34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan: a. Dekstrin dapat dibuat dari pati kentang Solanum tuberosum L. dengan
menggunakan metode enzimatis. b. Suhu hidrolisis mempengaruhi karakteristik dekstrin. Dimana perbedaan
terdapat pada kadar air pada suhu 35
o
C, 40
o
C dan 45
o
C masing-masing 8,860 ± 0,5301, 7,907 ± 0,0346 dan 4,540 ± 0,2069. Hasil analisis
secara statistik diperoleh nilai P = 0,027 P 0,05, menunjukkan bahwa perbedaan signifikan dan nilai ekivalen dekstrosa suhu 35
o
C, 40
o
C dan 45
o
C sebesar 15,904 ± 0,4080, 16,963 ± 1,1825 dan 18,799 ±0,5701 . Berdasarkan
hasil analisis secara statistik diperoleh nilai P = 0,012 P 0,05 ini menunjukan perbedaan yang signifikan.
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dekstrin yang diperoleh dengan metode enzimatis pada suhu 35
o
C, 40
o
C dan 45
o
C, masing-masing adalah 84,371, 84,189 dan 81,448. Pemeriksaaan warna diperoleh
dekstrin berwarna putih. Pengujian kualitatif dengan larutan lugol dekstrin berwarna ungu kecoklat-coklatan. Kehalusan mesh 80 pada suhu 35
o
C, 40
o
C dan 45
o
C adalah 95,248 ± 0,2015, 95,293 ± 0,4833 dan 95,879 ± 0,5641. Hasil analisis secara statistik diperoleh nilai P = 0,102 P 0,05 tidak
terdapat perbedaan yang signifikan masing-masing. Kadar air pada suhu 35
o
C, 40
o
C, 45
o
C masing-masing 8,860 ± 0,5301, 7,907 ± 0,0346 dan 4,540 ± 0,2069. Hasil analisis secara statistik diperoleh nilai P = 0,027
Universitas Sumatera Utara
35 P 0,05, menunjukkan bahwa perbedaan signifikan. Kadar abu total pada
suhu 35
o
C, 40
o
C dan 45
o
C adalah 0,06 ± 0,0071, 0,07 ± 0,0123 dan 0,07 ± 0,0059. Berdasarkan hasil analisis secara statistik diperoleh nilai
P = 0,612 P 0,05 tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Bagian yang larut dalam air dingin pada suhu 35
o
C, 40
o
C, 45
o
C adalah 68,972 ± 1,9995, 70,541 ± 1,9499 dan 70,915 ± 1,9980. Hasil analisis secara statistik
diperoleh nilai P = 0,501 P 0,05, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Ekivalen dekstrosa suhu 35
o
C, 40
o
C dan 45
o
C sebesar 15,904 ± 0,4080, 16,963 ± 1,1825 dan 18,799 ± 0,5701. Berdasarkan
hasil analisis secara statistik diperoleh nilai P = 0,012 P 0,05 ini menunjukan perbedaan yang signifikan. Derajat asam pada suhu 35
o
C, 40
o
C, 45
o
C adalah 4,393 ± 0,3975, 4,475 ± 0,5055 dan 4,661 ± 0,3190. Berdasarkan hasil analisis secara statistik diperoleh nilai P = 0,544 P 0,05 ini
menunjukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. 5.2 Saran
Disarankan peneliti selanjutnya agar melakukan pembuatan dekstrin dari pati kentang Solanum tuberosum L. dengan enzim
α-amilase yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan farmasi dan sesuai persyaratan Farmakope
Indonesia, USP dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
36
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 748.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1212 dan 1157.
Dinar.F 2010.Tekhnik Pengolahan Kentang menjadi Dodol Kentang u Menghasilkan Penghasilan Keluarga Di Desa Geringging Kec. Merak
Kabupaten Tanah Gayo. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat. 16 59 : 17.
Erickson, A. 2006. Corn Starch. Edisi Kesebelas. Washigton, D.C: Corn Refiners Association. Hal 19.
Herawati, H. 2012. Teknologi Proses Produksi Food Ingredient dari Tapioka
Termodifikasi.Jurnal Litbang Pertanian. 31 2 : 69, 73, 74, 75.
