten, riboflavin, zat besi, kalsium dan bahan makanan nongizi, yakni serat. Sayur-sayuran berdaun hijau, seperti bayam dan brokoli, sayur-sayuran yang berwarna kuning atau oranye seperti bayam, kentang manis, labu, semangka dan melon kuning mengandung beta karoten yang tinggi, perlu dikonsumsi lima porsi setiap hari.

2. Buah-buahan merupakan bahan makanan yang kaya serat, vitamin C dan beta karoten, sehingga perlu dikonsumsi setiap hari.

3. Roti, sereal, nasi dan biji-bijian lain sangat baik untuk dikonsumsi. Biji-bijian kaya akan serat, karbohidrat, protein dan zink.

4. Kedelai maupun susu kedelai dan hasil olahannya baik untuk dikonsumsi karena merupakan sumber kalsium yang baik.

5. Makanan jenis kacang-kacangan merupakan sumber protein, serat, zat besi, kalsium dan zink, sehingga baik untuk dikonsumsi.


(23)

Sumber: Departemen of Nutrition,Arizona State University,Vegetarian Food Pyramid,2002.

Gambar 2.1. Piramida Makanan untuk Kelompok Vegetarian

Seperti halnya diet nonvegetarian, vegan juga harus mengatur jumlah asupan makannya. Pedoman yang paling sering digunakan adalah dengan piramida makanan. Piramida makanan yang cukup dikenal adalah pedoman yang digunakan oleh Departement of Nutrition, Arizona State University. Adapun penjelasan lebih detail adalah sebagai berikut:

1. Minyak

Berbagai minyak nabati dapat dikonsumsi vegan, mulai dari minyak kelapa, minyak kanola, minyak palem dan lain sebagainya. Bahan makanan ini harus dibatasi konsumsinya, 2-3 sendok teh saja setiap hari.


(24)

2. Kacang-kacangan

Adapun golongan kacang-kacangan, seperti kacang tanah dan sejenisnya dapat dikonsumsi 1-2 porsi setiap hari.

3. Bahan makanan pengganti susu

Bahan makanan pengganti susu yang dapat dikonsumsi vegan diantaranya susu kedelai maupun hasil olahan kedelai lain yang telah difortifikasi dengan vitamin B12. Bahan makanan ini dapat dikonsumsi sebanyak tiga porsi.

4. Sayur-sayuran dan buah segar, seperti wortel, lobak, mentimun, labu, tomat, cabai dan bawang-bawangan dapat dikonsumsi oleh vegan sebanyak 2-4 porsi.

5. Sayur-sayuran segar berdaun hijau, seperti kangkung, bayam, seledri, sawi dan selada dapat dikonsumsi sebanyak 2-3 porsi.

6. Polong-polongan, seperti buncis dan bahan makanan kaya protein lain, seperti hasil olahan kedelai, yakni tempe, tahu dan tofu dapat dikonsumsi sebanyak 2-3 porsi.

7. Buah-buahan segar, seperti semangka, nanas, jeruk, anggur, pisang dan lain sebagainya dapat dikonsumsi sebanyak 1-2 porsi.

8. Buah-buahan kering dapat dikonsumsi sebanyak 1-2 porsi.

9. Tepung-tepungan, pasta, sereal dan padi-padian dapat dikonsumsi sebanyak 6-10 porsi. Adapun kelompok ini adalah nasi, kentang, singkong, roti, ketan dan lain sebagainya.

10.Mengonsumsi air, minimal delapan gelas sehari. Vegan yang kesulitan memenuhi kebutuhan vitamin tertentu dapat mengonsumsi suplemen, yakni vitamin B12


(25)

Adapun panduan diet vegan untuk wanita dapat dilihat pada tabel 2.1. seperti di bawah ini:

Tabel 2.1. Panduan Diet Vegan untuk Wanita Golongan Umur (thn) Nasi (100 gr) Lauk tempe (50 gr) Sayuran (100 gr) Susu kedelai (100 gr) Buah (5 gr) Minyak (200 cc)

16-19 6X 5X 4X 1X 5X 5X

20-45 71/2X 5X 4X 1X 5X 5X

46-59 6X 4X 4X 1X 5X 5X

>60 5X 4X 4X 1X 5X 5X

Sumber: Yuliarti, The Vegetarian Way, 2009.

2.1.1. Kekurangan Zat Gizi yang Sering Terjadi pada Pola Makan Vegan

Vegetarian terbukti sangat bermanfaat dalam mencegah munculnya berbagai gangguan penyakit. Meskipun begitu, perlu diingat bahwa makanan hewani merupakan makanan yang kaya zat gizi. Kandungan protein pada bahan makanan hewani sangat lengkap. Vitamin dan mineral yang terkandung dalam bahan makanan hewani berbeda dengan bahan makanan nabati yang kandungan gizinya cenderung kurang lengkap. Oleh karena itu, sebagai penganut vegetarian agar tetap sehat harus dapat mengatur pola makan, serta mengonsumsi makanan yang beraneka ragam, sehingga kebutuhan gizi tetap terpenuhi dengan baik.

Pola makan lacto-ovo vegetarian dan lacto vegetarian masih mengonsumsi bahan makanan hewani, walaupun dalam jenis dan jumlah yang terbatas, sehingga tidak terlalu sulit untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Lain halnya vegan yang sama sekali tidak mengonsumsi bahan makanan hewani maupun produk olahannya, sehingga seringkali mengalami kekurangan zat gizi, seperti:


(26)

1. Kekurangan zat besi

Zat besi memiliki peran besar dalam transportasi dan metabolisme oksigen di dalam tubuh, kekebalan, perkembangan kognitif, pengaturan suhu, metabolisme energi dan performa kerja. Meski tubuh manusia hanya memerlukan zat besi sekitar lima gram saja, namun jika terjadi defisiensi, maka akan berakibat besar bagi tubuh. Banyak hal yang dapat menjadikan seorang vegan mengalami kekurangan zat besi, diantaranya: (a) banyak mengonsumsi sayuran, padahal sayuran banyak mengandung fitat dan asam oksalat. Kedua jenis zat ini bersifat mengikat zat besi. Jadi, logis bila seorang vegan menderita kekurangan zat besi, mengingat zat besi yang dikonsumsinya banyak yang diikat oleh fitat dan asam oksalat, sehingga tidak dapat diserap oleh tubuh, (b) tidak atau kurang mengonsumsi daging, padahal daging merupakan sumber zat besi yang sangat baik. Jadi, logis pula bila vegan yang tidak pandai mengatur dietnya mengalami kekurangan zat besi.

2. Kekurangan vitamin B12

Banyak hal yang dapat menyebabkan seorang vegan mengalami kekurangan vitamin B12. Sebagian besar makanan yang mengandung vitamin B12 adalah

makanan yang berasal dari hewan, seperti ginjal, hati, ikan, kepiting, ketam, unggas dan susu. Jadi, kekurangan vitamin B12 ini banyak menimpa mereka yang

menerapkan pola makan vegan. Untuk mereka yang menerapkan pola makan vegetarian berjenis lacto maupun lacto ovo masih dapat memperoleh asupan vitamin B12 dari susu dan telur. Sebenarnya ada bahan makanan nabati yang


(27)

bahan makanan hewani, seperti miso, yang merupakan hasil fermentasi kedelai (sejenis tauco), tempe, sereal dan susu kedelai. Vegan sebaiknya melengkapi daftar dietnya dengan jenis makanan di atas. Harus diingat bahwa kelebihan asupan vitamin lain, juga dapat mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan vitamin B12. Asupan vitamin C yang terlalu tinggi justru akan mengakibatkan

seseorang mengalami kekurangan vitamin B12 karena vitamin C dosis tinggi

(lebih dari 500 mg/hari) justru akan merusak vitamin B12, mengubah vitamin B12

menjadi bentuk yang tidak aktif atau analognya yang justru merupakan antivitamin B12, sehingga mengakibatkan kekurangan vitamin B12. Vitamin B12

sangat penting bagi tubuh. Vitamin ini mampu meningkatkan nafsu makan dan mencegah terjadinya anemia. Seseorang yang mengalami kekurangan vitamin B12

akan mengalami gangguan dalam pembentukan sel darah merah. Jumlah sel darah merah yang menurun akan memunculkan anemia yang ditandai dengan kelelahan, turunnya nafsu makan dan diare. Defisiensi yang berat akan menimbulkan anemia perniosa.

