B. Respon dan Tantangan Pelaksanaan Undang-Undang Penanaman Modal
Yang Baru
1. Respon terhadap Undang-Undang Penanaman Modal
a. Harapan pelaku usaha pada Undang-Undang Penanaman Modal
Secara umum, para pelaku usaha menyambut baik disahkannya Undang- Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, karena sudah sejak lama
ditunggu-tunggu kalangan investor dalam rangka menciptakan kepastian hukum, kepastian berusaha dan iklim investasi yang menarik bagi investor. Sambutan yang
sama terhadap Undang-Undang Penanaman Modal ini juga disampaikan oleh Wolfgang Piccha, Wakil Duta Besar Republik Federal Jerman. Dalam salah satu
pernyataannya, Wolfgang Piecha menyampaikan: kami seluruh investor asing yang ada di Indonesia sangat menyambut baik Undang-Undang No. 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal. Undang-Undang tersebut merupakan semangat baru di Indonesia dan akan mampu mendorong masuknya investasi asing ke Indonesia.
158
Setidak-tidaknya ada empat substansi dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang menarik bagi para pelaku usaha:
159
1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sudah jauh
lebih baik dibandingkan dengan undang-undang sebelumnya yang dibuat tahun 1967. Undang-undang ini telah disesuaikan dengan kondisi rill yang ada
dewasa ini dan diharapkan mampu mengantisipasi perkembangan kegiatan investasi di masa yang akan datang.
2 Undang-undang ini comparable, yaitu sebanding dengan undang-undang di
negara lain, di antaranya menyangkut masalah hak atas tanah dan penyelesaian sengketa melalui arbitrase.
3 Kejelasan tanggung jawab antara pusat dan daerah sesuai otonomi daerah dan
juga sesuai dengan kriteria eskternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi. Dalam
158
Indonesia Memiliki Undang-Undang Penanaman Modal Baru, Media Industri, No.02, 2007, hal. 17.
159
Suparji, op. cit., hal. 249-250.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
kaitan ini dilakukan penyederhanaan perizinan dan prosedur melalui pelayanan satu pintu dan kejelasan peran BKPM yang menjadi koordinator
pelaksanaan kebijakan penanaman modal. 4
Terdapat serangkaian fasilitas untuk penanaman modal yang juga mempunyai dasar hukum pada undang-undang dan peraturan lain. Hal-hal spesifik yang
ada dalam undang-undang dan peraturan lain dimasukkan dalam Undang- Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sehingga ada
kejelasan sebagai insentif bagi penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri.
b. Lembaga Swadaya Masyarakat Mengajukan Judicial Review Undang-
Undang Penanaman Modal. 1
Pasal 1 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dianggap bertentangan dengan Pasal 28H ayat 2 dan Pasal
28D ayat 1 UUD 1945.
Pasal 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyebutkan bahwa, penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam
modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Penanaman modal dalam
negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalain negeri dengan
menggunakan modal dalam negeri. Para pemohon menyatakan ketentuan di atas bertentangan dengan Pasal 28H
ayat 2 dan Pasal 28D ayat 1 UUD 1945. Alasannya, ketentuan ini memberikan keutamaan bagi penanam modal asing dengan memberikan jaminan bahwa penanam
modal dalam negeri dan penanam modal asing akan mendapatkan perlakuan yang sama. Di samping itu, pemohon berpendapat bahwa, meskipun terdapat klausula
memperhatikan kepentingan nasional, prinsip persamaan perlakuan dan tidak
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
membedakan antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing, telah melanggar perekonomian nasional.
160
Pemerintah memberikan jawaban, bahwa Pasal 1 angka 1 dan angka 2, merupakan definisi operasional mengenai istilah penanaman modal. Mengingat,
hanya sebagai definisi operasioal maka tidak ada hubungannya sama sekali dengan Pasal 28H ayat 2 UUD 1945. Oleh karenanya, ketentuan ini tidak bisa dianggap
bertentangan UUD 1945. Di samping itu, ketentuan ini juga tidak merugikan hak dan atau kewenangan konstitusional para pemohon.
Mahkamah Kontitusi memutuskan bahwa Pasal 1 angka 1 dan angka 2 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, merupakan definisi
operasional. Dengan demikian, ketentuan ini tidak bertentangan dengan UUD 1945.
