Pengambilan sampel Identifikasi sampel Pembuatan pati Pembuatan dekstrin secara enzimatis

21 3.3 Pembuatan Pereaksi 3.3.1 Larutan NaOH 0,1 N Sebanyak 4 g natrium hidroksida dilarutkan dengan air suling hingga 1000 ml Ditjen POM, 1979. 3.3.2 Larutan fenolftalein Sebanyak 1 gfenolftalein P dilarutkan dalam 100 ml etanol P Ditjen POM,1995.

3.3.3 Larutan iodium 0,1 N

Sebanyak 1,269 g iodium P dilarutkan dalam larutan 1,8 g kalium iodida P kemudian encerkan dengan air suling hingga 100 ml Ditjen POM,1979.

3.3.4 Larutan lugol

Sebanyak 50 g iodium dan 100 g kalium iodida dilarutkan dalam 100 ml air suling, setelah larut kemudian diencerkan menjadi 1000 ml SNI, 1992.

3.4 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengambilan sampel, identifikasi sampel, pembuatan pati dan pembuatan dekstrin.

3.4.1 Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Kentang yang diambil adalah kentang yang berasal dari Berastagi dan diperoleh dari Pasar Pagi, Setia Budi Medan, Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 22

3.4.2 Identifikasi sampel

Sampel identifikasi oleh Herbarium Bidang Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor. Hasil identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 39.

3.4.3 Pembuatan pati

Sebanyak 6 kg umbi kentang dibersihkan dengan cara dicuci menggunakan air yang mengalir. Setelah bagian kulit dipisahkan, dibilas kembali diair yang bersih, kentang dipotong melintang dengan ukuran sedang ± 1 cm kemudian dibagi beberapa bagian dan dimasukkan ke dalam blender, di tambahkan air suling dengan perbandingan 5L1kg. Massa diblender dan disaring sambil diperas, dipisahkan ampas kentang dan suspensi pati. Air suling ditambahkan kedalam, diaduk lalu disaring. Perlakuan ini diulang hingga diperoleh filtrat jernih. Suspensi pati dikumpulkan dalam wadah dan didiamkan selama ± 24 jam hingga pati mengendap. Setelah ± 24 jam, bagian atas larutan yang keruh dibuang diganti dengan 2,5 L air suling dan dibiarkan kembali selama ± 24 jam. Perlakuan ini diulangi hingga bagian atas bening,cairan bening kemudian dibuang dan endapan pati dikeringkan pada suhu ruangan 25-27 o C. Pati kering yang diperoleh kemudian dihaluskan dengan blender dan diayak dengan ayakan mesh 80 Ningsih,et al., 2010. Gambar pati kentang dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 40 dan bagan alir pembuatan pati kentang dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 44.

3.4.4 Pembuatan dekstrin secara enzimatis

Sebanyak 50 g pati kentang disupensikan dalam 250 ml air suling suspensi 20. Kemudian dicek pH. Suspensi pati dipanaskan diatas plat Universitas Sumatera Utara 23 penangas pada suhu 95 o C dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama ±15 menit hingga terbentuk gel. Suhu kemudian diturunkan hingga 30 o C, ditambahkan enzim α-amilase 0,025g kedalam gel. Campuran masing-masing dipanaskan pada suhu 35 o C, 40°C dan 45 o C selama 24 jam sambil terus diaduk.Setiap 3 jam dilakukan uji warna dengan menambahkan larutan lugol kedalam cuplikan campuran tersebut. Dekstrin terbentuk jika cuplikan berwarna ungu kecoklatan setelah ditambahkan larutan lugol.Untuk inaktif enzim dekstrin dipanaskan hingga mendidih untuk dan dikeringkan dalam oven pada suhu dikeringkan dalam oven pada suhu 80 o C selama 7 jam. Setelah kering, dekstrin dihaluskan dengan blender, lalu diayak dengan ayakan mesh 80 Ningsih, et al., 2010. Gambar dekstrin dari pati kentang dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 42 dan bagan alir pembuatan dekstrin dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 45.

3.5 Pemeriksaan Rendemen