3. Kekurangan protein

Asupan asam amino dalam menu harian sangatlah penting. Asam amino merupakan unit pembentuk protein, yakni zat yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme dan memperbaiki sel yang rusak. Dari 20 jenis asam amino, ada jenis asam amino yang dapat dibuat oleh tubuh, disebut asam amino nonesensial dan ada pula asam amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipasok dari luar, disebut sebagai asam amino esensial. Meskipun sejumlah kacang-kacangan mengandung protein yang tinggi, namun jenis asam amino yang


(28)

terdapat di dalamnya tidak selengkap yang ada pada bahan makanan hewani. Setiap jenis bahan makanan nabati kekurangan satu atau lebih asam amino esensial di dalamnya. Oleh karena itu, tidak disarankan untuk hanya mengonsumsi satu macam sumber protein nabati. Perlu kombinasi beberapa jenis bahan makanan nabati agar kebutuhan asam amino esensial terpenuhi.

4. Kekurangan lemak

Terlalu banyak mengonsumsi lemak dapat meningkatkan kadar trigleserida atau kolesterol darah, sehingga meningkatkan resiko serangan jantung maupun arteriosclerosis. Meskipun demikian, jangan menganggap lemak sebagai musuh karena lemak tetap diperlukan oleh tubuh. Banyak sekali manfaat lemak bagi tubuh, diantaranya sebagai sumber kalori, untuk membran sel dan mengatur fisiologi tubuh, serta mengikat vitamin larut lemak, seperti A,D,E, dan K. Artinya, penyerapan vitamin-vitamin tersebut akan sulit dilakukan bila tanpa adanya lemak. Meskipun beberapa bahan pangan nabati juga mengandung lemak, namun kebanyakan lemak ada pada bahan pangan hewani. Jika penganut vegan tidak pandai dalam mengatur dietnya, maka akan mengalami kekurangan lemak. Lemak bagi vegan didapatkan dari beberapa bahan makanan nabati, seperti apokat, kacang-kacangan, biji bunga matahari dan kedelai.

5. Kekurangan vitamin A

Pada prinsipnya vitamin A hanya terdapat pada produk hewani. Tumbuh-tumbuhan hanya mengandung beta karoten yang merupakan suatu substansi yang di dalam tubuh diubah menjadi vitamin A. Vegan hanya mendapat vitamin A dari produk nabati. Hal tersebut sebenarnya tidak benar karena konversi beta karoten


(29)

menjadi vitamin A hanya dapat terjadi di empedu. Hal ini berarti, seseorang harus mengonsumsi lemak bersama beta karoten untuk memicu sekresi empedu. Perlu ditambahkan bahwa orang-orang yang mengalami hipotiroidismus ataupun diabetes tidak dapat atau kecil kemungkinan mengubah beta karoten menjadi vitamin A. Baik sekali jika seseorang mau mengonsumsi mentega. Mentega mengandung vitamin A yang tinggi dan akan merangsang usus untuk mengubah vitamin A menjadi vitamin A aktif. Vitamin A sangat diperlukan oleh tubuh untuk membantu tubuh menggunakan protein dan mineral.

6. Kekurangan vitamin D

Vitamin D berguna untuk penyerapan kalsium dan fosfat dari usus, mineralisasi, pertumbuhan dan perbaikan tulang. Oleh karena berfungsi membantu penyerapan kalsium, maka biasanya kekurangan vitamin D ini akan mengakibatkan kekurangan kalsium pula. Di negara tropis, kebutuhan vitamin D tidak menjadi masalah karena sinar matahari dapat membantu mengubah provitamin D yang diproduksi tubuh menjadi vitamin D aktif yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Seperti halnya kalsium, vitamin D juga banyak terdapat pada bahan makanan yang berasal dari hewan. Sumber vitamin D adalah minyak ikan, hati, sarden, makarel, tuna, salmon, kuning telur, susu, serta produk dari hewan.

7. Kekurangan kalsium

Mineral kalsium sangat penting bagi tubuh, kalsium diperlukan dalam jumlah yang relatif besar untuk membentuk tulang dan gigi, kontraksi otot, detak jantung, penyerapan vitamin B12, serta mempengaruhi tekanan darah arterial. Kadar


(30)

kalsium dalam makanan, kemampuan serap dinding usus dan ketersediaan vitamin D. Kalsium mudah diserap bila dalam kondisi asam atau diberikan bersama protein dan laktosa. Sebaliknya, penyerapan akan terhambat bila ada bersama asam oksalat. Sayuran hijau, seperti sawi, bayam dan brokoli cukup kaya akan kalsium. Namun ada sayuran hijau dan buah tertentu yang mengandung asam oksalat yang tinggi, seperti belimbing, kol atau kubis. Untuk menghindari kekurangan kalsium, vegan harus menghindari sayuran dan buah-buahan yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti kol dan belimbing.

2.2. Pubertas

Remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja tengah/middle adolescence (14-16 tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, 2004). Masa remaja adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Salah satu ciri dari pubertas pada wanita adalah menstruasi.

Menstruasi adalahpermulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari (Widyastuti,2010). Kadatangan masa menstruasi ini biasanya terjadi pada usia 12 tahun dan merupakan tanda bahwa seorang wanita telah memasuki usia subur (Paath, 2005). Menstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai umur 17 tahun, setelah itu pada umumnya sudah teratur. Jumlah darah yang hilang pada saat menstruasi sekitar 50-60 cc tanpa bekuan darah. Apabila perdarahan disertai gumpalan darah menunjukkan terjadi pardarahan banyak, yang merupakan keadaan abnormal pada menstruasi (Manuaba, 1999). Menurut Paath (2005), remaja


(31)

wanita disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang agar status gizinya baik. Apabila status gizi baik, maka pada saat menstruasi, remaja tidak akan mengalami keluhan seperti nyeri haid atau dismenore.

Gangguan pada saat menstruasi merupakan hal yang sering dialami. Adapun gangguan menstruasi tersebut dapat dibagi menjadi (Wagman, 2000):

a. Amenore/amenorrhea

Amenore/amenorrhea adalah istilah medis yang digunakan untuk menamai tidak terjadinya menstruasi pada perempuan. Amenore disebut dengan amenore primer jika menstruasi tidak pernah terjadi sama sekali dan disebut amenore sekunder jika menstruasi terputus empat bulan atau lebih (Owen, 2005).

b. Menoragia/menorraghia

Menoragia/menorraghia adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan menstruasi yang disertai dengan aliran darah yang tinggi /lebih dari tujuh hari atau terlalu sering mengeluarkan darah, sehingga darah yang keluar terlalu berlebihan. Pada saat menstruasi biasa, darah yang keluar rata-rata 60 cc, namun penderita menoragia dapat mengeluarkan darah tiga kali lebih banyak dibanding dengan menstruasi biasa (Owen, 2005).

c. Dismenore/dysmenorrhea

Dismenore/dysmenorrhea adalah nama medis untuk menstruasi yang disertai dengan kram dan rasa sakit (Owen, 2005). Nyeri ini terasa di bagian bawah perut dan berawal tepat sebelum atau segera setelah masa haid dimulai. Nyeri ini dapat berlangsung setengah sampai lima hari dan acapkali tampak seperti nyeri berkepanjangan (Kingston, 1999).


(32)

2.3. Dismenore

Dismenore yaitu keluhan nyeri saat datang bulan. Biasanya nyeri dirasakan di daerah perut bagian bawah. Keluhan nyeri ini bahkan ada sampai menyebabkan pingsan karena tidak dapat menahan rasa sakitnya. Gejalanya kadang-kadang ditandai dengan rasa mual, muntah, sakit kepala, nyeri punggung dan pusing (Wagman, 1998).