161
2 Penjelasan Pasal 3 ayat 1 huruf d Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal dianggap bertentangan dengan Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945 Para Pemohon menyatakan bahwa Penjelasan Pasal 3 ayat 1 huruf d, yang
menyebutkan penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, bertentangan dengan Pasal 33 ayat 2 dan
3 UUD 1945.
162
160
Register Perkara Konstitusi No. 22PUU-V2007.
161
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, No.21-22PUU-V 2007 mengenai Pengujian Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
162
Penjelasan Pasal 3 ayat 1 UU PM berbunyi Yang dimaksud dengan asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara adalah asas perlakuan pelayanan non diskriminasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari satu negara asing dan penanam modal dari
negara asing lainnya. Lihat, Register Perkara Konstitusi No. 22PUU-V2007.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
Pemohon mengemukakan bahwa, seharusnya perlakuan yang sama hanya berlaku untuk sesama penanam modal dari luar negeri. Jika ada perlakuan yang sama
antara penanam modal dalam negeri dengan penanam modal asing, akan mengarah pada liberalisasi ekonomi.
Pemerintah dalam Opening Statement Pemerintah Atas Permohonan Pengujian Undang-UndangNomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Terhadap Undang-Undang Dasar Repubiik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa, Indonesia tidak perlu anti modal asing. Pemerintah mengutip kata-kata
Mohammad Hatta, Proklamator dan Bapak Bangsa Indonesia, yang juga perumus Pasal 33 tersebut ketika UUD 1945 dirancang, pada sebuah pertemuan dengan wakil-
wakil organisasi rakyat di gedung Sono Suko di Solo pada tahun 1951 mengatakan:
163
Untuk membangun negara Kita, Kita tidak mempunyai kapital, karena itu kita pakai kapital asing untuk kepentingan Kita, Kita anti kapitalisme, tetapi tidak anti
kapital. Kita djuga tidak segan-segan memakai tenaga bangsa asing, karena kita memang kekurangan tenaga ahli. Mereka itu kita bajar, menurut ukuran
pembajaran internasional jang memang tinggi, djika dibanding dengan pembajaran kepada tenaga2 ahli kita. Hal itu djangan diirikan, karena mereka itu
tidak mempunjai kewadjiban terhadap Negara kita, sedang kita mempunyai kewadjiban terhadap Negara dan bangsa...
Ada sementara golongan dalam masjarakat kita jang kawatir, bahwa dgn memakai kapital asing itu, kita akan djatuh kembali kedalam pendjadjahan.
Demikian Hatta selandjutnya. Terhadap mereka itu Bung Hatta katakan, bahwa mereka itu masih dihinggapi oleh restan2 zaman kolonial yang
minderwaardigheids complex dari zaman kolonial dahulu. Sebagai bangsa jang telah merdeka, kita harus mempunyai kepertjajaan atas diri kita sendiri.
163
Lihat, Opening Statement Pemerintah Atas Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Terhadap Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945, 3 November 2007.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
Selanjutnya, Pemerintah memberikan jawaban, bahwa Penjelasan Pasal 3 ayat 1 huruf d merupakan penjabaran dari ketentuan dalam GATTWTO dimana
Indonesia telah meratifikasi perjanjian ini dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Ratifikasi Pengesahan Agreement Establishing the World Trade
Organization Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia. Di samping itu, Pemerintah menyatakan bahwa pasal tersebut tidak bertentangan dengan Pasal 33
ayat 2 dan 3 Undang-Undang Dasar 1945, karena Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah mengatur mengenai bidang-bidang
usaha yang tertutup untuk penanaman modal asing maupun daiam negeri.
164
Selain itu, Pemerintah juga menegaskan bahwa Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal memberi perlakuan yang sama, bukan kesempatan yang sama, bagi investor dari dalam dan luar negeri.
3 Pasal 4 ayat 2 huruf a dan Penjelasannya dianggap bertentangan dengan Pasal
28 H ayat 2 dan Pasal 28 D ayat 1 UUD 1945 Para Pemohon menyatakan bahwa, Pasal 4 ayat 2 huruf a dan penjelasannya
bertentangan dengan Pasal 28 H ayat 2 dan Pasal 28D ayat l UUD1945. Pasal 4 ayat 2 huruf a menyebutkan bahwa, dalam menetapkan kebijakan dasar penanaman
modal, Pemerintah memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing. Penjelasan Pasal 4 ayat 2 huruf a menyebutkan bahwa,
perlakuan yang sama adalah Pemerintah tidak membedakan perlakuan terhadap penanam modal yang telah menanamkan modalnya di Indonesia.