Jati, P.W. 2006.Pengaruh Waktu Hidrolisis dan Konsentrasi HCl Terhadap Nilai Dextrose Equivalent
DE dan Karakteristik Mutu Pati Termodifikasi dari Pati Tapioka dengan Metode Hidrolisis Asam. Skripsi.Bogor: Institut
Pertanian Bogor. Hal. 49dan 56. Kalsum, N dan Surfiana.2013. Karakteristik Dekstrin dari Pati Ubi Kayu yang
Diproduksi dengan Metode Pragelatinisasi Parsial.Jurnal Penelitian Pertanian Terapan 131
: 13 Martunis. 2012. Pengaruh Suhu dan Pengeringan terhadap Kuantitas dan
Kualitas Pati Kentang Varietas Granola. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia
.43: 26, 27.
McKee, T., dan McKee, J.R. 2004. Biochemistry: The Moleculer Basis of Life, 3
th
Edition .New York : McGraww-Hill. Hal. 188
Nangin, D., dan Sutrisno, A. 2014. Enzim Amilase Pemecah Pati dari
Mikroba.Jurnal Pangan dan Agroindustri.33: 1032.
Niazi, S.K. 2009
a
. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: Compressed Solid Products 2
nd
Edition Volume 1 . New York : Informa
Healthcare USA, Inc. Hal. 585. Niazi,
S.K. 2009
b
. Handbook
of Pharmaceutical
Manufacturing Formulations:Semisolid Products 2
nd
Edition Volume 4 . New York :
Informa Healthcare USA, Inc. Hal. 77.
Universitas Sumatera Utara
37 Niken, H.A., dan Adepristian, Y.D. 2013. Isolasi Amilosa dan Amilopektin dari
Pati Kentang. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri.23: 57.
Ningsih, D.R., Asnani, A.,dan Fantoni, A. 2010. Pembuatan Dekstrin Dari Pati Ubi Kayu Menggunakan Enzim Amilase Dari Azospirillum sp. JG3 Dan
Karakteristiknya. Molekul51: 15-18, 20.
Pentury, M.H., Nursyam, H., Harahap, N.,dan Soemarno.2013. Karakteristik Maltodekstrin dari Hipokotil Mangrove Bruguiera gymnorrhiza
Menggunakan Beberapa Metode Hidrolisis Enzim.Indenesia Green Teknologi Journal
.21: 56.
Perwitasari, D.S., dan Cahyo, A. 2009. Pembuatan Dekstrin Sebagai Bahan Perekat Dari Hidrolisis Pati Umbi Talas Dengan Katalisator HCl.
Chemical Engineering Seminar Soebardjo Brotohardjono
.4: 2.
Poedjiadi, A., dan Supriyanti, T. 2009.Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta : UI Press.
Hal.158-163.
Pudiastuti, L., dan Pratiwi, T. 2013. Pembuatan Dekstrin dari Tepung Tapioka secara Enzimatik dengan Pemanasan Microwave. Jurnal Teknologi Kimia
dan Industri
.2:7.
Ridal, S. 2003.Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia Tepung dan Pati Talas Colocasia esculenta dan Kimpul Xanthosoma sp. dan Uji Penerimaan
α-amilase terhadap Patinya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal. 1 - 33.
Robyt, J.F. 1984. Enzymes In The Hydrolysis and Synthesis of Starch. Disunting oleh Whistler, R.L., Bemiller, J.N., dan Paschall, E.F. London : Academic
Press. Hal. 89 dan 105. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition . London: Pharmaceutical Press. Hal. 220, 221,
223, 685. Sadikin, M. 2002.Seri Biokimia: Biokimia Enzim. Jakarta: Widya Medika. Hal.
138-139. Santosa, H.2010. Hidrolisis Enzimatik Pati Tapioka dengan Kombinasi Pemanas
Mikrowave-Water Bath Pada Pembuatan Dekstrin. Momentum.62: 32.
Setiadi dan Nurulhuda, S.F. 2000. Kentang Varietas dan Pembudidayaan. Penebar Swadaya. Hal. 11, 13, 19, 21.
Setyawan, B. 2015. Budidaya Umbi-umbian Padat Nutrisi.Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Hal.70-71.
Universitas Sumatera Utara
38 Suarni, dan Patong, R. 2007. Potensi Kecambah Kacang Hijau sebagai Sumber
Enzim
–Amilase. Indo. J. chem.73: 336.
Sun, J., Li, X., Zeng, J., Liu, B., dan Li, G. 2010. Characterization Of Dextrin Prepared By Common Neutral And Thermostable α-Amilases. Journal of
Food Processing and Preservation.34
: 622. Suraida.2012. Identifikasi Tumbuhan Penghijauan Sebagai Media Belajar
Biologi.Edu-Bio.3: 60. StandarNasional Indonesia. 1992. Dekstrin Industri Pangan. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional. Hal. 1-2. Thippeswamy, S., Girigowda, K., dan Mulimani, V, H 2006.Isolation and
identification of –Amilase producing Bacillus sp.From dhal industri
waste.Juornal of Biochemistry and Biophysics.43: 297.
