Bentuk Kerjasama Investasi Asing

Dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal UU Penanaman Modal dikemukakan, penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, dari berbagai pengertian investasi seperti yang dikutip di atas, tampak bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antara investasi dengan penanaman modal. Makna dari investasi atau penanaman modal adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum, menyisihkan sebagian pendapatnya agar dapat digunakan untuk melakukan suatu usaha dengan harapan pada suatu waktu tertentu akan mendapatkan hasil keuntungan.

B. Bentuk Kerjasama dan Bidang Usaha Investasi Asing

1. Bentuk Kerjasama Investasi Asing

Peningkatan penanaman modal khususnya Penanaman Modal Asing PMA di Indonesia sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing PMA dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN yang kemudian mengalami perubahan dan penambahan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, kemudian kedua undang-undang tersebut diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Pelaksanaan Penanaman Modal Asing di Indonesia seperti yang ditetapkan dalam ketentuan penanaman modal asing sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal UU Penanaman Modal dinyatakan penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya, maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri. Dengan adanya pengaturan tersebut di atas seperti yang termuat dalam Pasal 3 UU Penanaman Modal, maka penanaman modal asing di lndonesia diperkenankan melaksanakan usahanya dalam bentuk usaha kerja sama joint-venture dengan pihak swasta nasional dalam bentuk dan cara kerjasama yang ditetapkan melalui peraturan pemerintah khususnya dalam hal komposisi kepemilikan saham perusahaan. 69

a. Pengaturan Kerjasama Penanaman Modal

Pengaturan pemerintah dalam menetapkan bentuk usaha kerja sama joint- venture antara penanaman modal asing dengan modal nasional dalam penjabarannya dilaksanakan pertama kali melalui instruksi Presidium Kabinet Nomor 36UIN6I967 yang ditetapkan dalam bentuk usaha kerja sama joint enterprise perusahaan campuran yang juga merupakan salah satu bentuk usaha kerja sama joint-venture. 69 Bandingkan dengan Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2007, hal. 48. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Gejala peningkatan kerja sama penanaman modal asing di Indonesia semakin ditingkatkan setelah pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan pada tanggal 22 Januari 1974 yang berkaitan dengan masalah kerjasama penanaman modal asing dengan modal nasional Indonesia. Adapun kebijaksanaan tersebut menyangkut 2 dua hal, yaitu: a. Meningkatkan peranan perimbangan partisipasi dalam pengelolaan modal antara modal asing dengan modal nasional. b. Menyusun daftar skala prioritas penanaman modal. Lebih lanjut kebijaksanaan tahun 1974 tersebut dijabarkan secara terperinci, di mana usaha-usaha peningkatan peranan dan partisipasi kerjasama dengan pihak asing dalam hal penanaman modal khususnya usaha kerjasama dengan pihak asing dalam hal penanaman modal asing di Indonesia ditetapkan beberapa syarat sebagai berikut: 70 a. Penanaman modal asing harus dalam bentuk joint- venture. b. Pcnyertaan pihak Indonesia dalam penanaman modal asing harus menjadi 51. c. Persyaratan penggunaan tenaga kerja, tenaga teknis maupun manajemen. d. Kredit investasi hanya untuk pribumi. Dengan adanya pengaturan kebijaksanaan tahun 1974 tersebut, maka penanaman modal khususnya penanaman modal asing di Indonesia yang akan melaksanakan usahanya diharuskan untuk melakukan usaha kerja sama joint- venture dengan modal nasional meskipun pengaturan tersebut sedikit bertentangan dengan semangat yang ada dalam UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman 70 Ibid., hal. 49. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Modal Asing PMA sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang pada prinsipnya memperkenankan adanya penanaman modal asing secara penuh direct-investment. Sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang penanaman modal asing bahwa pelaksanaan atau aplikasi penanaman modal asing di Indonesia dapat dilakukan dalam 2 dua bentuk usaha, yaitu: a. Oleh pihak asing perorangan atau badan hukum, ke dalam suatu perusahaan yang seratus persen diusahakan oleh pihak asing; atau b. Dengan menggabungkan modal asing itu dengan modal nasional swasta nasional. Secara yuridis hal yang pertama itu tidak menimbulkan persoalan yang terlalu rumit, oleh karena sudah jelas bahwa bukan hanya modal tetapi kekuasaan maupun pengambilan keputusan decision making dilakukan oleh pihak asing, sepanjang segala sesuatu itu memperoleh persetujuan dari pemerintah Indonesia, atau selama pengaturannya tidak melanggar hukum serta ketertiban umum yang berlaku di Indonesia. Lebih sulit adalah hal yang kedua mengenai bentuk dan cara kerjasama penanaman modal asing dengan modal nasional. Scbabnya adalah adanya berbagai variasi yang meliputi antara lain; perimbangan modal, kekuasaan manajemen yang sesungguhnya, aspek makro ekonomis, mikro ekonomis, dan aspek sosio-kulturil. 