164
Jawaban Pemerintah R.I Atas Pertanyaan Hakim Mahkamah Konstitusi R.I Dalam Persidangan Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal Terhadap Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945, 5 Desember2007.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
Pemohon menyatakan ketentuan tersebut bertentangan dengan UUD 1945, karena memberikan keutamaan privilege bagi penanam modal asing dengan
memberikan jaminan bagi penanam modal asing dan penanam modal dalam negeri akan diperlakukan sama. Di samping itu, memberikan kemudahan-kemudahan bagi
investor asing. Pemerintah memberikan jawaban, bahwa perlakuan yang sama, tidak akan
mendatangkan kesulitan bagi penanaman modal dalam negeri. Karena, pasal-pasal lain dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
memberikan kemudahan-kemudahan untuk penanaman modal dalam negeri sejak pendirian badan usaha dan pemberian insentif serta fasilitas.
165
4 Pasal 8 ayat 1 dan 3 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal dianggap bertentangan dengan Pasal 28 D ayat 1 dan Pasal 33 ayat 4 UUD Tahun 1945.
Para Pemohon menyatakan Pasal 8 ayat 1 dan 3 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, bertentangan dengan Pasal 1 ayat 3, Pasal
28D ayat 1 dan Pasal 33 ayat 4 UUD 1945. Pemohon mengemukakan alasan bahwa, hak tranfer dan repatriasi akan
mengakibatkan investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri secara legal melakukan capital flight. Peralihan aset ke luar jelas akan berdampak kerugian bagi
bangsa Indonesia, khususnya para tenaga kerja yang sebelumnya berada di bawah perusahaan yang beralih dan pemutusan hubungan kerja massal pasti akan semakin
marak dan akan mempengaruhi nilai rupiah. Di samping itu, ketentuan ini juga akan
165
Jawaban Pemerintah R.I Atas Pertanyaan Hakim Mahkamah Konstitusi R.l Dalam Persidangan Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 5 Desember 2007.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
mempersempit peluang kesempatan pekerja dalam negeri. Sebab, melalui kebijakan undang-undang ini, liberalisasi tenaga kerja asing dibuka lebar.
Pemerintah memberikan jawaban bahwa Pasal 8 ayat 1 dan 3 tidak bertentangan UUD 1945. Alasannya:
166
1 Kebebasan melakukan repatriasi modal tidak akan menimbulkan
pengangguran dan tidak akan mempengaruhi rupiah. Repatriasi modal tidak berarti penutupan perusahaan. Repatriasi modal bisa terjadi karena perusahaan
dialihkan kepada pihak lain melalui penjualan saham atau penjualan asset.
2 Penjelasan bahwa Pasal 8 ayat 1 dan 3 pada dasarnya merupakan insentif
bagi penanaman modal, yang sudah menjadi standar bisnis internasional berkenaan dengan penanaman modal.
3 Hak untuk melaksanakan transfer dan repatriasi tidak melanggar Undang-
Undang Dasar 1945, karena dilaksanakan setelah memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Di samping
itu, hak untuk melakukan transfer dan repatriasi tersebut tidak mengurangi kewenangan Pemerintah untuk memberlakukan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mewajibkan pelaporan pelaksanaan transfer dana.
5 Pasal 12 ayat 1, 3 dan 4 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal tentang Bidang Usaha dianggap bertentangan dengan Pasal 33 ayat 2, 3 dan 5 UUD 1945
Para pemohon menyatakan bahwa Pasal 12 Ayat 4 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, bertentangan dengan Pasal 33 Ayat 2 dan
3 UUD 1945. Pasal 12 ayat 4 menyebutkan bahwa kriteria dan persyaratan bidang usaha
yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan
Peraturan Presiden. Alasannya, Undang-Undang memberikan kebebasan penuh kepada Presiden untuk menentukan kriteria dan bidang usaha yang terbuka dengan
166
Jawaban Pemerintah R.I Atas Pertanyaan Hakim Mahkamah Konstitusi R.I Dalam Persidangan Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 5 Desember 2007.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
persyaratan dalam suatu Peraturan Presiden. Di samping itu, menurut Pemohon, seharusnya bidang-bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan harus disebutkan
secara jelas dalam undang-undang a quo, sedangkan yang diatur dalam Peraturan Presiden hanyalah masalah-masalah teknis pengaturan.
