saham, tetapi di dalam ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah, penanaman
modal asing diharuskan melakukan divestasi saham. Di samping itu, Keputusan Presiden No. 29 Tahun 2004 tentang
Penyelenggaraan Penanaman Modal, perlu dicabut karena dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal akan dibentuk Peraturan Presiden
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Selanjutnya, Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah KabupatenKota juga harus dicabut Hal ini untuk menyesuaikan
Peraturan Presiden tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
209
Pada tingkat peraturan Menteri, meskipun tidak disebutkan secara tegas dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, pada kenyataannya ada kebijakan-kebijakan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri. Peraturan Menteri yang harus dicabut, antara lain, Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 26 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
210
2. Peraturan Perundang-Undangan Yang Harus Menyesuaikan.
Pasal 37 ayat 1 Undang-Undang No. 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal menyebutkan bahwa, semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
209
Supanji, op. cit., hal. 294.
210
Ibid., hal. 295.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
Penanaman Modal Asing, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang perubahan dan Tambahan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967
tentang Penanaman Modal Asing, dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum diatur dengan peraturan pelaksanaan yang baru. Berdasarkan ketentuan ini, perlu segera dilakukan inventarisasi dan kompilasi
peraturan-peraturan yang masih berlaku. Selain itu, perlu segera dilakukan evaluasi peraturan tersebut, apakah masih sesuai atau tidak.
Berkaitan dengan undang-undang, perlu dilakukan penyesuaian beberapa undang-undang terkait, misalnya Undang-undang No. 11 tahun 1967 tentang
Pertambangan, Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kebutanan dan Undang- Undang Lalu Lintas Devisa, Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Undang-Undang Perkebunan. Materi yang sangat penting dan mendesak untuk segera dilakukan perubahan
atau penyesuaian adalah mengenai masalah pertanahan. Mengingat ketentuan masalah tanah dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi, maka pengaturan tentang tanah diatur melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1966 tentang Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah dan Peraturan Peinerintah No. 41 Tahun 1996 Pemilikan
Rumah Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing di Indonesia.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
Peraturan perundangan-undangan tentang pertanahan belum secara komprehensif mengatur tentang hak atas tanah beserta bangunan, terutama untuk
orang asing. Akibatnya, terjadi penyelundupan hukum oleh warga negara asing untuk menguasai hak milik properti melalui berbagai cara. Misalnya, melalui
pembuatan paket perjanjian antara warga negara asing sebagai penerima kuasa dan warga negara Indonesia sebagai pemberi kuasa yang memberikan
kewenangan kepada warga negara asing untuk menguasai hak atas tanah serta melakukan segala perbuatan hukum atas tanah tersebut. Peraturan perundang-
undangan tentang masalah kepemilikan properti harus dibuat lebih komprehensif, berorientasi ke masa depan menyerap hal-hal positif dari pengalaman negara lain, dan
berpegang teguh pada prinsip-prinsip hukum nasional yang berlaku di Indonesia.
211
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1996 memiliki beberapa kelemahan, anlara lain; hanya mengatur mengenai WNA, belum mencakup badan hukum asing,
dan hanya mengatur tentang rumah tempat tinggal atau hunian, belum mencakup produk properti non hunian.
Pembaruan hak atas tanah harus tetap memberikan aspek keadilan kepada warganegara Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan memberlakukan beberapa
persyaratan bagi warga negara asing ataupun badan hukum asing untuk bisa memiliki properti di Indonesia. Persyaratan itu berupa klasifikasi bangunan yang boleh dibeli
dan pembatasan dalam bentuk lain. Pembatasan kuota hak pakai properti perlu dipertimbangkan, asal tidak mengurangi daya saing dengan negara lain.
Sementara itu, berkaitan dengan pelaksanaan investasi di daerah dan pembentukan pelayanan terpadu satu pintu, perlu segera dilakukan pembaruan Peraturan
Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerinthan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Dacrah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten Kota.
Di samping itu, Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu
211
Ibid., hal. 296-297.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
danatau di Daerah-Daerah Tertentu. Selanjutnya, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2007 jo. Nomor 111 Tahun 2007 tentang Daftar
Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang-Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal.
3. Peraturan Perundang-Undangan baru yang diperlukan.