29
4.4.1 Organoleptis
Hasil pemeriksaan warna pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dekstrin yang diperoleh dengan metode enzimatis menggunakan enzim α-amilase pada
pemanasan suhu 35
o
C, 40°C dan 45
o
C berwarna putih, berbentuk amorf, sedikit manis, tidak berbau. Karakteristrik ini sesuai dengan karakteristrik dekstrin
menurut SNI 1992. Hasil penelitian warna tidak sama dengan yang diperoleh pada hasil penelitian warna pada penelitian Zusfahair dan Ningsih 2012 yang
menggunakan pati ubi kayu yaitu berwarna kekuningan. Gambar dekstrin dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 42.
4.4.2 Reaksi warna
Hasil uji reaksi warna dekstrin dengan larutan lugol terbentuk warna ungu kecoklatan. Warna ungu kecoklatan menandakan terdapatnya gula pereduksi dari
hidolisa pati dengan metode enzimatis. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan Jati 2006, warna ungu kecoklatan yang dihasilkan menunjukkan telah
terjadi pemutusan rantai polisakarida pati menjadi monomer yang lebih sederhana, seperti oligosakirida dan glukosa. Sehingga jumlah gula pereduksi meningkat
menimbulkan warna ungu kecoklatan. Karakteristik ini sesuai dengan karakteristrik dekstrin menurut SNI 1992 SNI, 1992. Hasil uji reaksi warna
dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 43. 4.4.3 Derajat kehalusan
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil derajat kehalusan dekstrin dengan variasi suhu 35
o
C, 40
o
C, dan 45
o
C masing-masing yaitu 95,248± 0,2015, 95,293±0,4833 dan 95,879± 0,5641. Hasil analisis secara statistik diperoleh
nilai P = 0,102 P 0,05 tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil derajat
Universitas Sumatera Utara
30 kehalusan memenuhi persyaratan SNI tahun 1992 yaitu maksimal 90 SNI,
1992. Hasil analisis statistik derajat kehlusan dapat dilihat pada Lampiran 22 halaman 76.
Ukuran partikel yang halus dan kecil diperlukan untuk mempermudah penggunaan dekstrin. Ukuran yang seragam ini dibuat dengan cara memblender
dekstrin kering yang diperoleh, kemudian diayak denganayakan mesh 80.
Perhitungan derajat kehalusan dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 57. 4.4.4 Kadar air
Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1,kadar air dekstrin yang diperoleh pada suhu35
o
C, 40
o
C dan 45
o
C masing-masing 8,860± 0,5301, 7,907± 0,0346 dan 4,540± 0,2069. Hasil analisis secara statistik diperoleh nilai P = 0,027 P
0,05, menunjukkan bahwa perbedaan signifikan antara kadar air dekstrin yang dibuat pada suhu 35
o
C, 40
o
C dan 45
o
C. Kadar air paling tinggi pada suhu 35
o
C, dikarenakan semakin rendah suhu yang digunakan makin sedikit air yang teruap
Martunis, 2012. Hasil analisis kadar air dapat dilihat pada Lampiran 23 halaman 77. Dekstrin yang bermutu baik akan memiliki kadar air yang rendah.
Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme dan menurunkan kualitas dekstrin. Dekstrin dengan kadar air yang rendah akan lebih
mudah dalam penyimpanan dan aplikasinya Jati,2006. Meskipun terdapat perbedaan signifikan, namun kadar air memenuhi
syarat mutu SNI tahun 1992 yaitu maksimal 11,kadar air yang diperoleh pada penelitian ini rendah di bandingkan kadar air yang diperoleh pada penelitian
Ningsih, et al.,2010 yang menggunakan pati ubi kayu metode enzimatis yaitu sebesar 9,39. Perhitungan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 60.
Universitas Sumatera Utara
31
4.4.5 Kadar abu