Bidang Usaha Penanaman Modal

7 Portofolio Investment Penggabungan modal asing dengan modal nasional dalam bentuk portofolio investment tidak diatur dalam UU Penanaman Modal. Akan tetapi, di dalam praktik yang dilakukan oleh para pemodal dalam negeri khususnya pemodal WNI keturunan, penanaman modal asing semacam ini telah lama dilaksanakan dan dilakukan secara meluas. Sunaryati Hartono menyatakan bahwa oleh karena cara ini dilakukan dengan diam-diam disguised, maka sukar sekali untuk memperoleh angka-angka yang terang mengenai pembentukan penanaman modal jenis ini. Lagi pula cara yang terselubung ini menyebabkan, bahwa bentuk penggabungan modal nasional dan modal asing ini tidak dianggap dan diperhitungkan sebagai penanaman modal, khususnya Penanaman Modal Asing PMA. Akan tetapi, dalam praktik yang termasuk dalam kategori ini adalah investasi yang dilakukan melalui pembelian saham baik di pasar modal maupun melalui penempatan modal pihak ketiga dalam perusahaan strategic partner. 94

2. Bidang Usaha Penanaman Modal

Pertama kali sebelum penanaman modal khususnya penanaman modal asing mengaplikasikan modalnya, terlebih dahulu harus melalui beberapa prosedur dan tata cara Penanaman Modal khususnya penanaman modal asing. Pengaturan tersebut dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1992 Tentang Tata Cara Penanaman Modal. Dalam ketentuan Pasal 2 Keputusan Presiden tersebut ditetapkan bahwa calon penanaman modal asing yang akan mengadakan usaha dalam rangka 94 Sunaryati Hartono, op. cit., hal. 156. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Jo Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, terlebih dahulu harus mempelajari daftar bidang-bidang usaha yang tertutup Daftar Negatif Investasi atau DNI atau dulunya disebut dengan Daftar Skala Prioritas DSP dan apabila diperlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM. Selanjutnya setelah mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka, lokasi proyek, tingkat prioritas dan ketentuan-ketentuan lain yang bersangkutan, tentunya calon penanam modal khususnya penanaman modal asing dapat mengajukan permohonan penanaman modal kepada ketua BKPM dengan mempergunakan formulir yang telah ditetapkan oleh BKPM. Adanya penegasan yang dimaksud seperti dalam aturan tersebut di atas, sehingga semua calon penanaman modal sebelum melakukan aplikasi usahanya terlebih dahulu harus mempelajari daftar bidang usaha yang tertutup seperti yang tercantum dalam DNI bagi penanaman modal. Hal itu sejalan dengan pengaturan pemerintah terhadap penanaman modal yang melakukan usahanya di Indonesia yakni, untuk lebih mengarahkan penanaman modal khususnya penanaman modal asing pada bidang-bidang usaha yang memerlukan modal yang cukup besar, lokasi usaha, tingkat penguasaan teknologi, skill atau kemampuan, maupun manajemen. Sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 12 UU Penanaman Modal yang pada pokoknya menyarankan bahwa pemerintah menetapkan perincian bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing menurut urutan prioritas dan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oieh penanaman modal asing dalam tiap-tiap bidang usaha tersebut. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Data investasi menunjukkan pasang surut penanaman modal khususnya Penanaman Modal Asing PMA sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal terhadap pelaksanaan penanaman modal asing di Indonesia, maka tampak bahwa adanya bidang-bidang usaha yang banyak mendapat minat dari penanaman modal khususnya Penanaman Modal Asing PMA seperti bidang usaha industri sub- bidang usaha industri kimia terbukti dengan munculnya 323 proyek dengan nilai investasi sebesar US 12,591 miliar, perhotelan sebanyak 104 proyek dengan nilai investasi sebesar US 7,167 miliar, bidang usaha pertambangan dengan 121 proyek mempunyai nilai investasi sebesar US 6,005 miliar, industri barang logam sebanyak US 5,752 miliar, perumahan dengan 40 proyek dan modal investasi