71 Belum lagi masalah teknis operasional seperti; perbedaan bahasa, sistem hukum, maupun bargaining position di antara keduanya. 71 B. Napitupulu, Joint-Ventures di Indonesia, Erlangga, Jakarta, 1986, hal. 9. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Menurut Aminuddin Ilmar, bahwa: Masalah penggunaan bentuk dan cara kerjasama joint-venture memang akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang cukup pesat bila dikaitkan dengan kemampuan modal nasional yang sudah dapat melakukan usaha kerja sama dengan penanaman modal asing khususnya yang dilakukan dalam bentuk investasi asing secara langsung di Indonesia. Berbagai faktor yang menyebabkan dipilihnya bentuk usaha kerjasama joint-venture oleh para pemilik modal yang umumnya tergabung dalam perusahaan Transnational atau Multinational Corporation diwamai kekhawatiran bagi sebagian pemilik modal asing tersebut, yakni kemungkinan adanya pengambilalihan secara sewenang-wenang tanpa melalui suatu prosedur hukum oleh negara penerima modal yang lebih dikenal dengan nasionalisasi. 72 Sejak perang dunia pertama maupun dengan adanya revolusi Rusia, negara- negara tempat penanaman modal telah memperlihatkan keinginannya untuk menyita aktiva milik perusahaan multinational, bahkan tanpa memberi ganti rugi sedikit pun kepada penanaman modal investor. Pemerintah Indonesia zaman Orde Baru pernah pula menerapkan hal yang sama dengan menasionalisasi perusahaan-perusahaan penanaman modal asing yang berada di Indonesia dalam rangka aplikasi usahanya. Menyadari bahaya pengambilalihan ini, banyak perusahaan transnational multinational mcnghindari risiko penanaman modal asing mereka dengan cara hedging yakni sama seperti yang dilakukan pada pasar valuta asing. Mereka sering kali menyeimbangkan sebagian besar aktiva nyata tangible mereka di negara tempat penanaman modal dengan pinjaman di negara tersebut di mana aktiva nyata tersebut berperan sebagai agunan. 73 Pengaturan lain yang ditetapkan pemerintah Indonesia dalam hal pelaksanaan usaha kerjasama joint-venture antara penanaman modal asing dengan modal 72 Arminuddin Ilmar, op. cit., hal. 50 73 Peter H. Lindert Charles P. Kindleberger, dalam Ibid., hal. 50-51. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 nasional yang mengubah kebijaksanaan tahun 1974 yakni dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing yang ditetapkan pemerintah pada tanggal 16 April 1992. Pengaturan tersebut diikuti pula dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 32, 33 dan 34 Tahun 1992 yang bersangkut paut dengan masalah bidang usaha, tata cara penanaman modal serta pertanahan untuk kegiatan penanaman modal asing. Dalam peraturan tersebut seperti yang tertuang dalam PP No. 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing setidak-tidaknya mengatur 4 empat masalah pokok, yaitu: 1 Penentuan jumlahnilai minimum modal yang ditanam; 2 Penentuan bentuk usaha; 3 Pengecualian terhadap ketentuan jumlahnilai minimum modal yang ditanam dan bentuk usaha; serta 4 Penggunaan laba perusahaan. Selain itu, diletakkan pula landasan bagi persetujuan penanaman modal khususnya penanaman modal asing, yakni dengan memberikan batas minimum atas modal yang hendak ditanamkan. Dengan kata lain, pemerintah Indonesia pada prinsipnya akan mengabulkan aplikasi penanaman modal asing jika memenuhi minimum modal tertentu, yaitu US 1.000.000,00. Namun ketentuan tersebut tidak bersifat final, sebab untuk dapat dikabulkannya aplikasi tersebut masih ada syarat- syarat lain yang harus dipenuhi seperti bidang usaha, rencana pengendalian Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 lingkungan, struktur kepemilikan saham, dan yang lainnya. Mengenai ketentuan modal minimum yang harus ditanam reinvestasi hal itu pun tidak mutlak, oleh kriteria ternyata masih diberikan pengecualian oleh peraturan tersebut. 