2.3.1. Klasifikasi Dismenore

Menurut Baradero (2005), dismenore diklasifikasikan sebagai dismenore primer dan dismenore sekunder:

1. Dismenore primer tidak berkaitan dengan patologi pelvis dan bisa timbul tanpa penyakit organik. Dismenore primer bisa timbul pada hari pertama atau kedua dari menstruasi. Nyerinya bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada perut bagian bawah. Intesitas dismenore bisa berkurang setelah hamil atau pada umur 30 tahun. Dismenore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama. Nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks/leher rahim, terutama jika saluran serviksnya sempit (Llewellyn, 2005).

2. Dismenore sekunder timbul sebagai respon terhadap penyakit organik, seperti endometriosis, fibroid uteri dan pemakaian IUD. Dismenore sekunder sering terjadi pada wanita usia 30-45 tahun.


(33)

2.3.2. Tingkat Dismenore

Menurut Potter (2005), karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”. Alat Verbal Descriptor Scale/VDS ini memungkinkan klien untuk mendeskripsikan nyeri yang dialaminya, sedangkan skala penilaian numerik (Numerical Ratting Scale/NRS) lebih digunakan sebagai pengganti pendeskripsi kata. Salah satu alat verbal descriptor

scale ini adalah universal pain assessment tool. Skala Intensitas Nyeri Numerik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skala Intensitas Nyeri Deskriptif Sederhana

Tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri sedang nyeri berat nyeri tak

tertahankan Skala Analog Visual

Tidak nyeri nyeri tak

tertahankan

Gambar 2.2. Skala Intensitas Nyeri 2.3.3. Gejala Dismenore

Gejala dismenore adalah kram keras pada bagian perut yang bisa berlangsung sampai tiga hari, sering kencing, berkeringat, rasa sakit pada pinggul dengan rasa nyeri yang menjalar sampai ke paha bagian atas dan punggung, distensi abdominal, sakit punggung, kepala pusing dan muntah (Baradero, 2005).


(34)

2.3.4. Etiologi/Penyebab Dismenore

Sekitar sepertiga wanita yang mengalami menstruasi akan merasakan beberapa rasa sakit yang menyertai menstruasinya. Wanita yang mengalami dismenore primer akan menghasilkan hormon prostaglandin dalam jumlah banyak sekali pada saat menstruasi dan sangat sensitif terhadap hormon tersebut. Prostaglandin merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan pada saat bersalin dan juga salah satu hormon yang bertanggung jawab terhadap kontraksi-kontraksi rahim. Oleh karena itu, dismenore dapat dilihat sebagai persalinan mini yang disertai dengan hormon prostaglandin yang menyebabkan otot rahim masuk ke dalam spasma, yang mengakibatkan rasa sakit seperti kram (Baradero, 2005).

2.3.5. Patofisiologi Dismenore

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan dismenore primer, yaitu prostaglandin uteri yang tinggi, aktivitas uteri abno rmal, dan faktor emosi/psikologis. Belum diketahui dengan jelas bagaimana prostaglandin bisa menyebabkan dismenore. Akan tetapi, diketahui bahwa wanita dengan dismenore mempunyai prostaglandin yang empat kali lebih tinggi daripada wanita tanpa dismenore.

2.3.6. Pengobatan Dismenore

Diketahui bahwa beberapa hormon, seperti prostaglandin dapat membuat rahim berkontraksi. Wanita yang menderita kejang merasakan sakit yang ditimbulkan kontraksi tersebut. Salah satu cara mengurangi nyeri itu mungkin dengan mengurangi jumlah prostaglandin tertentu yang diproduksi tubuh, sehingga kontraksi tersebut tidak begitu kuat (Kingston, 1999). Adapun cara yang dilakukan untuk mengurangi dismenore diantaranya sebagai berikut:


(35)

a. Mengonsumsi obat nonsteroid antiinflamatory

Obat nonsteroid antiinflammatory berguna untuk menghambat pembentukan prostaglandin yang dapat mengurangi dismenore (Lethaby, 2007).

b. Mengonsumsi kontrasepsi oral

Kontrasepsi oral dengan dosis rendah dapat mengurangi dismenore (Zoler, 2004). Hormon-hormon pada kontrasepsi dapat mengontrol pertumbuhan dinding uterus sehingga prostaglandin sedikit dibentuk. Akibatnya, kontraksi lebih sedikit, aliran darah lebih sedikit dan nyeri berkurang.

c. Pijatan/massage

Pijatan/massage berguna untuk menstimulasi pembuluh darah kecil di bawah kulit, sehingga memberikan rasa rileks. Pijatan/massage ini diberikan pada bagian kepala, leher dan bagian tulang belakang (Kingston, 1995).

d. Kompres hangat

Kompres dengan air hangat dapat membantu pada masa haid karena panas dapat mengurangi nyeri. Botol berisi air panas yang ditaruh pada tempat yang nyeri, seperti pada perut bagian bawah atau punggung akan memberikan rasa rileks/nyaman, sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang ( Kingston, 1995). e. Olahraga

Olahraga yang teratur dapat menyebabkan berkurangnya nyeri haid/dismenore. Hal ini dikarenakan efek hormonal yang berhubungan dengan olahraga pada permukaan uterus, yakni peningkatan kadar endorfin yang bersirkulasi. Olahraga diduga bekerja sebagai analgesik nonspesifik yang bekerja jangka pendek dalam mengurangi nyeri (Abbaspour,2006).


(36)

f. Perubahan pola makan

Meningkatkan konsumsi kalsium, serat, makanan dari kedelai, buah-buahan dan sayur-sayuran, serta mengonsumsi suplemen, seperti magnesium, vitamin E dan vitamin B6 dapat membantu mengurangi dismenore (Tran, 2001)

2.4. Kalsium untuk Mengurangi Dismenore

Diet vegetarian memiliki pola makan yang hanya atau kebanyakan mengonsumsi makanan nabati untuk mencukupi kebutuhan gizi setiap hari. Dari tiga jenis vegetarian, vegan mempunyai pola makan yang hanya berfokus pada makanan nabati, sehingga agak sulit untuk memperoleh kebutuhan zat gizi dibandingkan dengan dua jenis vegetarian lain, yakni lacto vegetarian dan lacto-ovo vegetarian. Oleh karena itu, vegan sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan nabati yang beraneka ragam agar dapat memenuhi kebutuhan zat gizi setiap harinya. Apabila vegan mempunyai pola makan yang kurang beraneka ragam, maka akan mengakibatkan kekurangan zat gizi, seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, protein,

lemak, vitamin A, vitamin D dan kalsium (Yuliarti, 2009).

Menurut Yuliarti (2009), seorang vegan sering mengalami kekurangan kalsium. Hal itu dapat terjadi apabila pola makannya tidak beraneka ragam, padahal kalsium adalah zat gizi yang penting bagi wanita terutama saat menstruasi guna mengurangi dismenore. Peran kalsium untuk mengurangi dismenore, yakni sebagai zat yang diperlukan untuk kontraksi otot. Pada waktu otot berkontraksi, kalsium berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin. Bila otot kekurangan kalsium, maka otot tidak dapat mengendur setelah kontraksi, sehingga dapat mengakibatkan otot menjadi kram.


(37)

Adapun sumber utama kalsium adalah makanan hewani, seperti ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering dan udang. Namun, bagi vegan tidak memperoleh asupan kalsium dari sumber makanan hewani tersebut. Kacang-kacangan dan hasil olahan kacang-Kacang-kacangan, seperti tahu dan tempe, serta sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, walaupun jumlah kalsium pada makanan ini tidak sebanyak makanan hewani dan adanya asam oksalat yang dapat menghambat penyerapan kalsium. Namun, vegan dapat memperoleh kalsium dengan mengonsumsi kacang-kacangan dan sayuran hijau dalam jumlah yang banyak dan jenis yang beragam agar diperoleh kecukupan kalsium, serta menghindari makanan yang mengandung asam oksalat yang tinggi, seperti belimbing, kol atau kubis.