Triyono, A. 2007. Peningkatan Fungsional Pati dari Ubi Jalar Ipomea batatas L. dengan Enzim
–Amilase Bacillus subtilis sebagai Bahan Substitusi
Pengolahan Pangan. Jurnal SainsMIPA. Edisi Khusus Tahun 2007.131:64, 65.
Winarno, F.G. 2004Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 33.
Wirahadikusumah, M. 1989. BiokimiaProtein, Enzim, dan Asam Nukleat. ITB Bandung.Hal. 50.
Zusfahair, dan Ningsih, D.R. 2012. Pembuatan Dekstrin dari Pati Ubi Kayu Menggunakan Katalis Amilase Hasil Fraksinasi dari Azospirillum sp. JG3.
Molekul
.71: 18.
USP 30-NF 25. 2007. United States Pharmacopeia and The National Formulary.
Rockville MD: The United States Pharmacopeial Convention. Hal. 1109.
Universitas Sumatera Utara
39
LAMPIRAN Lampiran 1
. Hasil Identifikasi Tumbuhan
Universitas Sumatera Utara
40
Lampiran 2
. Gambar pati kentang
Universitas Sumatera Utara
41
Lampiran 3.
Hasil uji reaksi warna pati + iodium 0,1 N
Universitas Sumatera Utara
42
Lampiran 4. Dekstrin dari pati kentang
Universitas Sumatera Utara
43
Lampiran 5.
Hasil ujireaksi warna dekstrin + lugol
Universitas Sumatera Utara
44
Lampiran 6.
Bagan alirpembuatan pati kentang
Dicuci dengan air yang mengalir Dipisahkan bagian kulit
Dibilas dengan air yang bersih Dipotong melintang dengan ukuran sedang ± 1 cm
Dibagi beberapa bagian dan dimasukkan ke dalam blender dan tambahkan air suling secukupnya
hingga menutupi permukaan kentang 5L1Kg Diblender
Disaring sambil diperas
Ditambahkan sisa air suling sambil diperas
Disaring dan diperas lagi hingga filtrat jernih
Digabungkan filtrat I dan II Didiamkanselama ± 24 jam hingga pati
mengendap Diganti bagian atas yang keruh dengan 2,5 L air
suling, dibiarkan selama ± 24 jam Diulangi perlakuan hingga bagian atas bening
lalu cairan bening dibuang Dikeringkan endapan pati yang diperoleh pada
suhu ruangan 25-27
o
C Diperoleh pati kering dan dihaluskan dengan
blender Diayak dengan ayakan mesh 80
Filtrat I Ampas
Filtrat II Ampas
Pati kentang 401,6064 g Umbi Kentang 6 kg
Universitas Sumatera Utara
45
Lampiran 7
. Bagan alir pembuatan dekstrin
Ditambahkan 250 ml air suling suspensi 20
Dicek pH Dipanaskan diatas plat penangas pada
suhu 95
o
C
Diaduk dengan pengaduk magnetik selama ±15 menit hingga terbentuk gel
Diturunkan suhu hingga 30
o
C dan tambahkan enzim α-amilase 0,025 g50 g
pati Dipanaskan campuran masing-masing
pada suhu 35
o
C, 40
o
C dan 45
o
C selama 24 jam, sambil terus diaduk
Diuji warna dengan larutan lugol kedalam cuplikan campuran tiap 3 jam
Diinaktif enzim dengan memanaskan dekstrin hingga mendidih
Dikeringkan dalam oven pada suhu 80
o
C selama 7 jam
Dihaluskan dengan blender setelah kering Diayak dengan ayakan mesh 80
Pati kentang 50 g
Gelatin
Dekstrin
Universitas Sumatera Utara
46
Lampiran 8
. Bagan alir uji reaksi warna dengan lugol