74 Selanjutnya, dari peraturan tersebut diatur pula mengenai bentuk usaha bagi penanaman modal khususnya penanaman modal asing yang pada dasamya harus dilakukan dalam bentuk kerjasama usaha patungan Joint-venture. Bila dicermati ketentuan tersebut yang menggunakan kata ”pada dasamya” menunjukkan bahwa hal tersebut bertentangan dengan ketentuan UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing PMA sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang membolehkan penanaman modal asing secara langsung atau penuh 100 meskipun bukan dalam bentuk usaha kerja sama Joint- venture dengan modal nasional. Dengan perumusan demikian, tentunya secara implisit adanya suatu political will kemauan politik dari pemerintah untuk mendorong tumbuhnya kegiatan usaha patungan dalam rangka penanaman modal khususnya penanaman modal asing. Tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa penanaman modal secara langsung tanpa adanya partner Indonesia tidak diperbolehkan. Penanaman berbentuk kerjasama, tetap diperbolehkan sepanjang memenuhi beberapa syarat, seperti modal minimum, bidang usaha, lokasi usaha, dan persyaratan divestasi. Mengenai pemilikan modal saham perusahaan ditetapkan bahwa pada prinsipnya pada saat pendirian perusahaan oleh penanam modal khususnya penanaman modal asing, tentunya modal saham perusahaan yang dimiliki peserta 74 Aminuddin Ilmar, op. cit., hal. 52. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Indonesia, sekurang-kurangnya 20 dari seluruh nilai modal saham. Selain itu, diatur pula mengenai bidang-bidang usaha tertentu yang karena sifat usaha dan kebutuhan dalam pengembangan sosial ekonomi dalam arti luas memerlukan kelonggaran terhadap ketentuan jumlah minimum modal yang harus ditanam, Bahkan diperbolehkan untuk menanamkan modalnya kurang dari jumlah minimum sebagaimana yang celah dipersyaratkan terlebih dahulu yakni US 1.000.000,00 asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu seperti bidang usaha yang dipilih, sifat usaha, bentuk usaha, komposisi pemilikkan saham, dan divestasi sahamnya. Dengan pengaturan seperti itu pula memberi kemungkinan jalan kepada pengusaha modal dalam negeri maupun perusahaan kecil serta usaha koperasi untuk ikut berpartisipasi dalam bidang penanaman modal khususnya dalam bidang-bidang usaha tertentu yang kemungkinannya pihak penanaman modal asing melakukan usahanya. 75 Adanya persyaratan divestasi juga diatur dalam PP Nomor 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, yakni secara filosofis penanaman modal asing harus berbentuk perusahaan patungan dengan pihak pengusaha Indonesia dan secara bertahap, saham peserta nasional harus meningkat sampai pada suatu saat akan mencapai mayoritas saham. Namun, dalam rangka pemberian insentif yang menarik bagi penanaman modal asing, khususnya untuk wilayah Indonesia bagian Timur pemerintah memberikan beberapa kelonggaran bagi investor asing untuk menunda kewajiban patungan dengan pihak modal dalam negeri sampai 5 lima tahun disertai syarat-syarat tertentu. Hal lain yang juga turut diatur adalah penggunaan laba perusahaan, di mana laba perusahaan setelah dipotong pajak dapat digunakan untuk mendirikan 75 Ibid., hal. 52-53. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 perusahaan baru atau untuk membeli perusahaan lain di Indonesia. Dalam hal yang terakhir berlaku ketentuan bahwa dalam hal pembelian perusahaan baru oleh penanaman modal asing harus dipenuhi persyaratan yakni bidang usaha perusahaan yang dibeli itu baik perusahaan lama ataupun baru tidak tercantum dalam daftar bidang usaha yang tertutup bagi perusahaan asing, jika perusahaan yang dibeli adalah perusahaan yang berstatus penanaman modal dalam negeri PMDN maka komposisi pemilikan saham dalam perusahaan tersebut harus tetap dipenuhi kriteria pemilikan saham yang berlaku serta tetap berkewajiban memenuhi program divestasi. Dengan demikian, maka dalam proses reinvested profit tersebut, baik untuk pembelian maupun pendirian usaha baru berlaku sepenuhnya ketentuan-ketentuan yang telah ada. 76 Ada 6 enam hal pokok yang menyangkut persyaratan divestasi seperti yang diatur dalam PP Nomor 17 Tahun 1992, yaitu: 1 Bagi perusahaan penanaman modal asing yang berlokasi di kawasan berikat yang seluruh usahanya dimiliki oleh pihak asing, maka dalam waktu 5 lima tahun setelah perusahaan tersebut berproduksi komersial, harus menjual sekurang-kurangnya 5 modal sahamnya kepada Warga Negara Indonesia atau badan hukum yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia atau badan tertentu yang diperlakukan sama. Ketentuan ini bersifat final. Artinya, setelah itu tidak ada kewajiban divestasi lebih lanjut. 2 Bagi perusahaan penanaman modal asing dengan modal minimal US 50 juta dan seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak asing maka dalam waktu 5 lima tahun setelah perusahaan tersebut berproduksi secara komersial harus menjual sekurang-kurangnya 5 modal sahamnya kepada Warga Negara Indonesia atau yang dipersamakan dengan itu. Kemudian dalam jangka waktu 20 dua puluh tahun sejak produksi komersial harus meningkatkan menjadi 20 modal sahamnya. 3 Bagi perusahaan penanaman modal asing yang sahamnya dimiliki oleh pihak asing seluruhnya dan berlokasi di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat 76 Ibid., hal. 53-54. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 NTB, Nusa TenggaraTimur NTT, Maluku, Irian jaya, Jambi, dan Bengkulu, maka dalam waktu 5 lima tahun sejak berproduksi secara komersial, wajib menjual sekurang-kurangya 5 modal sahamnya kepada Warga Negara Indonesia atau badan hukum Indonesia atau yang dipersamakan dengan itu. Kemudian dalam waktu 20 dua puluh tahun sejak produksi komersial harus meningkatkan menjadi 20 modal sahamnya. 4 Perusahaan penanaman modal asing yang didirikan dengan modal saham minimal US 250.000, dengan syarat: a. Padat karya dengan tenaga kerja langsung minimal 50 lima puluh orang, dan 65 hasil produksinya untuk ekspor, atau bahan baku atau bahan penolong atau komponen untuk memenuhi kebutuhan industri lain. b. Melakukan kegiatan di bidang usaha jasa tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku; pada saat didirikan harus mengikutkan peserta nasional dengan sekurang-kurangnya 5 dari modal sahamnya. Jumlah tersebut harus ditingkatkan menjadi sekurang-kurangnya 20 dalam jangka waktu 10 tahun dan dalam waktu 20 tahun sejak produksi komersial harus menjadi 51. 5 Perusahaan penanaman modal asing dengan modal saham minimal US 1.000.000, pada saat didirikan harus mengikutkan peserta Indonesia dengan minimal saham 20 dan dalam jangka waktu 20 tahun setelah berproduksi secara komersial jumlah tersebut harus ditingkatkan menjadi 51. 6 Laba perusahaan penanaman modal asing dapat dipakai untuk membeli maksimum 80 perusahaan yang sudah ada, dengan ketentuan peserta nasional harus ditingkatkan menjadi 51 dalam jangka waktu 20 tahun. Hal khusus yang diatur di luar ketentuan PP Nomor 17 Tahun 1992 yaitu pemerintah telah menempuh kebijaksanaan lain terhadap perusahaan penanaman modal asing bilamana saham milik peserta Nasional minimal 51 atau saham peserta nasional minimal 41 atau diantaranya 20 sebagai saham atas nama yang dijual melalui pasar modal, maka tidak diwajibkan lagi meningkatkan sahamnya menjadi 51 dan tidak berubah status perusahaan penanaman modal asing tersebut yakni tetap sebagai perusahaan penanaman modal asing. Ketentuan dari adanya perlakuan semacam itu adalah perusahaan tersebut dapat beroperasi atau melakukan usahanya di bidang-bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing, dapat memperoleh Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 pinjaman modal kerja dari bank pemerintah, dan dapat pula menjual hasil produksinya di pasar dalam negeri tanpa diwajibkan lagi menunjuk distributor atau agen perusahaan nasional. Adanya pengaturan tentang bidang kerja sama usaha patungan joint-venture, diharapkan penanaman modal dapat lebih bergairah untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Kendati demikian dalam praktiknya penanaman modal di Indonesia masih menemui berbagai hambatan yang bersifat teknis operasional meskipun iklim kerjasama telah diperbarui oleh pemerintah untuk menghilangkan kekuatan pengusaha nasional dalam melakukan kerjasama usaha patungan joint-venture dengan modal asing.

b. Pengertian Kerjasama Penanaman Modal

Sebagaimana diuraikan di muka bahwa ketentuan mengenai kerja sama joint- venture antara modal asing dengan modal nasional yang diatur lewat Peraturan Pemerintah PP Nomor 17 Tahun 1992 serta Keputusan Presiden Keppres Nomor 32, 33, dan 34 Tahun 1992 atau yang lebih dikenal dengan Paket Juli Pakjul 1992 telah ditetapkan bentuk kerjasama yakni, dengan melalui suatu usaha patungan. Penetapan terhadap bentuk kerjasama usaha patungan antara modal asing dengan pihak nasional dimaksudkan oleh pemerintah untuk memberikan perlindungan serta peranan atau partisipasi pihak swasta nasional dalam pelaksanaan penanaman modal asing di Indoensia. Hal lain adalah memberikan kesempatan pula kepada perusahaan-perusahaan swasta nasional yang berskala kecil maupun dalam usaha koperasi untuk dapat ikut berpartisipasi di dalamnya melalui pemilikan saham terhadap penanaman modal asing yang telah melakukan aplikasi usahanya di Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Indonesia. Dengan demikian diharapkan akan terjadi perimbangan modal antar- penanaman modal asing dengan penanaman modal dalam negeri yang dirasakan sampai sekarang ini belum seimbang dalam hal pelaksanaannya. Oleh Todung Mulya Lubis disebut sebagai tidak adanya suatu domestic countervailing power, sehingga kerjasama yang dilakukan antara penanaman modal asing dengan modal nasional diibaratkan sebagai istri yang kesekian kalinya tidak mempunyai bargaining position untuk bertindak seimbang dalam hal penanaman modal di Indonesia. 77 Pelaksanaan atau aplikasi penanaman modal khususnya Penanaman Modal Asing di Indonesia yang tidak melalui suatu usaha kerjasama dengan modal nasional baik yang dilakukan oleh perorangan maupun badan hukum secara yuridis telah jelas diatur di dalam ketentuan undang-undang penanaman modal, bahwa baik terhadap modal, kekuasaan maupun pengambilan keputusan seluruhnya dilakukan sepenuhnya oleh pihak asing bilamana suatu perusahaan 100 modal sahamnya dimiliki oleh pihak asing. Lain halnya bilamana dilakukan atau dilaksanakan dalam suatu usaha kerjasama dengan pihak nasional, maka terdapat berbagai bentuk atau corak maupun variasi kerjasama antara modal asing dengan modal nasional baik dalam wujud perimbangan modal, kekuasaan dan pengambilan keputusan. 