Kebutuhan kalsium akan terpenuhi bila mengonsumsi makanan yang seimbang dan beraneka ragam setiap hari. Kandungan kalsium beberapa bahan makanan nabati dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jumlah Kalsium dalam Bahan Makanan Nabati (mg/100 gram)

No Bahan Makanan Jumlah

1 Agar-agar 293

2 Anggur 4

3 Apel 7

4 Arbei 32

5 Bayam 267

6 Belimbing 8

7 Bengkuang 22

8 Biskuit 111

9 Bubur kacang hijau 259

10 Bubur nasi 2

11 Buncis 65

12 Bunga kol 67

13 Cempedak 2

14 Daun katuk 151

15 Daun pakis 42


(38)

No Bahan Makanan Jumlah

17 Daun singkong 165

18 Duku 7

19 Durian 14

20 Emping 100

21 Genjer 62

22 Jamur 6

23 Jagung 5

24 Jambu air 7

25 Jambu biji 14

26 Jeruk 19

27 Jus alpokat 3

28 Jus jeruk 5

29 Jus mangga 3

30 Jus melon 3

31 Jus pepaya 6

32 Jus terong belanda 6

33 Jus tomat 3

34 Kacang kedelai 222

35 Kacang mente 50

36 Kacang merah 293

37 Kacang tanah 315

38 Kangkung 74

39 Kedondong 8

40 Kelengkeng 21

41 Kembang tahu 378

42 Kentang 11

43 Kueni 10

44 Kurma 46

45 Kol 31

46 Labu 14

47 Langsat 7

48 Manggis 7

49 Melon 4

50 Mi goreng 5

51 Nangka 2

52 Nanas 10

53 Nasi 3

54 Nasi goreng 5

55 Pepaya 24

56 Pisang 6

57 Rambutan 7

58 Roti tawar 10


(39)

Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan, 1996.

Bahan makanan nabati yang mengandung asam oksalat dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Makanan yang mengandung asam oksalat dengan jumlah 2-7 kali lebih besar daripada kalsium, seperti bayam, bit, kol atau kubis dan belimbing. Bahan makanan ini tidak hanya menyebabkan kalsium yang terkandung di dalamnya tidak dapat dimanfaatkan, tetapi dengan besarnya asam oksalat yang terkandung dalam bahan makanan tersebut dapat mengendapkan kalsium yang ditambahkan dari produk-produk lain atau jika tidak ada kalsium yang ditambahkan, dapat berpengaruh toksis.

b. Bahan makanan yang meskipun mengandung asam oksalat dalam jumlah yang cukup banyak, namun pada makanan tersebut kaya akan kalsium, sehingga makanan tersebut merupakan sumber kalsium. Kelompok makanan ini adalah selada air, bunga kol, brokoli, sawi, kacang hijau, serta sayuran hijau dan buah yang lain.

No Bahan Makanan Jumlah

60 Sawi 220

61 Sawo 10

62 Sayur lodeh 38

63 Sayur sop 23

64 Selada air 211

65 Selai 168

66 Semangka 8

67 Sirsak 15

68 Susu kedelai 50

69 Tahu 124

70 Tempe 129

71 Terong 6

72 Wijen 1125


(40)

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Asupan kalsium dilihat dari pola makan vegan, yang terbagi atas makanan kaya kalsium dan miskin kalsium. Dari asupan kalsium tersebut dapat diketahui efek dismenore pada remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan.

2.6. Hipotesis

Ho: Adanya hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada remaja putri vegan.

Ha: Tidak ada hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada remaja putri vegan.

Asupan Kalsium

Dismenore Pola Makan Vegan:

1. Makanan Kaya Kalsium

2. Makanan Miskin Kalsium


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Jenis danDesain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan crosssectional yaitu ingin mengetahui hubungan asupan kalsium dengan tingkat dismenore pada remaja put ri vegan di vihara Maitreya Medan.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di vihara Maitreya Medan. Lokasi penelitian ditentukan dengan alasan bahwa di vihara Maitreya Medan, remaja putri yang tinggal di vihara tersebut merupakan penganut vegan, sehingga merupakan tempat yang tepat untuk melakukan penelitian guna mengetahui asupan kalsium yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan tersebut dan kaitannya dengan tingkat dismenore.

3.2.2.Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan September sampai dengan Desember 2011.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi : remaja putri vegan yang ada di vihara Maitreya Medan.

Sampel : remaja putri vegan yang berumur 15-20 tahun dengan teknik pengambilan sampel secara total sampling sebanyak 40 orang. Adapun alasan memilih kriteria sampel ini karena: (1) kedatangan menarke/menstruasi pertama biasanya pada umur 12 tahun dan dismenore biasanya terjadi 2-3 tahun setelah menarke/menstruasi


(42)

pertama, (2) pembatasan usia remaja akhir/late adolescence adalah umur 20 tahun.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dengan dua cara, yaitu: a. Data primer mencakup data:

1. Asupan kalsium dilihat dari pola makan vegan yang terbagi atas jenis, jumlah, serta frekuensi makan makanan kaya kalsium dan jenis, jumlah, serta frekuensi makan makanan miskin kalsium, yang diperoleh dari wawancara dengan menggunakan formulir food frequency.

2. Karakteristik responden, pertanyaan mengenai menstruasi, dismenore dan konsumsi suplemen diperoleh dari kuesioner.

3. Tingkat dismenore diperoleh dengan cara melihat kolom di bawah gambar yang tersedia pada universal pain assessment tool yang telah diceklis/disilang oleh remaja putri vegan.

b. Data sekunder, yaitu data mengenai gambaran umum mahavihara Maitreya Medan yang diperoleh dari bagian informasi.

3.5. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

2. Universal Pain Assessment Tool 3. Formulir food frequency


(43)

3.6. Definisi Operasional

No Operasional Definisi Skala Pengukuran

1 Pola makan vegan Gambaran mengenai jenis, jumlah serta frekuensi makan yang terbagi menjadi makanan kaya kalsium dan miskin kalsium yang dikonsumsi setiap hari untuk melihat asupan kalsium yang diperoleh.

Nominal

2 Makanan kaya kalsium

Makanan nabati jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan.

Nominal

3 Makanan miskin kalsium

Makanan nabati jenis serealia dan buah-buahan yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan.

Nominal

4 Tingkat dismenore

Intensitas nyeri yang dirasakan saat menstruasi oleh remaja putri vegan.

Ordinal

5 Remaja putri Orang yang berumur 15-20 tahun yang telah mendapat menstruasi lebih dari tiga tahun dan tinggal di vihara Maitreya Medan.

Interval

3.7. Aspek Pengukuran

1. Tingkat dismenore diukur dengan metode universal pain assessment tool. Responden memilih dengan cara memberi tanda (ceklis/silang) pada kolom yang tersedia pada salah satu ciri wajah atau ciri tingkah laku yang mampu mendeskripsikan dismenore yang dirasakan. Adapun skala deskriptor pada universal pain assessment tool, dibagi menjadi lima kategori, yakni:

a. Tidak nyeri b. Nyeri ringan


(44)

c. Nyeri sedang d. Nyeri berat

e. Nyeri tak tertahankan

2. Asupan kalsium diukur dengan melihat pola makan vegan yang terbagi menjadi makanan kaya kalsium dan miskin kalsium, yang diperoleh dari wawancara dengan menggunakan formulir food frequency. Makanan kaya kalsium, yang terdiri dari makanan jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi yang cukup, serta jumlah kalsium yang dikonsumsi sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan oleh Depkes, yakni 800-1000 mg untuk remaja putri, digolongkan sebagai pola makan kaya kalsium, sedangkan makanan jenis serealia dan buah-buahan ataupun makanan jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi yang kurang atau jarang dikonsumsi, serta jumlah kalsium yang dikonsumsi kurang dari 800 mg, sehingga kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan oleh Depkes untuk remaja putri, digolongkan sebagai pola makan miskin kalsium.

3.8. Metode Analisis Data 3.8.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer dengan langkah sebagai berikut:

1. Editing, yaitu melihat dan memeriksa apakah pertanyaan yang sudah diteliti ada proses pengolahan data

2. Koding, yaitu memberi kode antara angka-angka tertentu. 3. Entri Data


(45)

3.8.2. Analisis Data

Untuk melihat ada tidaknya hubungan secara bermakna diantara variabel yang diteliti, maka digunakan statistik uji chi-square pada program SPSS for windows dengan bantuan komputer.