sebesar US 4,729 miliar, industri kertas dengan 40 proyek dan modal investasi sebesar US 4,607 miliar, industri tekstil dengan 365 proyek dan modal yang ditanam sebanyak US 4,429 miliar, industri logam dasar sebanyak 46 proyek dengan nilai investasi sebesar US 4,415 miliar, industri non-logam sebanyak 61 proyek dengan nilai investasi sebesar US 3,087 miliar, dan bidang usaha pelayanan jasa dengan 257 proyek dan nilai investasi sebesar US 3,389 miliar. Bidang-bidang usaha tersebut paling banyak menyerap nilai penanaman modal khususnya penanaman modal asing di Indonesia hampir mencapai 79 dari total nilai penanaman modal asing menurut bidang usaha yang diminati. Dengan demikian, masih banyak bidang-bidang usaha yang belum tergarap oleh penanaman modal khususnya penanaman modal asing. Mengantisipasi keadaan tersebut seyogianya dievaluasi lagi bidang-bidang usaha yang kurang produktif dan yang kurang mendapat perhatian dari penanaman modal. Hal itu berkaitan erat dengan upaya Indonesia untuk menarik minat penanaman modal guna menanamkan modalnya pada bidang-bidang usaha yang mendapat prioritas dari pemerintah. Namun, dalam aplikasinya penanaman asing justru menanamkan modalnya bukan pada bidang-bidang usaha yang telah mendapat prioritas dari pemerintah. 95 Adanya keengganan sebagian penanaman modal khususnya penanaman modal asing untuk tidak menanamkan modalnya pada bidang-bidang usaha yang telah diprioritaskan oleh pemerintah disebabkan oleh beberapa alasan yang mendasari di antaranya di sektor-sektor bidang usaha yang telah diprioritaskan oleh pemerintah bagi penanaman modal dirasakan tidak dapat memberikan keuntungan yang maksimal misalnya dalam bidang usaha pertanian, sub-sektor perkebunan, tanaman 95 Aminunddin Ilham, op. cit., hal. 78-79. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 pangan, perikanan, peternakan. Di samping itu, penanam modal merasakan dukungan yang diberikan oleh pemerintah dalam bidang-bidang usaha yang telah diprioritaskan belum dapat memberikan keuntungan sesuai dengan studi kelayakan yang telah dilakukan, sehingga pemilihan bidang-bidang usaha oleh penanaman modal kadang- kala hanya didasarkan kepada pertimbangan praktis semata. Misalnya saja bidang- bidang usaha yang dapat segera menghasilkan atau secepatnya berproduksi. Sebabnya adalah para penanam modal asing selalu memperhitungkan adanya aspek Return On Investment ROI dan Sales and Profit Income SPI. 96 Ketiga aspek tersebut diatas selalu menjadi bahan pertimbangan bagi para penanaman modal khususnya penanaman modal asing sebelum menanamkan modalnya pada bidang-bidang usaha yang memenuhi kriteria tersebut di atas. Alasannya adalah sangat sederhana yakni kembalinya modal secara cepat dengan keuntungan yang maksimal. Hal itu bisa dipahami bahwa sebagian besar penanaman modal atau investasi dibiayai oleh dana bank. Dengan lamanya suatu modal ditanamkan, maka return on investment yang diharapkan itu tidak akan dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, sebagian besar penanaman modal khususnya penanaman modal asing lebih suka memilih bidang-bidang usaha yang berkaitan dengan pengembalian pinjaman yang dimodali oleh bank. Hal ini perlu dimengerti sebab banyak anggapan bahwa penanaman modal tidak mau menanamkan modalnya pada bidang-bidang usaha yang telah diprioritaskan oleh pemerintah disebabkan kurangnya fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang 96 Ibid., hal. 79. lihat juga Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, dan Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 diberikan terhadap bidang-bidang usaha tersebut. Padahal dalam kenyataannya pemerintah malahan telah menyediakan berbagai fasilitas dan kemudahan terhadap bidang usaha yang menjadi prioritas, namun tetap saja penanaman modal asing merasa lebih tertarik pada bidang-bidang usaha yang tidak diprioritaskan oleh pemerintah. Disinilah kendala yang dihadapi dalam hal penetapan bidang-bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal. Bagaimanapun juga bidang-bidang usaha tetap menjadi landasan utama atau menjadi bahan acuan reference bagi penanaman modal sebelum melakukan usahanya. Hal itu sejalan dengan ditetapkannya bidang- bidang usaha oleh pemerintah untuk menjadi petunjuk atau pedoman awal sebelum melakukan aplikasi modalnya. 