78 Untuk lebih jelas mengenai kerjasama joint-venture ini, terlebih dahulu perlu dirumuskan atau diberikan batasan pengertian apa yang dimaksudkan dengan kerjasama Joint-venture agar tidak menimbulkan berbagai macam penafsiran. Joint-venture kalau diterjemahkan secara langsung dapat diartikan sebagai bekerja secara bersama-sama. Akan tetapi, timbul permasalahan bilamana usaha bersama ini 77 Todung Mulya Lubis, Hukum Ekonomi, Sinar Harapan, Jakarta, 1992, hal. 23 78 Aminuddin Ilmar, op. cit., hal. 57. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 diartikan dengan Joint-venture sebab bisa saja mencakup semua jenis kerjasama, padahal dalam kenyataan atau praktiknya istilah Joint-venture ini hanya dipergunakan dalam suatu pengertian yang khusus, Friedman membedakan 2 dua macam bentuk joint-venture. Jenis yang pertama tidak melaksanakan penggabungan modal, sehingga kerjasama tersebut hanya terbatas pada know-how saja yang dibawa kedalam joint venture. Know-how bisa mencakup technical service agreement, franchise and brand-use agreement, construction and other job performance contract, management contract and rental agreements. Selanjutnya menurut Friedman, penggabungan know-how ke dalam joint venture biasanya merupakan babak permanen, yang pada saatnya akan beralih pada kerjasama berdasarkan penggabungan modal. 79 Joint-venture yang kedua ditandai oleh adanya partisipasi modal. Untuk membedakan jenis pertama dengan jenis yang kedua, maka Friedman menggunakan istilah joint-venture untuk yang pertama, dan equity joint-venture untuk jenis kerja sama yang kedua. Pengertian yang diberikan oleh Friedman tersebut dalam praktiknya tidak sesuai dimana dalam pemakaiannya istilah joint-venture diartikan sebagai suatu kerjasama yang dilakukan secara bersama-sama dan merupakan suatu perusahaan baru yang didirikan secara bersama-sama oleh dua atau lebih pihak dengan menggabungkan potensi usaha termasuk know-how dan modal, dalam perbandingan yang telah ditetapkan menurut perjanjian yang telah sama-sama disepakati. Di dalam literatur sering juga istilah joint-venture ini dinyatakan dengan istilah lain seperti foreign collaboration, international enterprise, dan sebagainya. 80 79 Friedman dalam B. Napitupulu, op. cit., hal. 24. 80 Aminuddin Ilham, op. cit., hal. 58-59. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Melihat pengertian yang dikemukakan oleh Friedman maupun penggunaannya dalam praktik, maka dapat disimpulkan beberapa ciri dari suatu usaha kerjasama joint-venture sebagai berikut: 1 Suatu perusahaan baru atau badan hukum baru yang didirikan baik oleh perorangan maupun badan hukum swasta asing dengan pihak modal nasional. 2 Modal perusahaan joint-venture terdiri dari know-how dan modal saham yang disediakan oleh para pihak, dengan kekuasaan baik manajemen maupun pengambilan keputusan sesuai dengan banyaknya saham yang ditanam. 3 Para pihak yang mendirikan perusahaan tersebut tetap memiliki eksistensi dan kemerdekaan masing-masing. 4 Khusus untuk Indonesia seperti yang dikenal sekarang ini merupakan kerja sama antara modal asing dengan modal nasional. 81 Ismail Suny dan Rudiono Rochmat, mengemukakan bahwa ada 3 tiga macam bentuk kerjasama Joint-venture antara modal asing dengan modal nasional sesuai dengan Pasal 23 UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing PMA, yakni; joint-venture, joint-enterprise, dan kontrak karya. Meskipun sebenamya istilah joint-enterprise adalah juga merupakan atau termasuk dalam pengertian joint-venture. 82 Oleh Sunaryati Hartono diuraikan bahwa sebenarnya istilah-istilah joint-venture oleh para ahli yang berbahasa Inggris dipergunakan sebagai istilah verzamelnaam untuk berbagai bentuk kerja sama antara penanaman modal nasional dengan penanaman modal asing. 83 Jadi, apa yang disebut oleh Ismail Suny dan Rudiono Rochmat dengan Joint- enterprise juga merupakan salah satu bentuk daripada joint-venture. Namun pembedaan yang dilakukan oleh Ismail Suny dan Rudiono Rochmat tersebut secara 81 Ibid., hal. 59. 82 Ismail Suny dan Rudiono Rochmat, Tinjauan dan Pembahasan UUPMA dan Kredit Luar Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 1967, hal.108. 83 Sunaryati Hartono, Beberapa Masalah Tradisional dalam Penanaman Modal Asing PMA di Indonesia, Bina Cipta, Bandung, 1970, hal. 127 Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 resmi telah dipergunakan oleh pemerintah, sehingga pemakaian istilah tersebut sudah menjadi lazim adanya. Dalam hal joint-venture diartikan sebagai para pihak tidak membentuk badan hukum baru, akan tetapi suatu kerjasama yang semata-mata bersifat kontraktuil, sedang dalam hal joint-enterprise terjadi penggabungan modal nasional ke dalam satu badan hukum Indonesia. Lalu kemudian kontrak karya diartikan sebagai pihak asing membentuk suatu badan hukum Indonesia dan badan hukum Indonesia itu bekerjasama lagi dengan badan hukum nasional Indonesia yang lain. 84