Data yang telah dikumpulkan, diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dapat dianalisis secara deskriptif.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Mahavihara Maitreya Medan

Mahavihara Maitreya terletak di jalan Cemara Boulevard Utara no.8, Perumahan Cemara Asri Medan. Mahavihara Maitreya tersebut didirikan pada tahun 1999 dan diresmikan pada tanggal 21 Agustus 2008. Vihara tersebut merupakan vihara terbesar di Asia Tenggara dan merupakan pusat dari vihara-vihara yang ada di Sumatera Utara. Mahavihara Maitreya merupakan salah salah satu objek wisata di Perumahan Cemara Asri Medan yang sering dikunjungi, terutama pada hari libur. Mahavihara Maitreya berdiri megah karena adanya sumbangan dana dari para umat dan pemilik perumahan, yaitu Mujianto, Presiden Direktur PT Kurnia Sampali Asri. Vihara tersebut dibangun dengan gaya klasik oriental dengan desain modern.

Pada pintu masuk utama vihara tersebut akan tampak ruang kebaktian yang sangat besar, yang dapat menampung sekitar 1.500 orang. Di samping kanan dari ruang kebaktian tersebut, terdapat ruang informasi, sedangkan pada samping kiri ruang kebaktian tersebut, terdapat toko yang menjual barang-barang sebagai cendera mata untuk para wisatawan yang ingin membeli kenang-kenangan sebagai tanda telah berkunjung ke vihara tersebut. Sebelah kiri dari toko tersebut, terdapat sebuah restoran yang bernama Teko Healthy Resto, yang menjual makanan vegetarian. Selain itu, terdapat asrama yang menampung para mahasiswa yang mendapat beasiswa untuk kuliah di Perguruan Tinggi Cendana oleh pandita, yakni seorang pemimpin vihara tersebut sekaligus pemilik Perguruan Tinggi Cendana. Asrama tersebut terletak di lantai dua dan lantai tiga dari gedung mahavihara Maitreya Medan.


(47)

4.2. Gambaran Umum Responden

Adapun gambaran umum responden, yakni remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Kelompok Umur

No Umur (tahun) Jumlah %

1 15-17 4 10

2 18-20 36 90

Jumlah 40 100

Berdasarkan table 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas umur remaja put ri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah 18-20 tahun, yaitu sebanyak 36 orang (90%).

Tabel 4.2. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 SMP 4 10

2 SMA 36 90

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah tamat SMA, yaitu sebanyak 36 orang (90 %).

Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Konsumsi Suplemen

No Suplemen Jumlah %

1 Mengonsumsi 9 22,5

2 Tidak mengonsumsi 31 77,5

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 tidak mengonsumsi suplemen, yaitu sebanyak 31 orang (77,5 %).


(48)

Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Remaja Putri Vegan yang Mengonsumsi Suplemen di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Jenis Suplemen

No Jenis Suplemen Jumlah %

1 Kalsium dan Vitamin C 1 11,1

2 Vitamin B12 1 11,1

3 Vitamin C 6 66,7

4 Vitamin E 1 11,1

Jumlah 9 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 9 orang (100%) remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 yang mengonsumsi suplemen, jenis suplemen yang paling banyak dikonsumsi, yaitu vitamin C sebanyak 6 orang (66,7%).

4.3. Jenis Makanan

Pola makan remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari untuk melihat asupan kalsium. Oleh sebab itu, jenis makanan yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan terbagi menjadi dua, yakni makanan kaya kalsium dan makanan miskin kalsium.

1. Makanan kaya kalsium

Makanan kaya kalsium pada makanan nabati terdapat pada jenis kacang-kacangan, sayuran hijau, serta makanan lainnya.

a. Jenis kacang-kacangan

Frekuensi makan dan jenis makanan kacang-kacangan yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.5.


(49)

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Kacang-Kacangan yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

No

Kacang-Kacangan

Frekuensi Makan

>1 kali/hari

1 kali/hari 4-6 kali/mgg

1-3 kali/mgg

1-3 kali /bln

Tdk

Pernah Jlh

n % n % n % n % n % n %

1 Kacang

almond 0 0 0 0 4 10 4 10 20 50 12 30 40 2 Kacang hijau 0 0 0 0 15 37,5 5 12,5 20 50 0 0 40 3 Kacang merah 0 0 12 30 10 25 7 17,5 10 25 1 2,5 40 4 Kacang mente 0 0 0 0 5 12,5 4 10 20 50 11 27,5 40 5 Kacang tanah 6 15 15 22,5 13 32,5 7 17,5 5 12,5 0 0 40 6 Susu kedelai 2 5 3 7,5 7 17,5 18 45 6 15 4 10 40 7 Tahu 14 35 11 27,5 5 12,5 10 25 0 0 0 0 40 8 Tempe 12 30 11 27,5 9 22,5 7 17,5 1 2,5 0 0 40

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui frekuensi jenis makanan kacang-kacangan yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah tahu dengan frekuensi lebih dari satu kali dalam sehari, yaitu sebanyak 14 orang (35%).

b. Jenis sayuran hijau

Frekuensi makan dan jenis makanan sayuran hijau yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.6.


(50)

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Sayuran Hijau yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

No Sayuran

Hijau

Frekuensi Makan

>1 kali/hari

1 kali/hari 4-6 kali/mgg 1-3 kali/mgg 1-3 kali /bln Tdk

Pernah Jlh

n % n % n % n % n % n %

1 Bayam 1 2,5 5 12,5 8 20 13 32,5 12 30 1 2,5 40 2 Brokoli 7 17,5 8 20 14 35 8 20 1 2,5 2 5 40 3 Buncis 10 25 4 10 12 30 12 30 2 5 0 0 40 4 Bunga kol 8 20 9 22,5 12 30 10 25 1 2,5 0 0 40 5 Daun katuk 2 5 2 5 3 7,5 2 5 8 20 23 57,5 40 6 Daun pakis 1 2,5 2 5 2 5 5 12,5 15 37,5 15 37,5 40 7 Daun pepaya 0 0 1 2,5 6 15 3 7,5 13 32,5 17 42,5 40 8 Daun

singkong 6 15 7 17,5 5 12,5 10 25 9 22,5 3 7,5 40 9 Genjer 2 5 5 12,5 4 10 3 7,5 15 37,5 11 27,5 40 10 Kangkung 10 25 8 20 7 17,5 10 25 4 10 1 2,5 40 11 Sawi 7 17,5 11 27,5 7 17,5 10 25 5 12,5 0 0 40 12 Selada air 0 0 5 12,5 7 17,5 16 40 8 20 4 10 40

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui frekuensi jenis makanan sayuran hijau yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah sawi dengan frekuensi satu kali dalam sehari, yaitu sebanyak 11 orang (27,5%).

c. Makanan lain (selain kacang-kacangan dan sayuran hijau)

Selain jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau, ada makanan lain yang mengandung kalsium dalam jumlah yang banyak, seperti agar-agar, emping, kuaci, selai serikaya, dan wijen. Adapun frekuensi makan dari jenis makanan ini dapat dilihat pada tabel 4.7.


(51)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lain (Selain Kacang-Kacangan dan Sayuran Hijau) yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

No Jenis

Makanan

Frekuensi Makan

>1

kali/hari 1 kali/hari

4-6 kali/mgg

1-3 kali/mgg

1-3 kali /bln

Tdk

Pernah Jlh

n % n % n % n % n % n %

1 Agar-agar 0 0 0 0 9 22,5 13 32,5 17 42,5 1 2,5 40 2 Emping 0 0 0 0 5 12,5 6 15 22 55 7 17,5 40 3 Kuaci 0 0 0 0 3 7,5 6 15 21 52,5 10 25 40 4 Selai Serikaya 0 0 1 2,5 5 5 12 30 16 40 6 15 40 5 Wijen 0 0 5 12,5 5 12,5 7 17,5 17 42,5 6 15 40

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui frekuensi makanan lain (selain kacang-kacangan dan sayuran hijau) yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah wijen dengan frekuensi satu kali dalam sehari, yaitu sebanyak 5 orang (12,5%).

2. Makanan Miskin Kalsium

Makanan miskin kalsium pada makanan nabati terdapat pada jenis buah-buahan, serealia dan makanan lainnya.

a. Jenis buah-buahan

Frekuensi makan dan jenis makanan buah-buahan yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.8.