97 Setiap pengaplikasian penanaman modal khususnya penanaman modal asing selalu berkaitan dengan bidang usaha penanaman modal. Mengenai bidang-bidang usaha penanaman modal telah diatur dalam Pasal 5, 6, 7, dan 8 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang pada prinsipnya menentukan bahwa pemerintah berwenang untuk: a. Menentukan perincian bidang-bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal asing menurut urutan prioritasnya melalui suatu ketetapan dari pemerintah dalam bentuk suatu daftar bidang-bidang usaha baik yang terbuka maupun yang dinyatakan tertutup bagi penanaman modal asing. b. Menentukan pula syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penanaman modal asing dalam hal memilih bidang-bidang usaha yang dinyatakan terbuka untuk penanaman modal asing. 97 Ibid., hal. 79-80. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Adanya ketentuan tersebut di atas secara tegas menentukan bahwa pemerintah berwenang untuk menetapkan perincian bidang-bidang usaha penanaman modal khususnya penanaman modal asing serta menentukan pula syarat-syarat tiap bidang penanaman modal asing. Selanjutnya pengaturan bidang-bidang usaha ini dijabarkan lebih lanjut oleh pemerintah lewat ditetapkannya bidang-bidang usaha dalam suatu daftar setiap tahunnya oleh pemerintah melalui suatu keputusan presiden, mana yang terbuka dan yang tertutup bagi penanaman modal. Dalam UU Penanaman Modal ditetapkan bidang-bidang usaha yang tertutup sama sekali atau secara penguasaan penuh bagi penanaman modal asing dengan alasan pertimbangan bahwa bidang- bidang usaha tersebut merupakan bidang-bidang yang penting bagi negara dan sangat vital serta menguasai hajat hidup orang banyak yaitu: 98 a. Pelabuhan b. Produksi, transmisi, dan distribusilistik untuk umum c. Telekomunikasi d. Pelayaran e. Penerbangan f. Air minum g. Kereta api umum h. Pengembangan tenaga atom i. Mass media Dalam ketentuan Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 sebagaimana telah diubah dengan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, ditetapkan pula bahwa bidang-bidang usaha yang menduduki peranan penting dalam pertahanan negara antara lain produksi senjata, mesin, alat-alat peledak, dan peralatan perang terlarang sama sekali atau tidak dibuka kemungkinan bagi usaha penanaman modal asing baik secara penuh maupun dengan 98 Ibid., hal. 81-82. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 usaha kerja sama patungan joint-venture dalam hal penanaman modalnya di In- donesia. Realisasi pengaturan mengenai penetapan bidang-bidang usaha penanaman modal asing dan penetapan prioritasnya oleh pemerintah pertama kali dilaksanakan melalui Instruksi Presidium Kabinet Nomor 06EK1N1969 yang pada pokoknya menetapkan bahwa penanaman modal asing diundang dalam: 1. Bidang usaha yang dapat menambah penerimaan devisa bagi negara, misalnya dalam bidang usaha pertambangan, produksi pertanian, industri processing untuk ekspor, dan sebagainya. 2. Bidang usaha yang dapat membantu mengurangi impor untuk barang-barang tertentu seperti bahan-bahan yang dapat segera dikonsumsi maupun jasa. 3. Bidang usaha yang meskipun tidak menambah penerimaan devisa ataupun mengurangi impor secara berarti, namun: a. Bidang usaha yang dapat memberikan hasil dengan cepat quick yielding misalnya kurang dari 2 dua tahun. b. Bidang usaha yang dapat menambah kesempatan kerja secara berarti. c. Bidang usaha yang mengintroduksi teknologi atau cara-cara kerja baru yang dapat menaikkan produktivitas dalam sektor produksi. d. Bidang usaha yang dapat menambah alat-alat perlengkapan modern yang dapat memperbesar efektivitas kerja atau menurunkan biaya produksi. Selanjutnya