c. Bentuk Kerjasama Penanaman Modal

Selain ketiga bentuk kerjasama yang telah disebutkan di atas, masih terdapat juga bentuk lain yang dalam kenyataannya atau dalam praktik dilakukan oleh pemodal khususnya pemodal asing. Dengan kata lain, terdapat berbagai macam bentuk kerjasama joint-venture yang dilakukan oleh para penanam modal khususnya penanam modal asing dengan pemodal nasional seperti; production sharing, management-contract, technical assistance atau technical service contract, franchise and branduse agreement rnaupun dalam bentuk Build, Operation and Transfer atau lebih dikenal dengan istilah BOT. Di samping itu, dikenal pula adanya bentuk usaha kerjasama yang khusus seperti penanaman modal asing dengan Debt Investment Convertion Scheme DISC-Rupiah maupun kredit untuk proyek barang modal. Semua bentuk usaha kerjasama joint-venture tersebut untuk lebih jelasnya akan diuraikan berikut ini: 84 Aminuddin Ilham, op. cit., hal. 60 Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 1 Joint-Venture Sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan terdahulu bahwa bentuk usaha kerja sama joint-venture memiliki berbagai macam bentuk atau corak maupun variasi, namun pada intinya joint-venture adalah suatu usaha kerjasama yang dilakukan antara penanaman modal asing dengan modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian atau kontrak belaka kontraktuil, di mana tidak membentuk suatu badan hukum baru seperti halnya pada joint joint-enterprise. Sebagai contoh dapat dikemukakan, yakni; Adanya perjanjian kerjasama antara Van Sickel Associates Inc. suatu badan hukum yang berkedudukan di Delaware, Amerika Serikat dengan FT Kalimantan Plywood Factory suatu badan hukum Indonesia untuk secara bersama-sama mengolah kayu di Kalimantan Selatan. Kerjasama ini juga biasa disebut dengan Contract of Cooperation yang tidak membentuk suatu badan hukum Indonesia seperti yang dipersyaratkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Berbagai macam corak atau variasi dari joint-venture yang diketemukan dalam praktik aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut: a Technical Assistance service Contract: suatu bentuk kerjasama yang dilakukan antara pihak modal asing dengan modal nasional sepanjang yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja method misalnya; Suatu perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau meningkatkan produksinya . Membutuhkan suatu peralatan baru disertai cara kerja atau metode kerja. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan diperlukan technical assistance dari perusahaan modal asing di luar negeri dengan cara pembayaran dalam bentuk royalti yakni pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 b Franchise and brand-use Agreement: suatu bentuk usaha kerjasama yang digunakan, apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak memproduksi suatu barang yang telah mempunyai merek terkenal seperti Coca-Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, McDonalds, Kentucky Fried Chikken, dan sebagainya. c Manajemen Contract: suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak modal asing dengan modal nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan khususnya dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan dalam pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf internasional oleh pihak Indonesia diserahkan kepada swasta luar negeri seperti; Hilton Internasional Hotel, Mandarin Internasional Hotel, dan sebagainya. d Build, Operation and Transfer B.O.T: suatu bentuk kerjasama yang relatif masih baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerjasama antara para pihak, di mana suatu objek dibangun, dikelola atau dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik asli. Misalnya; pihak swasta nasional mempunyai gedung atau bangunan mengadakan kerjasama dengan pihak luar negeri untuk membangun suatu Departement Store ataupun Hotel di mana biaya pembangunan, perencanaan, pelaksanaan operasinya dilaksanakan oleh pihak asing dengan jangka waktu sesuai kerja sama lalu kemudian diserahkan kepada pihak nasional. 85 2 Joint-Enterprise Sebagaimana telah dijelaskan bahwa suatu bentuk kerjasama dalam bentuk joint-enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal asing dengan penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan yang disyaratkan dalam Pasal 5 UU Penanaman Modal. Joint-Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing. Pada permulaan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, tampaknya bentuk usaha kerjasama ini yang paling 85 Ibid., hal. 61-62. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 dikehendaki oleh para pihak khususnya penanaman modal asing. Alasan yang mendasari adalah: a Setiap usaha di Indonesia memerlukan rupiah untuk pembayaran barang- barang yang lebih murah dan mudah diperoleh di Indonesia. Juga untuk pembayaran gaji pegawai dan lain-lain pengeluaran dibutuhkan rupiah oleh penanaman modal asing. b Penanaman modal asing tidak perlu menanamkan modal dalam bentuk valuta asing, tetapi modal asing dapat berbentuk mesin-mesin atau lain hasil produksi penanaman modal asing itu. Sehingga penanaman modal asing di Indonesia oleh penanam modal asing itu telah menghasilkan efek yang menguntungkan, yaitu bahwa tidak hanya dapat membayangkan dapat memperoleh keuntungan dalam masa yang akan datang, akan tetapi pada saat ia diizinkan memasukkan mesin-mesinnya barang-modal ke Indonesia dengan bebas bea masuk, maka ia pun telah mengekspor barang-barangnya ke luar negeri tanpa membayar pajak impor untuk itu. c Dengan bekerja sama dengan pengusaha nasional, apalagi yang telah berpengalaman, maka penanam modal asing itu dapat mengecilkan rislko seminimal mungkin, sehingga sebenarnya penanaman modalnya di Indonesia lebih merupakan pemberian kredit daripada penanaman modal asing yang langsung direct-invesyment seperti yang diisyaratkan dalam Pasal 1 UU PMA. 86 3 Kontrak Karya Pengertian kontrak karya contract of work sebagai suatu bentuk usaha kerjasama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerjasama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan modal nasional. 87 Bentuk kerjasama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerjasama antara Badan Hukum Milik Negara BUMN seperti; Kontrak Karya antara PN. Pertamina dengan PT Caltex Pacific Indonesia yang merupakan 86 Ibid., hal. 63. 87 Ismail Suny dan Rudiono Rochmat, loc. cit. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 anak perusahaan dari Caltex Internasional Petroleum yang berkedudukan di Amerika Serikat. 88 Ditinjau dari segi penanaman modal asing sendiri, maka cara tersebut sering kali lebih memuaskan, oleh karena masing-masing pihak dengan demikian dapat mengadakan pembukuan dan kebijaksanaan yang terpisah. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi di dalam suatu perusahaan campuran, berhubung dengan perbedaan pembukuan dalam rupiah dan pembukuan dalam valuta asing, atau berhubung dengan perbedaan pendapat mengenai manajemen perusahaan dengan demikian lebih mudah dapat dihindari. Menurut Sunaryati Hartono: Oleh karena negara tidak menjadi pemilik daripada bumi dan air dan kekayaan alam Indonesia, akan tetapi hanya mempunyai hak untuk menguasai saja. Oleh sebab itu, perusahaan negara BUMN juga hanya paling banyak dapat mengadakan perjanjian dengan pihak lain asing untuk mengerjakan pengolahan eksploitasi dan eksplorasi untuk dan atas nama perusahaan negara tersebut. Perjanjian semacam itu disebutnya dengan nama kontrak karya, yang memberi tugas dan kewajiban dan karena itu hak kepada pihak lain untuk menggali dan mengolah tanah yang menjadi kuasa pertambangan perusahaan tersebut. Adapun besarnya imbalan tergantung dari hasil perjanjian kontrak karya tersebut. 89 Dalam kontrak karya itu juga pengawasan controle, manajemen, marketing, dan lain tindakan yang berhubungan dengan pengambilan, pengolahan, distribusi, dan penjualan barang yang diproduksi di Indonesia itu sepenuhnya ada di tangan pihak asing, dan bahkan boleh memindahkan hak-haknya itu kepada seorang sub-kontraktor dengan berdasarkan ketentuan dan hukum yang berlaku di Indonesia. 88 Aminuddin Ilham, op. cit., hal. 64. 89 Sunaryati Hartono, loc. cit., hal. 140. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Adanya berbagai bentuk dan corak kontrak karya dalam kerjasama antara modal asing dengan modal nasional disebabkan adanya beberapa pertimbangan di antaranya keleluasaan pihak asing untuk melakukan perjanjian kerjasama dengan perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara BUMN yang sudah terjamin kepercayaannya oleh karena ditopang dengan unsur negara di dalamnya, penguasaan dimulai dari manajemen sampai kepada pemasaran tetap berada di tangan penanaman modal asing. 4 Production SharingBagi hasil Menurut Sunaryati Hartono cara dengan production sharing ini sebelum UU Nomor 1 Tahun 1967, yaitu dengan terhapusnya UU Penanaman Modal Asing tahun 1958 oleh UU Nomor 16 Tahun 1965 boleh dikatakan merupakan satu-satunya cara yang terpenting dilakukan oleh perusahaan-perusahaan negara. Karena penanaman modal asing sudah dilarang dengan UU Nomor 16 Tahun 1965 itu, maka untuk memenuhi kebutuhan akan modal dan alat perlengkapan dari luar negeri, dipikirkan orang suatu bentuk kredit yang dinamakan production sharing atau bagi hasil. 