(52)

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah-Buahan yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

No Buah-Buahan

Frekuensi Makan

>1

kali/hari 1 kali/hari

4-6 kali/mgg

1-3 kali/mgg

1-3 kali

/bln Tdk Pernah Jlh

n % n % n % n % n % n %

1 Anggur 1 2,5 0 0 7 17,5 4 10 21 52,5 7 17,5 40 2 Apel 3 7,5 11 27,5 10 25 9 22,5 7 17,5 0 0 40 3 Belimbing 1 2,5 3 7,5 2 5 4 10 22 55 8 20 40 4 Bengkuang 1 2,5 7 17,5 3 7,5 9 22,5 18 45 2 5 40 5 Cempedak 1 2,5 1 2,5 0 0 5 12,5 22 55 11 27,5 40 6 Duku 0 0 1 2.5 3 7,5 5 12,5 24 60 7 17,5 40 7 Jambu air 0 0 3 7,5 3 7,5 4 10 22 55 8 20 40 8 Jambu biji 0 0 3 7,5 3 7,5 6 15 21 52,5 7 17,5 40 9 Jeruk 3 7,5 4 10 10 25 16 40 7 17,5 0 0 40 10 Kedondong 1 2,5 0 0 6 15 1 2,5 23 57,5 9 22,5 40 11 Kelengkeng 0 0 1 2,5 2 5 3 7,5 26 65 8 20 40 12 Kueni 0 0 0 0 6 15 5 12,5 24 60 5 12,5 40 13 Langsat 0 0 0 0 1 2,5 1 2,5 21 52,5 17 42,5 40 14 Mangga 0 0 0 0 7 17,5 11 27,5 20 50 2 5 40 15 Manggis 0 0 3 7,5 3 7,5 3 7,5 23 57,5 8 20 40 16 Melon 2 5 6 15 5 12,5 7 17,5 17 42,5 3 7,5 40 17 Nanas 2 5 3 7,5 11 27,5 17 42,5 6 15 1 2,5 40 18 Nangka 0 0 3 7,5 5 12,5 12 30 12 30 8 20 40 19 Pepaya 2 5 9 22,5 11 27,5 12 30 5 12,5 1 2,5 40 20 Pir 0 0 11 27,5 6 15 10 25 11 27,5 2 5 40 21 Pisang 5 12,5 11 27,5 11 27,5 9 22,5 4 10 0 0 40 22 Salak 2 5 0 0 6 15 7 17,5 21 52,5 4 10 40 23 Sawo 1 2,5 2 5 2 5 5 12,5 20 50 10 25 40 24 Semangka 2 5 5 12,5 10 25 14 35 7 17,5 2 5 40 25 Sirsak 0 0 1 2,5 5 12,5 3 7,5 21 52,5 10 25 40

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa frekuensi makanan buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah apel, pir dan pisang dengan frekuensi satu kali dalam sehari, yaitu masing-masing sebanyak 11 orang (27,5%).

b. Jenis Serealia

Frekuensi makan dan jenis makanan serealia yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.9.


(53)

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Serealia yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

No Serealia

Frekuensi Makan

>1

kali/hari 1 kali/hari

4-6 kali/mgg 1-3 kali/mgg 1-3 kali /bln Tdk

Pernah Jlh

n % n % n % n % n % n %

1 Bubur nasi 0 0 0 0 15 37,5 14 35 11 27,5 0 0 40 2 Nasi 34 85 6 15 0 0 0 0 0 0 0 0 40 3 Nasi goreng 0 0 11 27,5 8 20 12 30 9 22,5 0 0 40

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa frekuensi makanan serealia yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah nasi dengan frekuensi lebih dari satu kali dalam sehari, yaitu sebanyak 34 orang (85%).

c. Makanan lain (selain buah-buahan dan serealia)

Selain jenis buah-buahan dan serealia, ada juga makanan lain, seperti sayur dan jamur yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan yang mempunyai kalsium dalam jumlah yang sedikit. Adapun frekuensi makan dari jenis makanan ini dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Lain (Selain Buah-Buahan dan Serealia) yang Dikonsumsi oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

No Jenis

Makanan

Frekuensi Makan

>1

kali/hari 1 kali/hari

4-6 kali/mgg 1-3 kali/mgg 1-3 kali /bln Tdk

Pernah Jlh

n % n % n % n % n % n %

1 Jamur 12 30 8 20 7 17,5 8 20 2 5 3 7,5 40 2 Tauge 2 5 2 5 5 12,5 5 12,5 3 7,5 23 57,5 40 3 Jagung 8 20 9 22,5 10 25 6 15 2 5 5 12,5 40 4 Kentang 5 12,5 17 42,5 5 12,5 9 22,5 3 7,5 1 2,5 40 5 Kol 1 2,5 12 30 12 30 11 27,5 3 7,5 1 2,5 40 6 Rebung 0 0 1 2,5 5 12,5 6 15 10 25 18 45 40 7 Labu 2 5 5 12,5 10 25 13 32,5 4 10 6 15 40 8 Terong 2 5 9 22,5 10 25 15 37,5 1 2,5 3 7,5 40 9 Wortel 7 17,5 10 25 9 22,5 5 12,5 4 10 5 12,5 40


(54)

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa frekuensi makanan lain (selain buah-buahan dan serealia) yang paling banyak dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 adalah kentang dengan frekuensi satu kali dalam sehari, yaitu sebanyak 17 orang (42,5%).

4.4. Asupan Kalsium

Asupan kalsium dapat diukur dengan melihat makanan sumber kalsium yang dikonsumsi oleh remaja putri vegan. Adapun sumber kalsium dari makanan nabati, yakni jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau. Sumber kalsium yang dikonsumsi dengan frekuensi yang cukup, yakni lima kali dalam sehari untuk jenis kacang-kacangan dan empat kali dalam sehari untuk jenis sayuran hijau, dapat memenuhi kebutuhan kalsium remaja putri vegan setiap hari. Adapun frekuensi makan kacang-kacangan dan sayuran hijau yang dikonsumsi setiap hari oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Makan dan Makanan Jenis Kacang-Kacangan dengan Jenis Sayuran Hijau yang Dikonsumsi Setiap Hari oleh Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

No Frekuensi Makan Kacang-Kacangan

Frekuensi Makan

Sayuran Hijau Jumlah

≥4x/hari <4x/hari

n % n %

1 ≥5x/hari 8 20 4 10 12

2 <5x/hari 6 15 22 55 28

Jumlah 40

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa terdapat 8 orang (20%) remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 yang mengonsumsi makanan jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi yang cukup, 4 orang (10%) yang mengonsumsi makanan jenis kacang-kacangan dengan frekuensi yang cukup,


(55)

namun jenis sayuran hijau tidak cukup, 6 orang (15%) remaja putri vegan yang mengonsumsi makanan jenis sayuran hijau dengan frekuensi yang cukup, namun jenis kacang-kacangan tidak cukup dan 22 orang (55%) remaja putri vegan yang mengonsumsi makanan jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi tidak cukup. Dari 22 orang (55%) remaja putri vegan yang mengonsumsi makanan jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi tidak cukup, terdapat 1 orang (2,5%) remaja putri vegan yang mengonsumsi makanan tambahan, yakni suplemen kalsium dan vitamin C setiap hari, sehingga asupan kalsium tercukupi dari suplemen.

4.5. Pola Makan Remaja Putri Vegan

Pola makan remaja putri vegan, dibagi menjadi dua yakni, pola makan kaya kalsium dan miskin kalsium. Remaja putri vegan yang mengonsumsi makanan sumber kalsium, yakni jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi yang cukup setiap hari ataupun remaja putri vegan yang mengonsumsi suplemen kalsium setiap hari, digolongkan sebagai remaja putri vegan yang mempunyai pola makan kaya kalsium, sedangkan remaja putri vegan yang mengonsumsi sumber kalsium, yakni jenis kacang-kacangan dan sayuran hijau dengan frekuensi tidak cukup, digolongkan sebagai remaja putri vegan yang mempunyai pola makan miskin kalsium. Adapun jumlah remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan yang mempunyai pola makan kaya kalsium dan miskin kalsium dapat dilihat pada tabel 4.12.


