Pembatasan Dalam Undang-Undang Penanaman Modal

1 UUPA tidak mengatur tindak lanjut setelah berakhirnya HGU dan HGB. Dengan demikian, memberi kemungkinan adanya perpanjangan dan pembaruan. 2 UUPA tidak melarang adanya perpanjangan dan pembaruan hak atas tanah. 3 Dalam hukum dikenal metode penemuan hukum, artinya jika tidak diatur secara jelas, maka memberikan ruang untuk melakukan interpretasi.

g. Bidang usaha yang terbuka lebih banyak

Ketentuan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang juga dapal dikategorikan sebagai insentif adalah bidang usaha yang terbuka lebih banyak. Pasal 12 ayat 2 menyebutkan bahwa, beberapa bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing, yaitu produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang, dan bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang. Selanjutnya pada ayat 2 menyebutkan bahwa bidang-bidang yang menduduki peranan penting dalam pertahanan negara, antara lain, produksi senjata, mesin, alat-alat peledak dan peralatan perang dilarang sama sekali bagi modal asing. Bidang usaha yang terbuka dalam Undung-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal merupakan insentif yang menarik bagi investor asing, karena semakin banyak bidang usaha yang dapat dimasuki oleh modal asing.

3. Pembatasan Dalam Undang-Undang Penanaman Modal

a. Penanaman Modal Asing harus memprioritaskan tenaga kerja Indonesia

Pasal 10 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyebutkan: 1 Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus mengutamakan tenaga kerja Warga Negara Indonesia. 2 Perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 3 Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja Warga Negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4 Perusahaan penanaman modal yang mempekerjakan tenaga kerja asing diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja Warga Negara Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada dasarnya hampir sama dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 yang juga menyebutkan perusahaan asing mempunyai kewajiban untuk menggunakan tenaga kerja Warga Negara Indonesia dan menyelenggarakan danatau memberikan fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan. 151 Mengenai ketenagakerjaan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 42 menyebutkan: 1. Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. 2. Pemberi kerja orang perseorangan dilarang mempekerjakan tenaga kerja asing. 3. Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, tidak berlaku bagi perwakilan negara asing yang mempergunakan tenaga kerja asing sebagai pegawai diplomatik dan konsuler. 4. Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu. 5. Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 ditetapkan dengan Keputusan Menteri. 6. Tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 yang masa kerjanya habis dan tidak dapat di perpanjang dapat digantikan oleh tenaga kerja asing lainnya. Pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing harus memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk, sekurang-kurangnya memuat keterangan: 152 151 Pasal 10 dan Pasal 12 Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. 152 Pasal 43 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 a. alasan penggunaan tenaga kerja asing; b. jabatan danatau kedudukan tenaga kerja asing dalam struktur organisasi perusahaan yang bersangkutan; c. jangka waktu penggunaan tenaga kerja asing; dan d. penunjukan tenaga kerja Warga Negara Indonesia sebagai pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan. Ketentuan sebagaimana dimaksud di atas tidak berlaku bagi instansi pemerintah, badan-badan internasional dan perwakilan negara asing. Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib menaati ketentuan mengenai jabatan dan standar kompetensi yang berlaku. Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib: 153 a. Menunjuk tenaga kerja Warga Negara Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja asing; dan b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing. Ketentuan ini tidak berlaku bagi tenaga kerja asing yang menduduki jabatan direksi danatau komisaris. Kemudian juga tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia danatau jabatan-jabatan tertentu yang diatur dengan Keputusan Menteri. 154