Pemerintah memberikan jawaban bahwa Pasal 12 ayat 1, 3 dan 4 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal tidak bertentangan
dengan Pasal 33 ayat 2, 3 dan 5 Undang-Undang Dasar 1945.
167
Pemerintah mengemukakan beberapa alasan, bahwa bidang-bidang usaha yang masuk kriteria tersebut di atas diatur dengan Peraturan Presiden, dengan
pertimbangan masalah tekhnis. Dengan Peraturan Presiden, dapat dikurangi atau ditambah, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ekonomi.
168
6 Pasal 21 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
dianggap bertentangan dengan Pasal 28D ayat 1 dan Pasal 28H ayat 2 dan Pasal 33 ayat 3 UUD1945.
Para pemohon menyatakan Pasal 21 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal bertentangan dengan Pasal 28D ayat 1 Undang-Undang
Dasar 1945. Pasal 21 menyebutkan bahwa: Selain fasilitas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18, Pemerintah memberikan kemudahan pelayanan dan atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh: hak atas tanah; fasilitas pelayanan
keimigrasian; dan fasilitas perizinan impor.
167
Lihat Keterangan Pemerintah pada Sidang Mahkamah Konstitusi, pada 3 November 2007.
168
Jawaban Pemerintah R.I Atas Pertanyaan Hakim Mahkamah Konstitusi R.I Dalam Persidangan Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 5 Desember 2007.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
Pemohon mengemukakan alasan, sebagai berikut: Pertama, Pasal 21 bertentangan dengan jiwa dan semangat Undang-Undang Dasar 1945, karena
kemudahan pelayanan dan atau perizinan terutama untuk hak atas tanah, justru diberikan kepada perusahaan penanam modal termasuk penanam modal asing, bukan
kepada rakyat Indonesia yang bergerak di sektor riil yang menjalankan ekonomi kerakyatan. Kedua, kemudahan pelayan dan atau perizinan kepada perusahaan
penanaman modal ini juga merupakan pelecehan terhadap hak-hak kelompok- kelompok usaha kecil, menengah. Ketiga, kemudahan khusus untuk pihak-pihak
tertentu ini berarti kesulitan-kesulitan masih harus dihadapi oleh pihak-pihak lain yang tidak secara khusus diberi kemudahan.
Pemerintah memberikan jawaban bahwa Pasal 21 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal tidak bertentangan dengan Pasal 28D ayat 1
dan Pasal 28H ayat 2 dan Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
169
Pemerintah mengengemukakan alasan, kemudahan pelayanan dan atau perizinan selain kepada perusahaan penanaman modal asing, tetapi juga kepada
penanam modal dalam negeri yang berbentuk Badan Hukum atau bukan Badan Hukum, bahkan perusahaan perseorangan. Untuk pedagang tradisional, Pemerintah
juga memberikan fasilitas tertentu. Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta bidang usaha
169
Jawaban Pemerintah R.I Atas Pertanyaan Hakim Mahkamah Konstitusi R.I Dalam Persidangan Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 5 Desember 2007.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
yang terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus bekerjasama dengan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.
c. Mahkamah Konstitusi batalkan Perpanjangan Di Muka Sekaligus Hak Atas
Tanah Para Pemohon menyatakan bahwa ketentuan pada Pasal 22 ayat 1 huruf a, b
dan c dan Pasal 22 ayat 2 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, bertentangan dengan Pasal 1 ayat 3, Pasal 28E ayat l dan Pasal 33 ayat 1,
2 dan 3 Undang-Undang Dasar 1945. Alasannya, antara lain:
170
1 Penguasaan hak atas tanah kepada penanam modal dalam bentuk HGU selama
90 tahun, HGB selama 80 tahun, dan Hak Pakai selama 70 tahun, mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
demi kesejahteraan umat manusia.
2 Ketentuan ini akan membatasi akses petani untuk mendapatkan tanah garapan
yang berakibat pada meningkatnya jumlah petani gurem yang tidak mendapatkan jaminan untuk mengembangkan diri. Jangka waktu yang sangat
lama akan mengakibatkan masyarakat terjauhkan dari peluang untuk mengakses tanah untuk pertanian atas tanah negara, sementara pertumbuhan
dan tingkat populasi masyarakat terus bertambah.