(56)

Tabel 4.12. Distribusi Pola Makan Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

No Pola Makan Jumlah %

1 Kaya kalsium 9 22,5

2 Miskin kalsium 31 77,5

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.12. dapat diketahui pola makan remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 mayoritas miskin kalsium, yaitu sebanyak 31 orang (77,5%), sedangkan kategori kaya kalsium, ada 9 orang (22,5%).

4.6. Tingkat Dismenore

Tingkat dismenore diukur dengan cara melihat kolom di bawah gambar yang tersedia pada universal pain assessment tool yang telah diceklis/disilang oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan. Adapun skala deskriptor verbal pada universal pain assessment tool dapat dibagi menjadi lima kategori, yakni tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat dan nyeri tak tertahankan. Adapun jumlah remaja putri vegan yang memilih skala tidak nyeri, nyeri ringan, sedang, berat dan tak tertahankan dapat dilihat pada tabe 4.13.

Tabel 4.13. Distribusi Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011

No Tingkat Dismenore Jumlah %

1 Tidak Nyeri 9 22,5

2 Nyeri Ringan 21 52,5

3 Nyeri Sedang 10 25

4 Nyeri Berat 0 0

5 Nyeri Tak Tertahankan 0 0

Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui tingkat dismenore remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 mayoritas kategori nyeri ringan, yaitu sebanyak 21 orang (52,5%).


(57)

4.7. Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan Menurut Pola Makan

Tingkat dismenore remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011 berdasarkan pola makan dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.14. Distribusi Tingkat Dismenore Remaja Putri Vegan di Vihara Maitreya Medan Tahun 2011 Berdasarkan Pola Makan 1)

No Pola Makan Vegan

Dismenore

Jumlah

p Tidak

Nyeri

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

n % n % n % n %

1 Kaya kalsium 5 12,5 3 7,5 1 2,5 9

31 22,5

77,5

0,05 2 Miskin kalsium 4 10 18 45 9 22,5

Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa dari 40 orang (100%) remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan, mayoritas mempunyai pola makan miskin kalsium, yaitu sebanyak 31 orang (77,5%) dengan dismenore ringan (45%) dan sedang (22,5%) lebih banyak dibandingkan remaja putri vegan yang tidak mengalami dismenore (10%), sedangkan remaja putri vegan yang mempunyai pola makan kaya kalsium (22,5%) yang tidak mengalami dismenore (12,5%) lebih banyak dibandingkan remaja putri vegan dengan dismenore ringan (7,5%) dan sedang (0,5%) . Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh p=0,025 (p<0,05), yang menunujukkan ada hubungan bermakna antara asupan kalsium dengan tingkat dismenore.


(58)

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pola Makan Remaja Putri Vegan

Pola makan vegetarian memang terbukti bermanfaat dalam mencegah berbagai gangguan penyakit, misalnya penyakit jantung, kanker, batu empedu, ginjal dan lain sebagainya. Ada tiga jenis vegetarian yang umum dikenal, yaitu lacto ovo vegetarian, lacto vegetarian dan vegan. Namun, dari ketiga jenis vegetarian tersebut, vegan memiliki keterbatasan dalam mengonsumsi makanan dibandingkan dua jenis vegetarian lainnya. Vegan hanya berfokus pada makanan nabati dan sama sekali tidak mengonsumsi makanan hewani, seperti daging, ikan, susu dan hasil olahannya. Oleh karena keterbatasan dalam mengonsumsi makanan tersebut, vegan seringkali mengalami kekurangan zat gizi, seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, protein,

lemak, vitamin A, vitamin D, termasuk juga kalsium. Menurut Tran (2001), meningkatkan asupan kalsium setiap hari dapat membantu mengurangi dismenore. Adapun fungsi kalsium, yakni zat yang dibutuhkan dalam kontraksi otot. Kalsium berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin dan bila otot kekurangan kalsium, maka otot tidak dapat mengendur setelah kontraksi, sehingga dapat mengakibatkan otot menjadi kram (Almatsier, 2004).

Adapun sumber utama kalsium, yakni susu dan hasil olahan susu, seperti keju, ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Kandungan kalsium pada makanan hewani tersebut, yakni susu, keju, dan ikan masing-masing sebanyak 300 mg, 777 mg, dan 1200 mg untuk setiap 100 gramnya. Makanan nabati, seperti kacang-kacangan, dan hasil olahannya, yakni tempe dan tahu


(59)

dan sayuran hijau juga merupakan sumber kalsium yang baik juga, walaupun kandungannya tidak sebanyak pada makanan hewani. Adapun jumlah kalsium pada jenis kacang-kacangan, seperti tempe, tahu, kacang merah, kacang tanah, dan kacang hijau, masing-masing berjumlah 129 mg, 124 mg, 293 mg, 315 mg, dan 259 mg dalam setiap 100 gramnya, sedangkan jumlah kalsium untuk jenis sayuran, yakni brokoli, buncis, sawi, kangkung, dan bunga kol, masing-masing berjumlah 75 mg, 65 mg, 220 mg, dan 74 mg dan 67 mg dalam setiap 100 gramnya.

Makanan nabati yang lain, seperti jenis serealia dan buah-buahan merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh vegan. Serealia umumnya merupakan sumber karbohidrat, sedangkan buah-buahan merupakan sumber vitamin. Kandungan kalsium dalam jenis makanan tersebut jumlahnya sangat kecil. Adapun kandungan kalsium untuk golongan serealia, seperti nasi, yakni sebanyak 3 mg untuk setiap 100 gramnya, sedangkan kandungan kalsium untuk golongan buah-buahan, seperti apel, pisang dan melon, masing-masing berjumlah 7 mg, 6 mg dan 4 mg untuk setiap 100 gramnya.

Berdasarkan keterangan mengenai jumlah kalsium dalam setiap golongan makanan tersebut, maka pola makan remaja putri vegan akan dibagi menjadi makanan kaya kalsium dan makanan miskin kalsium untuk dapat melihat asupan kalsium yang diperoleh setiap hari.

5.1.1. Makanan Kaya Kalsium

Makanan kaya kalsium merupakan makanan yang mengandung kalsium cukup banyak. Adapun makanan nabati yang merupakan sumber kalsium yang baik, yakni, makanan golongan kacang-kacangan dan sayuran hijau. Makanan golongan


(60)

kacang-kacangan yang sering dikonsumsi oleh remaja putri vegan di vihara Maitreya Medan tahun 2011, yakni kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, tahu, tempe dan susu kedelai. Kacang merah biasanya dijadikan sup dan dikonsumsi satu kali dalam sehari, yakni pada waktu makan pagi pada pukul 07.30 WIB. Selain kacang merah, remaja putri vegan tersebut juga mengonsumsi kacang hijau. Kacang hijau biasanya dijadikan bubur untuk dikonsumsi pada waktu makan pagi, namun frekuensi makan bubur kacang hijau lebih jarang dibandingkan dengan sup kacang merah, yakni empat sampai enam kali dalam seminggu atau satu sampai tiga kali dalam seminggu.

Hasil olahan kacang-kacangan, seperti tahu dan tempe sering dijadikan lauk untuk dikonsumsi. Sebagian remaja putri vegan mengonsumsi tahu dan tempe dengan frekuensi lebih dari satu kali dalam sehari, yakni pada waktu makan siang dan makan malam, sedangkan sebagian remaja putri vegan yang lain mengonsumsi tahu dan tempe dengan frekuensi satu kali dalam sehari, yakni pada waktu makan siang saja. Menurut Yuliarti (2009), remaja putri vegan dianjurkan untuk mengonsumsi lauk dari kacang-kacangan sebanyak lima kali dalam sehari. Oleh sebab itu, remaja putri vegan yang mengonsumsi tahu dan tempe lebih dari satu kali dalam sehari, yakni pada waktu makan siang dan makan malam serta mengonsumsi sup kacang merah pada waktu makan pagi dapat memenuhi kebutuhan zat gizi, termasuk kalsium dalam sehari.