90 Suatu production sharing atau bagi hasil, oleh karena kredit yang diperoleh dari pihak asing ini beserta bunganya akan dikembalikan dalam bentuk hasil produksi perusahaan yang bersangkutan, yang biasanya dikaitkan dengan suatu ketentuan mengenai kewajiban perusahaan Indonesia untuk mengekspor hasilnya kepada negara pemberi kredit. Dengan kata lain, bahwa production sharing adalah suatu perjanjian 90 Ibid., hal. 145 Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 kerja sama kredit antara modal asing dengan pihak Indonesia yang memberikan kewajiban kepada pihak Indonesia untuk mengekspor hasilnya kepada negara pemberi kredit. 91 Setelah berlakunya UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, maka oleh pemerintah dilakukan pembaruan terhadap kontrak kerjasama production sharing ini lewat Instruksi Presidium Kabinet Nomor 34EKIN567 tanggal 30 Mei 1967 yang pada pokoknya menekankan penyesuaian proyek-proyek maupun kredit dalam rangka production sharing ini. 5 Penanaman Modal dengan DICS-Rupiah Dibandingkan dengan kerjasama production sharing, maka penanaman modal asing dengan DICS-Rupiah ini merupakan suatu bentuk campuran atau variasi antara kredit dengan penanaman modal. Jika pada production sharing suatu perusahaan nasional Indonesia memperoleh modal asing dalam bentuk kredit, maka penanaman modal asing dengan DISC-Rupiah ini kredit modal asing yang harus dikembalikan kepada kreditomya oleh pihak Indonesia disesuaikan dengan adanya ketentuan Instruksi Presidium Kabinet Nomor 28EK1N51967 yang pada prinsipnya menyatakan bahwa tagihan-tagihan para kreditor asing yang menyangkut utang-utang yang tidak dijamin oleh pemerintah asing dapat diubah menjadi penanaman modal asing di lndonesia. Kebijaksanaan tersebut dinamakan dengan Debt Investment Convertion Scheme DISC, oleh sebab itu pelunasan utang-utang tersebut di atas, yang semula diperhitungkan berdasarkan valuta asing tetapi dibayar dengan rupiah 91 Ibid., hal. 146. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 yang dilakukan dengan DISC-Rupiah yang merupakan Kertas Perbendaharaan Negara berbunga 3 setahun. Menurut Ismail Suny dan Rudiono Rochmat, apabila kreditornya sendiri yang menggunakan DISC-Rupiah, maka yang akan dicatat sebagai modal adalah jumlah utang Republik Indonesia yang telah dihapuskan dengan pembayaran berupa DISC, pencatatan mana dilakukan dengan valuta asing. 92 6 Penanaman Modal dengan Kredit Investasi Adanya penanaman modal dengan menggunakan kredit investasi adalah merupakan kebijaksanaan pemerintah pada tahun 1970 dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Negara Ekonomi, Keuangan, dan Industri Nomor 2lMENKUIN41970. Di mana di dalam bidang penanaman modal ternyata kredit luar negeri dan penanaman modal tidak dapat dipisahkan dengan tegas, oleh karena kredit luar negeri dapat menjadi penanaman modal asing di dalam negeri. Dalam kenyataan tampak bahwa kredit luar negeri via kredit investasi menjadi modal nasional yang setelah bergabung dengan modal asing dalam joint-venture dapat digolongkan sebagai penanaman modal asing. Kebijaksanaan pemerintah untuk memberikan kredit investasi kepada para pengusaha nasional yang kemudian mengadakan kerjasama Joint-venture dengan penanam modal asing sudah dapat digolongkan menjadi penanaman modal asing meskipun jalan yang ditempuh sangat berbelit-belit. Dalam praktik penanaman modal dengan kredit investasi ini banyak dilakukan oleh para pemodal dalam negeri untuk membiayai setiap proyeknya yang ada di Indonesia. 93 92 Ismail Suny dan Rudiono Rochmat, op. cit.,hal 129. 93 Aminuddin Ilham, op. cit., hal. 67. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 7 Portofolio Investment Penggabungan modal asing dengan modal nasional dalam bentuk portofolio investment tidak diatur dalam UU Penanaman Modal. Akan tetapi, di dalam praktik yang dilakukan oleh para pemodal dalam negeri khususnya pemodal WNI keturunan, penanaman modal asing semacam ini telah lama dilaksanakan dan dilakukan secara meluas. Sunaryati Hartono menyatakan bahwa oleh karena cara ini dilakukan dengan diam-diam disguised, maka sukar sekali untuk memperoleh angka-angka yang terang mengenai pembentukan penanaman modal jenis ini. Lagi pula cara yang terselubung ini menyebabkan, bahwa bentuk penggabungan modal nasional dan modal asing ini tidak dianggap dan diperhitungkan sebagai penanaman modal, khususnya Penanaman Modal Asing PMA. Akan tetapi, dalam praktik yang termasuk dalam kategori ini adalah investasi yang dilakukan melalui pembelian saham baik di pasar modal maupun melalui penempatan modal pihak ketiga dalam perusahaan strategic partner. 94

2. Bidang Usaha Penanaman Modal