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 25 ml air suling
Ditetesi dengan larutan lugol warna ungu
kecoklatan 0,5 g dekstrin
Universitas Sumatera Utara
47
Lampiran 9
. Bagan alir pemeriksaanderajat kehalusan
Dihaluskan Diayak dengan ayakan berukuran mesh 80
Ditimbang bagian yang tertinggal dalam ayakan
10 g dekstrin
Serbuk halus dekstrin
Universitas Sumatera Utara
48
Lampiran 10
. Bagan alir penetapan kadar air
Dimasukkan ke cawan porselen yang telah ditimbang dan diketahui beratnya
Dipanaskan ke dalam oven suhu pada 105
o
C selama 2 jam
Didinginkan dalam desikator Ditimbang berat cawan
2 g dekstrin
Kadar air
Universitas Sumatera Utara
49
Lampiran 11
. Bagan alir penetapan kadar abu
Dimasukkan dalam krus porselen yang telah diketahui beratnya
Dimasukkan kedalam tanur Dipanaskan pada suhu 600°C selama 4 jam
atau sampai semua dekstrin menjadi abu Didinginkan dalam desikator
Ditimbangkrus porselen
2 g dekstrin
Kadar abu
Universitas Sumatera Utara
50
Lampiran 12
.Bagan alir penetapan bagian yang larut dalam air dingin
Dimasukkan ke dalam erlenmayer Dilarutkan dengan 50 ml air suling
Disaring
Dipipet 10 ml masukan ke cawan porselen yang sudah diketahui
Diuapkan cawan
porselen di
atas penanggas air
Dikeringkan dalam oven pada suhu 100
selama 3 jam
0,5 g dekstrin
Bagian yang larut dalam air dingin
Filtrat
Universitas Sumatera Utara
51
Lampiran 13
.Bagan alir penetapan nilaiekivalen dekstrosa a. Pembuatan larutan pentiter glukosa
Dilarutkan dengan air suling diencerkan sampai 1000 ml
b. Pembuatan larutan pentiter dekstrin
Dilarutkan dalam 100 ml air suling 2,5 g glukosa
Dekstrin 5g Larutan glukosa
Larutan Dekstrin
Universitas Sumatera Utara
52
Lampiran 13
Lanjutan
Dimasukkan ke dalam erlenmayer Ditambahkan larutan glukosa 15 ml
Didihkan campuran Dititrasi dengan larutan glukosa
sampai warna coklat kemerahan Dicatat volume kebutuhan titran
Dihitung Nilai Fehling
Faktor Fehling A dan B
masing-masing 5 ml
Universitas Sumatera Utara
53
Lampiran 13 Lanjutan
Dimasukkan kedalam erlenmayer Ditambahkan larutan glukosa 15 ml
Didihkan campuran
Dititrasi campuran dengan larutan dekstrin
sampai warna
coklat kemerahan
Dicatat volume kebutuhan titran Dihitung
Fehling A dan Fehling B masing-masing 5 ml
Nilai ekivalen dekstrosa
Universitas Sumatera Utara
54
Lampiran 14.
Bagan alir penetapan derajat asam
Dimasukkan ke dalam erlenmayer 250 ml Ditambahkan 100 ml etanol p.a yang
terlebih dahulu
dinetralkan dengan
fenolftalein Dibiarkan tertutup selama 24 jam, sambil
digoyangkan Orbital Shaker Disaring dengan kertas saring, 50 ml
saringan dititar dengan NaOH 0,1 N Dicatat volume NaOH 0,1 N yang
diperlukan untuk menitar 100 g serbuk dekstrin
5 g dekstrin
Nilai derajat asam
Universitas Sumatera Utara
55
Lampiran 15.