dalam Pasal 2 dari Instruksi Presidium Kabinet Nomor 06EK IN11969 disebutkan bahwa dewan penanaman modal asing yang memilih bidang usaha tertentu dapat memberikan manfaat pada ekonomi nasional atau tidak dengan mempertimbangkan setiap permohonan penanaman modal asing berdasar pada ketentuan tersebut di atas. Dan selanjumya memberikan pertimbangan yang lebih luas untuk penanaman modal yang berupa kerja sama patungan joint-venture antara modal asing dengan modal nasional. Dalam perkembangan selanjutnya bidang usaha penanaman modal dan penetapan prioritasnya diatur dan ditetapkan dalam Keputusan Presiden baik dengan jangka waktu 1 satu tahun sampai dengan masa 3 tiga tahun. Pengaturan dan Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 penetapan bidang usaha kemudian diatur kembali lewat Keppres Nomor 78 Tahun 1982 tentang Daftar Bidang-bidang Usaha Penanaman Modal dan telah beberapa kali mengalami perubahan, 99 terakhir ditentukan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal. Dalam Peraturan Presiden ditentukan bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal, antara lain perjudiankasino, peninggalan sejarah dan purbakala serta museum. 100 Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu, yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro,Kecil Menengah dan Koperasi UMKMK, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikannya modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus. 101 Persyaratan tersebut merupakan persyaratan bagi pembentukan badan usaha yang berbadan hukum Indonesia bagi penanam modal khususnya penanaman modal asing sebelum melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia. 99 Keppres Nomor 78 Tahun 1982 tentang Daftar Bidang-bidang Usaha Penanaman Modal dan telah beberapa kali mengalami perubahan, di antaranya dengan Keppres 34 Tahun 1984 tentang Daftar Bidang Usaha Penanaman Modal Jo. Keppres Nomor 55 Tahun 1984 Keppres Nomor 22 Tahun 1986 Jo. Keppres Nomor 15 Tahun 1987 dicabut dengan Keppres Nomor 29 Tahun 1989 Jo Keppres Nomor 23 Tahun 1991 Jo. Keppres Nomor 23 Tahun 1991 Jo. Keppres Nomor 32 Tahun 1989 Jo tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup Bagi Penanaman Modal yang Mengatur 51 Sektor Bidang Usaha dan terakhir dengan Keppres Nomor 54 Tahun 1993 yang menyederhanakan sektor bidang usaha menjadi 34 bidang usaha 100 Pasal 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal. 101 Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Adanya pengaturan dan penetapan bidang usaha bagi penanaman modal oleh pemerintah, tentunya harapan dari pemerintah untuk mengarahkan penanaman kodal sesuai dengan rencana pembangunan nasional maupun dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan bangsa Indonesia. Untuk itu penentuan bidang usaha bagi penanaman modal khususnya penanaman modal asing sangat wajar dan sesuai dengan landasan dan dasar Negara Indonesia untuk mengundang penanaman modal khususnya Penanaman Modal Asing PMA masuk ke Indonesia. Di sinilah peran penting pemerintah bagaimana menyerasikan dan memadukan keinginan terhadap masuknya penanaman modal dengan interest atau kepentingan penanaman modal itu sendiri. 102

C. Perbedaan Investasi Langsung dan Tidak Langsung

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, dalam berbagai kepustakaan ilmu hukum dapat ditemui istilah penanaman modal langsung dan tidak langsung. Jika ditelusuri lebih lanjut paling tidak di Indonesia, kedua terminologi tersebut muncul ketika pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1976 tentang Penanaman Modal disebutkan: Pengertian penanaman modal di dalam undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut. 102 Aminuddin Ilham, op. cit., hal. 81. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri disebutkan, penanaman modal dalam negeri ialah penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam Pasal 1, baik secara langsung atau tidak langsung, untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini. Dalam penjelasan Pasal 2 UU PMDN tersebut, bahwa penanaman modal dalam negeri ialah penggunaan modal tersebut dalam Pasal 1 bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya. Penanaman tersebut dapat dilakukan secara langsung, yakni oleh pemiliknya sendiri, atau tidak langsung, yakni melalui pembelian obligasi-obligasi, surat-surat kertas perbendaharaan negara, emisi- emisi lainnya saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan, serta deposito dan tabungan yang berjangka waktu sekurang-kurangnya satu tahun. Dari ketentuan itu, jenis penanaman modal dilihat dari sumber dana yang digunakan, yakni modal asing dan modal dalam negeri yang membawa konsekuensi terhadap risiko yang akan dihadapi oleh pemilik modal. Artinya, bagi pemodal asing maupun dalam negeri yang hendak menanamkan modalnya secara langsung, maka secara fisik investor hadir dalam menjalankannya usahanya. Dengan hadirnya atau tepatnya dengan didirikannya badan usaha yang berstatus sebagai Penanaman Modal Asing PMA, maka badan usaha tersebut harus tunduk kepada ketentuan hukum di Indonesia. 103 103 Dalam Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri disebutkan, perusahaan yang dimaksud dengan Pasal 1 yang dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri harus berbentuk Badan Hukum menurut Hukum Indonesia darn berkedudukan di Indonesia. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Pada jenis investasi secara tidak langsung, investornya tidak perlu hadir secara fisik, sebab pada umumnya mungkin untuk kasus-kasus tertentu investor mau memiliki perusahaan secara permanen dengan perhitungan bisnis tentunya cukup menjanjikan pendapatan tujuan utama dari investor bukanlah mendirikan perusahaan, melainkan hanya membeli saham dengan tujuan untuk dijual kembali. Tujuan investor di sini adalah bagaimana memperoleh hasil yang maksimal dengan rentang waktu yang tidak terlalu lama sudah bisa menikmati keuntungan. Dengan kata lain, jenis investasi seperti ini, yang diharapkan oleh investor adalah capital gain, artinya adanya penghasilan dari selisih antara beli dan jual saham di bursa efek. 104 Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa ada perbedaan karakter antara investasi secara langsung dengan investasi tidak langsung. Dilihat dari sudut pandang ini, masih menjadi perdebatan tentang adanya perbedaan karakteristik investasi langsung dengan investasi tidak langsung. Dahniel Khumarga, mengemukakan: Guna meluruskan pandangan yang kurang pada tempatnya dibedakan antara penanaman modal langsung dan tidak langsung, maka Fakultas Hukum UPH akan memelopori pergantian sebutan atau nama mata kuliah hukum investasi dirubah menjadi Hukum Investasi Langsung yang meliputi Hukum Penanaman Modal Asing Langsung Foreign Direct Investment Law dan Hukum Penanaman Modal Dalam Negeri Langsung Domestic Direct Investment Law. Sedangkan Hukum Pasar Modal akan diganti sebutannya dengan nama Hukum Investasi Tidak Langsung Indirect Investment Law atau biasa juga disebut dengan Portofolio Investment Law yang sumbernya adalah UU No.8 Tahun 1995. 105 104 Dalam Pasal 1 butir 4 UU Pasar Modal disebutkan, bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran dan jual dan beli efek. Pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. Pasal 6 ayat 1 mengemukakan, yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai bursa efek adalah perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam. 105 Dahniel Khumarga, Regulasi Investasi, Kendala dan Faktor Penunjangnya, Pidato Pengukuhan Penerimaan Jabatan Sebagai Besar Tetap Dalam Bidang Pengantar Tata Hukum Indonesia Fakultas Hukum UPH Tangerang, 2 Maret 2002, hal. 10-11. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Dari pandangan tersebut, tampak bahwa penggolongan investasi langsung dan tidak langsung dianggap masih relevan. Hanya saja, penyebutannya disesuaikan dengan perkembangan dunia bisnis yang telah berkembang dengan pesat. Barangkali pemikiran semacam ini ada benarnya, mengingat investasi secara langsung mempunyai karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan investasi secara tidak langsung. Gunarto Suhardi, mengemukakan: Investasi langsung lebih baik jika dibandingkan dengan investasi portofolio, karena Investasi langsung lebih permanen. Selain itu investasi langsung: 1. Memberikan kesempatan kerja bagi penduduk; 2. Mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal; 3. Memberikan risidu baik berupa peralatan maupun alih teknologi; 4. Bila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang dapat dirunut oleh pengusaha lokal di samping seketika memberikan tambahan devisa dan pajak bagi negara; 5. Lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing; 6. Memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila investor berasal dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan diberikan. 106 Secara teoritis dapat dibedakan antara penanaman modal secara langsung dan tidak langsung, dan jika dilihat dari manfaat yang dapat diambil oleh negara penerima modal maka kehadiran jenis investasi secara langsung lebih menguntungkan bagi negara penerima modal, sebab kehadiran investasi dapat menggerakkan roda perekonomian negara tersebut. Selain itu, dengan kehadiran investor asing dapat tidak hanya meningkatkan nilai tambah bagi pemerintah tetapi juga berdampak langsung kepada masyarakat. 106 Gunarto Suhardi, op. cit., hal. 45 Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Perbedaan antara investasi asing langsung dengan investasi asing tidak langsung, sebagaimana terlihat di bawah ini: Tabel 1 Perbedaan Antara Investasi Asing Langsung dan Investasi Tidak Langsung No Langsung Foreign Direct InvestmentFDI Tidak Langsung Foreign Indirect InvesmentFII 1 Transfer aset dari satu negara ke negara lain Perpindahan uang dengan tujuan membeli saham 2 Mendirikan perusahaan Tidak mendirikan perusahaan 3 Perusahaan dikendali seluruh atau sebagian oleh pemilik perusahaan Ada pemisahan antara pemilik dengan manajemen 4 Investasi tidak dapat ditarik setiap saat Investasi setiap saat dapat dipindahkan 5 Membutuhkan kehadiran secara fisik Tidak perlu hadir secara fisik 6. Landasan hukum UU No.25 Tahun 2007 Landasan hukum UU No. 8 Tahun 1995 7. Pengelola BKPM PEMDA Pengelola BAPEPAM-LK DEPKEU Republik Indonesia Sumber: diadaptasi dan dikembangkan lebih lanjut dari buku M. Sarnarajah, “The International law on Foreign Investment” Cambrigde University Press 1994 . 107 Dari tabel di atas terlihat bahwa pada investasi langsung terjadi transfer aset dari satu negara ke negara sedangkan pada investasi tidak langsung perpindahan uang itu adalah untuk membeli saham, jadi investor pada investasi tidak langsung tidak perlu hadir secara fisik. 107 Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, PT. Nuansa Aulia, Bandung, 2007, hal. 84. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Dalam investasi langsung investor mendirikan perusahaan di negara tujuan investasi sedangkan investasi tidak langsung tidak perlu mendirikan perusahaan. Kemudian juga dalam investasi langsung perusahaan dikendali seluruh atau sebagian oleh pemilik saham, sedangkan investasi tidak langsung terjadi pemisahan antara pemilik dengan manajemen. Dalam investasi langsung, investor tidak dapat setiap saat menarik investasi tersebut, sedangkan pada investasi tidak langsung hal ini dapat dilakukan atau dapat dipindahkan setiap saat. Yang menjadi landasan umum investasi asing langsung adalah Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, sedangkan landasan umum investasi asing tidak langsung adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Sehingga lembaga pengelola dari kedua sifat investasi itu juga berbeda, di mana investasi asing langsung dikelola Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM, sedangkan investasi asing tidak langsung dikelola BAPEPAM.

D. Prosedur Penanaman Modal Asing dan Masalah Yang Dihadapi

1. Prosedur dan Persyaratan Penanaman Modal Asing PMA