3 Ketentuan ini lebih lama daripada atas tanah yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria bahkan lebih lama dari hak atas tanah yang diberikan Pemerintah Kolonial
Belanda dalam Agrarisehc Wet 1870 yang hanya membolehkan jangka waktu penguasaan selama 75 tahun. Sebagai perbandingan HGU dan HGB yang
diberikan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 selama 60 tahun untuk HGU dan 50 tahun untuk HGB sedangkan untuk HGU dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 HGU diberikan paling lama 95 tahun dan untuk HGB diberikan paling lama 80 tahun dan Hak Pakai paling lama 70 tahun.
4 Tanah sebagai cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak,
harus mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33. Ketentuan ini memberikan perlindungan hukum bagi rakyat terhadap cabang produksi yang
menguasai hajat hidup orang banyak.
5 Menimbulkan ketidakpastian hukum karena bertentangan dengan Politik
Pertanahan Nasional dan aturan perundang-undangan lainnya. 6
Menempatkan Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan menjadi individualistik dan melupakan fungsi sosialnya serta meniadakan kedaulatan rakyat.
170
Suparji, op. cit., hal. 262.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
Pemerintah memberikan jawaban bahwa Pasal 22 ayat 1 huruf a, b dan c dan Pasal 22 ayat 2 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal,
tidak bertentangan dengan UUD 1945:
171
1 Perpanjangan sekaligus pada waktu pemberian hak-hak atas tanah tersebut
bagi penanam modal adalah merupakan insentif. Pelaksanaannya harus memenuhi syarat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 22 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
2 Hak atas tanah tersebut baru dapat diperbaharui setelah dilakukan evaluasi.
Evaluasi ini meliputi, apakah tanah tersebut masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat dan tujuan pemberian hak.
Pemerintah menegaskan, tidak benar bahwa pemberian, perpanjangan, dan pembaharuan hak atas tanah tersebut diberikan dimuka sekaligus, sehingga
tidak otomatis Hak Guna Usaha HGU berjangka waktu 95 sembilan puluh lima tahun tahun, Hak Guna Bangunan 1IGB 80 delapan puluh tahun dan
Hak Pakai 70 tujuh puluh tahun.
3 Hak atas tanah tersebut setiap saat dapat dihentikan atau dibatalkan oleh
Pemerintah. Pembatalan hak atas tanah ini, jika perusahaan penanaman modal menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum, menggunakan atau
memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak atas tanahnya.
4 Perpanjangan yang diberikan dimuka adalah berupa jaminan dari negara bagi
penanam modal untuk mendapatkan jangka waktu yang cukup guna pengembalian modalnya. Ini berlaku untuk penanam modal asing dan dalam negeri.
Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Pasal 22 ayat 1 dan ayat 2, menyatakan pemberian hak-hak atas tanah yang dapat diperpanjang di muka
sekaligus” maupun kata-kata sekaligus di muka telah mengurangi, memperlemah, atau bahkan dalam keadaan tertentu menghilangkan kedaulatan rakyat di bidang
ekonomi.
172
Pendapat Mahkamah Konstitusi didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
171
Jawaban Pemerintah R.I Atas Pertanyaan Hakim Mahkamah Konstitusi R.l Dalam Persidangan Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 5 Desember 2007.
172
Putusan Mahkatnah Konstitusi Republik Indonesia, No.21-22PUU-V 2007 mengenai Pengujian Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
1 Ketentuan yang memungkinkan negara, in casu Pemerintah, untuk
menghentikan atau membatalkan hak-hak atas tanah menghadapi kesulitan, karena sudah ada perpanjangan di muka sekaligus.
2 Kewenangan negara yang terdapat dalam Pasal 22 Ayat 4 Undang-Undang
No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal tersebut bersifat sangat eksepsional dan terbatas. Dikatakan eksepsional dan terbatas karena negara
tidak boleh menghentikan atau membatalkan hak-hak atas tanah tersebut di luar alasan-alasan yang secara terbatas limitatif telah ditentukan dalam Pasal
22 Ayat 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dengan kata lain, negara tidak lagi bebas menjalankan kehendaknya
untuk menghentikan atau tidak memperpanjang hak-hak atas tanah sebagaimana jika perpanjangan hak atas tanah itu tidak diberikan secara di
muka sekaligus.
3 Negara akan menghadapi persoalan hukum, karena perusahaan penanaman
modal akan mempersoalkan keabsahan tindakan negara, yang menghentikan atau membatalkan perpanjangan hak-hak atas tanah yang sudah diberikan
perpanjangan di muka sekaligus.