Perhitungan rendemen
Dimana : a = Berat pati yang digunakan g b = Berat dekstrin yang diperoleh g
a. Suhu 35
o
C Berat pati
: 50 g Berat dekstrin
: 42,1854 g Randemen
= x 100
= x100
= 84,371 b. Suhu 40
o
C Berat pati
: 50 g Berat dekstrin
: 42,0944 g Randemen
= x 100
= x 100
= 84,189 Rendemen =
x 100
Universitas Sumatera Utara
56
Lampiran 15
Lanjutan c.Suhu 45
o
C Berat pati
: 50 g Berat dekstrin
: 40,724 g Randemen
= x 100
=
x
100 = 81,448
Universitas Sumatera Utara
57
Lampiran 16. Perhitungan derajat kehalusan
Keterangan: a= persentase dari bagian yang tidak melewati ayakan mesh 80
a.Suhu 35
o
C 1. Berat serbuk dekstrin
: 10,0023 g Serbuk dekstrin yang tidakmelewati ayakan
: 0,467 g a =
x 100 = 4,669 Kehalusan mesh 80 = 100
– 4,669 = 95,331
2. Berat serbuk dekstrin : 10,0042 g
Serbuk dekstrin yangtidak melewati ayakan : 0,502 g
a = x 100 = 5,018
Kehalusan mesh 80 = 100 – 5,018 = 94,982
3. Berat serbuk dekstrin : 10,0025 g
Serbuk dekstrin yangtidak melewati ayakan : 0,457 g
a = x 100 = 4,569
Kehalusan mesh 80 = 100 – 4,569 = 95,431
Kehalusan mesh 80 suhu 35 rata-rata =
= 95,248 Kehalusan mesh 80 = 100
– a
Universitas Sumatera Utara
58
Lampiran 16
Lanjutan a. Suhu 40
o
C 1. Berat serbuk dekstrin
: 10,0553 g Serbuk dekstrin yangtidak melewati ayakan
: 0,426 g a =
x 100 = 4,237 Kehalusan mesh 80 = 100
– 4,237 = 95,763 2. Berat serbuk dekstrin
: 10,0463 g Serbuk dekstrin yang tidak melewati ayakan
: 0,467 g a =
x 100 = 4.648 Kehalusan mesh 80 = 100
– 4,648 = 95,352 3. Berat serbuk dekstrin
: 10,0480 Serbuk dekstrin yang tidak melewati ayakan
: 0,526 g a =
x 100 = 5,235 Kehalusan mesh 80 = 100
– 5,235 = 94,765
Kehalusan mesh 80suhu 40 rata – rata =
= 95,293
Universitas Sumatera Utara
59
Lampiran 16
Lanjutan a. Suhu 45
o
C 1. Berat serbuk dekstrin
: 10,0056 g Serbuk dekstrin yang tidakmelewati ayakan : 0,427 g
a = x 100 = 4,268
Kehalusan mesh 80 = 100 – 4,268 = 95,732
2. Berat serbuk dekstrin : 10,0067 g
Serbuk dekstrin yang tidakmelewati ayakan : 0,401 g a =
x 100 = 4,007 Kehalusan mesh 80 = 100
– 4,007 = 95,993 3. Berat serbuk dekstrin
: 10,0060 Serbuk dekstrin yang tidakmelewati ayakan : 0,409 g
a = x 100 = 4,088
Kehalusan mesh 80 = 100 – 4,088 = 95,912
Kehalusan mesh 80suhu 40 rata – rata =
= 95,879
Universitas Sumatera Utara
60
Lampiran 17.
Perhitungan kadar air
a.
a.Kadar air Suhu 35
1. Berat dekstrin awal : 2,0083 g
Berat dekstrin setelah dikeringkan : 1,8233 g Kadar air =
x 100
= x 100
= 9,212 2. Berat dekstrin awal
: 2,0072 g Berat dekstrin setelah dikeringkan : 1,8242 g
Kadar air = x 100
= x 100
= 9,117 3. Berat dekstrin awal
: 2,0000 g Berat dekstrinsetelahdikeringkan : 1,835 g
Kadar air= x 100
= x 100
= 8,25 Kadar air
=
–
X
100
Universitas Sumatera Utara
61
Lampiran 17.
Lanjutan Kadar air suhu 35
rata-rata =
= 8,860
b. Kadar Air Suhu 40
o
C
1. Berat dekstrin awal : 2,0337 g
Berat dekstrinsetelahdikeringkan : 1,8722 g Kadar air =
x100
= x 100
= 7,966 2. Berat dekstrin awal
: 2,0332 g Berat dekstrinsetelahdikeringkan : 1,8728 g
Kadar air =
x 100
= x100
= 7,889 3. Berat dekstrin awal
: 2,0161 g Berat dekstrinsetelahdikeringkan : 1,8575 g
Kadar air =
x 100
Universitas Sumatera Utara
62
Lampiran 17.
Lanjutan =
x100 = 7,867
Kadar airrata – rata =
= 7,907
c.Kadar Air suhu 45 1.Berat dekstrin awal
: 2,0047 g Berat dekstrin setelah dikeringkan : 1,9105 g
Kadar air =
x100
= x 100
= 4,699 2. Berat dekstrin awal
: 2,0022 g Berat dekstrinsetelahdikeringkan :1,9113 g
Kadar air =
x 100
= x 100
= 4,540
Universitas Sumatera Utara
63
Lampiran 17.
Lanjutan 3. Berat dekstrin awal
: 2,0110 g Berat dekstrinsetelah dikeringkan : 1,926 g
Kadar air =
X 100
= X 100
= 4,227 Kadar air45
rata – rata =
= 4,489
Universitas Sumatera Utara
64
Lampiran 18. Perhitungan kadar abu
Keterangan: a = berat abu g
b = berat dekstrin awal g
a. Suhu 35