b. Pemegang Saham Nominee Dilarang

Pembatasan lain yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah larangan pemegang saham nominee. Pasal 33 ayat 1 menyebutkan bahwa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseoran terbatas dilarang membuat perjanjian danatau pernyataan yang menegaskan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama orang lain. 153 Pasal 45 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 154 Pasal 45 dan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 Pengaturan tentang larangan pemegang saham nominne, merupakan ketentuan baru yang diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Sebelumnya, tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang adanya pemegang saham nominee. Tujuan pengaturan larangan pemegang saham nominee adalah untuk menghindari terjadinya perseroan yang secara normatif dimiliki seseorang, tetapi secara materi atau substansi pemilik perseroan tersebut adalah orang lain. Praktek kepemilikan saham melalui nominee dilakukan oleh dua pihak atau lebih. Satu pihak karena sesuatu pertimbangan tidak dapat atau dapat menjadi pemilik saham, tetapi tidak menjadi pemilik saham pada suatu perseroan sehingga menggunakan pihak lain sebagai nominee-nya. Pada pihak lain, tidak dapat menjadi pemilik saham, tetapi menjadi pemilik saham. Dalam keadaan yang lain, pihak-pihak tertentu sebenarnya dapat menjadi pemcgang saham pada perusahaan tertentu di Indonesia. Pada dasarnya yang bersangkutan adalah warga negara Indonesia, yang dapat menjadi pemilik saham. Tetapi, karena berbagai pertimbangan di antaranya menghindari public exposure yang berkelebihan, yang bersangkutan tidak memunculkan nama sendiri sebagai pemegang saham pada suatu perseroan, namun memilih menggunakan nominee untuk mewakili kepentingannya. 155 c. Alokasi dana lingkungan Pasal 17 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyebutkan bahwa, penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya, penjelasan Pasal 17 menjelaskan, bahwa ketentuan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan penanaman modal. 155 Felix Oentong Soebagjo, Hukum Tentang Akuisisi Perusahaan di Indonesia, Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2006, hal. 17. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009

d. Kewajiban Penanam Modal

Ketentuan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang juga dapat dikategorikan sebagai pembatasan adalah tentang kewajiban bagi penanam modal. Pasal 15 menetapkan setiap penanam modal berkewajiban: a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan; c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; d. menghormali tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Penjelasan Pasal 15 huruf b menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat. Kemudian, penjelasan Pasal 15 huruf c menyebutkan, bahwa laporan kegiatan penanaman modal yang memuat perkembangan penanaman modal dan kendala yang dihadapi penanam modal disampaikan secara berkala kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang penanaman modal. Selanjutnya, Pasal 16 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyebutkan bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab: a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktek monopoli, dan hal lain yang merugikan negara; Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009 d. menjaga kelestarian lingkungan hidup; e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan a. kesejahteraan pekerja; dan f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Pembentukan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah memperbaiki iklim investasi. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan investasi setelah disahkannya Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 yang sudah mencapai 31 melampaui capaian sebelum krisis ekonomi yang selalu di atas 30 dan realisasi melonjak 52,60 menjadi Rp.65,27 triliun dari periode yang sama tahun 2006. 156 Sedangkan pasca krisis pertumbuhan investasi mencapai antara 25 -30. 157 Namun demikian tingkat pertumbuhan investasi jika dibandingkan antara setelah lahirnya Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal lebih rendah jika dibandingkan dengan setelah lahimya Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Hal ini menunjukkan bahwa lahirnya suatu undang-undang tidak akan dapat menyelesaikan semua masalah. Terkait dengan pertumbuhan investasi, selain ditentukan faktor undang-undang, juga ditentukan aparat hukum, budaya hukum, stabilitas politik dan kesempatan ekonomi. Untuk dapat meningkatkan investasi secara signifikan, harus didukung integritas dan profesionalitas aparat hukum, serta budaya hukum yang berkualitas tinggi. Dari sisi stabilitas politik, dimana Indonesia pada saat ini berada dalam masa transisi menuju demokrasi, yang memberikan ruang kebebasan partisipasi yang luas bagi daerah, publik maupun pers, harus didukung dengan kepemimpinan yang kuat dan efektif. Dengan demikian, akan tercipta suatu kondisi yang demokratis dalam bingkai kepastian hukum. 156 Menjaga Iklim Investast, Tajuk Utama, Bisnis Indonesia, Selasa, 10 Juli 2007. 157 Iklim bisnis membaik dorong investasi Bisnis Indonesia, Rabu, 19 September 2007. Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009

B. Respon dan Tantangan Pelaksanaan Undang-Undang Penanaman Modal

Yang Baru

1. Respon terhadap Undang-Undang Penanaman Modal