4 Pemerintah tidak dapat menggunakan alasan pemerataan kesempatan, untuk
menghentikan atau membatalkan hak-hak atas tanah. 5
Berkurang atau melemahnya kedaulatan rakyat di bidang ekonomi sebagai akibat dari adanya kata-kata dapat diperpanjang di muka sekaligus makin
jelas jika dihubungkan dengan ketentuan tentang penyelesaian sengketa, di antaranya melalui arbitrase.
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, No. 21-22 PUU-V2007 mengenai Pengujian Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tidak bulat, karena ada dua hakim kontitusi yang berbeda pendapat, yaitu:
173
1 Hakim Konstitusi H.A.S. Natabaya, menyetujui amar putusannya, tetapi
memiliki alasan berbeda Concurring Opinion. Menurut H.A.S Natabaya, kata-kata dapat diperpanjang dimuka sekaligus bertentangan dengan UUD
1945. Karena, telah mengurangi dan melemahkan kedaulatan rakyat. Hal ini dapat terjadi jika dihubungkan dengan Pasal 39.
174
Pada dasarnya Pasal 39 merupakan pasal penutup dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007. Ini
berarti, merupakan Kaedah Penunjuk anwijzing regel, artinya pasal tersebut
173
Suparji, op. cit., hal. 270.
174
Pasal 39 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal berbunyi: Semua Ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berkaitan secara langsung dengan penanaman modal
wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada Undang-Undang ini.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
memberikan arahan bahwa apabila di kemudian hari ada ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan secara langsung dengan penanaman modal harus
mengacu dan menyesuaikan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
2 Pendapat Berbeda Dissenting Opinion, disampaikan oleh Hakim Konstitusi
Maruarar Siahaan. Semestinya, menurut Maruarar Siahaan, Mahkamah Konstitusi juga menyatakan Pasal 4 Ayat 2 huruf a dan Pasal 12 Ayat 3
dan 4 bertentangan dengan UUD 1945, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Keputusan Mahkamah Konstitusi mengembalikan pengaturan izin hak atas tanah kepada Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 menimbulkan ketidak-pastian
hukum,
175
dan menimbulkan kekecewaan investor lokal dan investor asing, karena akan menambah biaya investasi.
176
Pengusaha Rahmat Gobel menyatakan, keputusan Mahkamah Konstitusi tidak kondusif bagi upaya perbaikan iklim investasi.
Dampaknya akan negatif terhadap iklim investasi. Senada dengan pernyataan tersebut adalah pernyataan Teguh Satria Ketua Umum DPP REI yang menyatakan bahwa
keputusan Mahkamah Konstitusi merupakan bentuk ketakutan yang berlebihan.
177
Ketentuan masalah tanah pada UUPA yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hsak Guna Bangunan, dan
Hak Pakai atas tanah, menyebutkan perpanjangan sekaligus dimuka tersebut ditafsirkan sebagai suatu jaminan saja bagi investor, bahwa pemberian perpanjangan
tersebut sebagaimana yang dimohonkan.
178
175
Pengusaha Kecewa Atas Putusan Mahkamah Konstitusi, Tempo, 27 Maret 2008.
176
Mahkamah Konstitusi Matikan Daya Saing Ekonomi, Media Indonesia, Senin, 7 April 2008.
177
Suparji, op. cit., hal. 271.
178
Lihat Maria S. W. Sumardjono, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Rangka Pelaksanaan PP No. 40 Tahun tentang HGU, HGB, dan Hak Pakai HP”, Makalah Disajikan dalam: Lokakarya tentang
Pemasyarakatan PP No. 40 Tahun 1996 tentang HGU, HGB, dan Hak Pakai HP, Lembaga Penelitian dan Pengkajian Pertanahan LP3, Jakarta, 30 Juli 1996, hal. 12-13.
Sukiran : Kajian Yuridis Tentang Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investasi Asing Di Indonesia, 2008 USU e-Repository © 2009
Masalah hak atas tanah tersebut dapat diperbaharui, berdasarkan Pasal 34 dan Pasal 40 UUPA Jo. Pasal 17, Pasal 36 dan Pasal 56 Peraturan Pemerintah Nomor 40
Tahun 1996 Tentang Hak GunaUsaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah. Pembaruan hak atas tanah harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut:
tanahnya masih diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat dan tujuan pemberian hak atas tanah; syarat-syarat pemberian hak tersebut harus dipenuhi
dengan baik oleh pemegang hak; pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak.
2. Tantangan Pelaksanaan Undang-Undang Penanaman Modal