Kacang tanah biasanya dikonsumsi sebagai bagian dari sup sayuran. Sebagian remaja putri vegan mengonsumsi kacang tanah dengan frekuensi lebih dari satu kali dalam sehari, yakni pada waktu makan siang dan makan malam dan ada juga yang mengonsumsi dengan frekuensi satu kali dalam sehari, yakni pada waktu makan siang


(61)

saja. Susu kedelai biasanya dikonsumsi satu sampai tiga kali dalam seminggu oleh remaja putri vegan. Kacang almond dan kacang mente hanya dikonsumsi sebagai makanan selingan saja, sehingga jarang dikonsumsi oleh remaja putri vegan.

Selain makanan dari jenis kacang-kacangan, kalsium juga dapat diperoleh dari jenis makanan sayuran hijau. Sayuran hijau merupakan sumber vitamin, terutama karoten dan vitamin C, juga sumber mineral, seperti kalsium, zat besi dan fosfor . Jenis sayuran hijau yang paling banyak dikonsumsi oleh remaja putri vegan, yaitu sawi dengan frekuensi satu kali dalam sehari. Selain sawi, jenis sayuran hijau yang sering dikonsumsi oleh remaja putri vegan, yakni brokoli, buncis, bunga kol, daun singkong dan kangkung. Sayuran hijau tersebut dijadikan rebusan untuk dikonsumsi pada waktu makan pagi, siang, maupun malam. Daun pepaya dan daun katuk umumnya jarang dikonsumsi remaja putri vegan. Hal ini dikarenakan faktor rasa yang menyebabkan makanan tersebut kurang disukai oleh remaja putri vegan. Remaja putri vegan dianjurkan untuk mengonsumsi sayuran hijau sebanyak 100 gram dengan frekuensi empat kali dalam sehari agar dapat mencukupi kebutuhan gizi, termasuk kebutuhan kalsium.

Selain jenis makanan kacang-kacangan dan sayuran hijau yang disebutkan di atas, ada makanan lain yang merupakan sumber kalsium, seperti agar-agar, emping, kuaci, selai serikaya dan wijen. Jenis makanan ini dikonsumsi sebagai makanan selingan saja, sehingga jarang dikonsumsi.

5.1.2. Makanan Miskin Kalsium

Makanan miskin kalsium merupakan makanan yang mengandung kalsium dalam jumlah yang sedikit. Buah-buahan dan serealia termasuk dalam golongan


(62)

makanan miskin kalsium. Buah-buahan pada umumnya merupakan sumber vitamin A, vitamin C, kalium dan serat (Almatsier, 2004). Jenis buah yang sering dikonsumsi oleh remaja putri vegan, yakni apel, pir, pisang dan pepaya dengan frekuensi satu kali dalam sehari. Jumlah vitamin C pada setiap 100 gram apel, yakni sebanyak 6 mg, pir sebanyak 10 mg, pisang sebanyak 9 mg untuk setiap 100 gramnya, sedangkan pepaya mengandung vitamin C sebanyak 62 mg untuk setiap 100 gramnya. Buah-buahan, terutama yang asam merupakan sumber vitamin C yang baik. Sumber vitamin C yang sering dikonsumsi oleh remaja putri vegan, yakni pepaya. Walaupun pepaya bukan sumber kalsium, pepaya mengandung banyak vitamin C, sehingga dapat membantu tubuh mengabsorpsi kalsium dengan menjaga agar kalsium berada dalam bentuk larutan (Almatsier, 2004). Remaja putri vegan dianjurkan untuk mengonsumsi buah sebanyak 5 gram dengan frekuensi lima kali dalam sehari atau setara dengan dua sampai tiga potong setiap hari.

Makanan jenis serealia merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh remaja putri vegan. Nasi, yakni makanan jenis serealia, dikonsumsi sebagai sumber energi utama yang dikonsumsi dua sampai tiga kali dalam sehari. Nasi yang mereka konsumsi berasal dari beras merah. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil wawancara peneliti terhadap responden. Remaja putri vegan dianjurkan untuk mengonsumsi makanan sumber karbohidat sebanyak 100 gram dengan frekuensi enam kali dalam sehari.

Selain jenis makanan buah-buahan dan serealia seperti yang disebutkan di atas, ada juga makanan lain yang sering dikonsumsi oleh remaja putri vegan, yang merupakan makanan yang mengandung kalsium dalam jumlah yang sedikit. Jenis


(63)

sayuran miskin kalsium yang sering dikonsumsi oleh remaja putri vegan tersebut, yaitu sup labu, sup kentang, sup jagung dan sup wortel. Adapun jumlah kalsium pada setiap 100 gram labu, yakni sebanyak 14 mg, kentang sebanyak 11 mg, jagung sebanyak 5 mg, dan wortel sebanyak 29 mg. Selain itu, jamur yang merupakan makanan yang mengandung sedikit kalsium, yakni 6 mg setiap 100 gramnya, juga sering dikonsumsi oleh remaja putri vegan sebagai lauk untuk dikonsumsi pada waktu makan siang maupun makan malam.

5.2. Asupan Kalsium

Dari tabel 4.11 diketahui bahwa terdapat remaja putri vegan yang mengonsumsi makanan jenis kacang-kacangan dengan frekuensi lima kali dalam sehari, seperti sup kacang merah dikonsumsi satu kali, yakni pada waktu makan pagi pada pukul 07.30 WIB. Sup kacang merah biasanya dikonsumsi dengan ukuran satu mangkok. Hal ini diketahui dari hasil wawancara peneliti terhadap responden. Satu mangkok biasanya berisi lima sendok makan kacang merah. Menurut Supariasa (2001), lima sendok makan kacang merah sama dengan 50 gram. Adapun jumlah kalsium pada 100 gram kacang merah, yakni 293 mg, sehingga remaja putri vegan yang mengonsumsi semangkok sup kacang merah pada waktu makan pagi sama dengan mengonsumsi kalsium sebanyak 147 mg.

Selain itu, tahu dan tempe juga dikonsumsi oleh remaja putri vegan lebih dari satu kali, yakni pada waktu makan siang pada pukul 12.30 WIB dan makan malam pada pukul 18.00 WIB. Remaja putri vegan biasanya mengonsumsi tahu sebanyak satu potong besar dan tempe sebanyak 2-4 potong sedang setiap kali makan. Hal tersebut juga diketahui dari hasil wawancara peneliti terhadap responden.


(1)

Formulir

Food Frequency

No Nama Bahan

Makanan Frekuensi Makan >1x/ hari 1x/ hari 4-6x/ mgg 1-3x/ mgg 1-3x/ bln Tdk Pernah Keterangan

1 Tempe

2 Tahu

3 Kembang tahu

4 Kacang tanah

5 Kacang merah

6 Kacang almond

7 Kacang mente

8 Wijen

9 Biskuit

10 Wafer

11 Bubur kacang hijau


(2)

13 Capcai

14 Sayur daun singkong

15 Daun pepaya

16 Daun katuk

17 Daun pakis

18 Kapri

19 Bayam

20 Selada

21 Brokoli

22 Buncis

23 Sawi

24 Kangkung

25 Bunga kol

26 Kubis


(3)

28 Selai

29 Keripik singkong

30 Emping

31 Kuaci

32 Susu kedelai

33 Yoghurt kedelai

34 Nasi

35 Nasi goreng

36 Mi goreng

37 Bubur nasi

38 Roti tawar

39 Jamur

40 Sayur lodeh


(4)

42 Kol

43 Genjer

44 Rebung

45 Labu

46 Terong

47 Nanas

48 Nangka

49 Pepaya

50 Pisang

51 Rambutan

52 Salak

53 Sawo

54 Semangka

55 Melon


(5)

58 Kedondong

59 Kelengkeng

60 Kurma

61 Langsat

62 Duku

63 Mangga

64 Kueni

65 Manggis

66 Anggur

67 Apel

68 Arbei

69 Belimbing

70 Cempedak

71 Durian

72 Jambu air


(6)

74 Bengkuang

75 Pir

76 Jus jeruk

77 Jus alpukat

78 Jus mangga

79 Jus melon

80 Jus pepaya

81 Jus tomat

82 Jus terong belanda

83 Jus wortel

84 Wortel

85 Tauge