PEMBAHASAN Pemeriksaan Sampel Urine di Laboratorium

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Karakteristik Penduduk yaitu Lama Konsumsi Beras terhadap Kadar Kadmium Urine Penduduk di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2014 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lama konsumsi beras terbukti secara signifikan memiliki korelasi p value = 0,001 0,05 dengan kadar kadmium dalam urine penduduk di Kabupaten Musi Rawas tahun 2014. Dengan nilai r = 0,662, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel lama konsumsi beras dan kadar kadmium pada urine menunjukkan kekuatan hubungan yang kuat dan berpola positif. Dari hasil multivariat diketahui bahwa lama konsumsi beras memiliki pengaruh dengan kadar kadmium dalam urine penduduk Kabupaten Musi Rawas tahun 2014 dengan nilai p = 0,008 0,05. Asumsi peneliti Lama konsumsi beras merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi kadar kadmium dalam urine karena lebih banyak responden yang mengonsumsi beras 30 tahun sehingga kadmium terakumulasi dalam tubuh secara terus menerus selama mengkonsumsi beras tersebut. Masuknya kadmium ke dalam tubuh melalui mulut, di mulut kadmium akan bercampur dengan ludah yang berisikan enzim setelah itu masuk ke dalam lambung setelah berada di lambung akan memasuki usus. Penyerapan kadmium dari lumen usus melewati membran brush border ke dalam sel mukosa.Kadmium diabsorpsi melalui gastrointestinal hanya sebesar 5-8 , walupun hanya sedikit yang diabsorbsi tetapi suli dieliminasi dalam tubuh sehingga akan dideposit di dalam tubuh.Sebagian kadmium yang masuk Universitas Sumatera Utara melalui saluran pencernaan tadi akan dibuang melalui urine dan feses sekitar 3-4 minggu setelah terpapar kadmium. Kadmium yang diabsorbsi dan dideposit di dalam tubuh akan ditranspor masuk ke dalam aliran darah berikatan dengan protein yang memiliki berat molekul rendah, yaitu Metalotionin MT yang banyak mengandung sulfhidril, dan dapat mengikat 11 kadmium.Metalotionin terdiri dari polipeptida yang mengandung 26- 33 sistein. Kadmium terikat dengan gugus sulfhidril dan fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas kadmium disebabkan oleh interaksi kadmium dan protein tersebut sehingga memunculkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim.Kadmium yang memasuki darah akan didistribusikan dengan cepat ke seluruh tubuh. Pengikatan kadmium dalam jaringan bisa menyebabkan lebih tingginya kadar kadmium dalam jaringan tersebut. Hepar dan ginjal memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat kadmium. Kadmium yang diabsorpi dan ditransportasikan akan diakumulasi di dalam tubuh dengan cara pengikatan kadmium dalam jaringan tadi, Daya akumulasi kadmium sangat efisien dengan waktu paruh biologis kadmium yang sangat panjang dalam tubuh yaitu 7-30 tahun. Kadmium dapat terakumulasi terus dalam tubuh sepanjang hidupnya. Semakin lama mengonsumsi beras tersebut maka akan semakin banyak juga kadmium yang terakumulasi dalam tubuh dan hal ini akan mengakibatkan dampak salah satunya adalah gangguan dan kerusakan kerja sistem ginjal, karena ginjal dan hepar memiliki kapasistas yang tinggi untuk mengikat kadmium. Pengikatan Universitas Sumatera Utara kadmium bisa meningkatkan konsentrasinya dalam organ sehingga salah satu yang menyebabkan adanya kadmium dalam urine adalah karena kerusakan kerja sistem ginjal tersebut terkait peningkatan beban kadmium dalam tubuh, selain itu ekskresi kadmium adalah indikator paparan kadmium yang berlebihan dalam tubuh. Hasil penelitian lainnya yang mendukung hal ini adalah Pencemaran logam berat Cd pernah terjadi di Toyama Jepang. Peristiwa ini mengakibatkan penduduk menderita penyakit Itai-itai Ouch-ouch, yakni tulang mengalami pelunakan, kemudian tulang menjadi rapuh dan otot mengalami kontraksi karena kehilangan sejumlah kalsium, serta menderita kelainan ginjal Withghot and Brennan 2007, Argawala 2006, Soemirat 2005. Peristiwa tersebut terjadi karena air irigasi yang digunakan untuk mengairi tanaman padi di sawah tercemar Cd. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air irigasi tersebut mengandung Cd yang berasal dari penambangan Timah Hitam dan Biji seng yang ada di daerah hulu sungai Jint. Akibatnya padi yang dipanen mengakumulasikan Cd. Penduduk mengkonsumsi padi tersebut selama bertahun-tahun, sehingga terjadi biomagnifikasi Cd pada tubuh manusia. Padi mengakumulasi Cd sebanyak 1,6 mgkg, namun melalui rantai makanan kandungan Cd pada tubuh manusia menjadi 11,472 mgkg Miller 2007,Wardhana 2004,Kalassen 2001, Donatus 2001. Hasil penelitian lainnya yang mendukung adalah penelitian Suzuki, dkk. 1980 dan Roechan, dkk. 1993 menemukan kandungan kadmium dalam beras di Indonesia cukup tinggi yaitu 0.07-0.09 mghariorang dan apabila dikonsumsi terus menerus dapat melebihi batas ambang yang ditetapkan oleh FAO-WHO.Hasil Universitas Sumatera Utara penelitian lainnya yang mendukung adalah kandungan kadmium urine wanita yang tidak terpapar memiliki 0,31 µgg kreatinin dan wanita yang terpapar kadmium memiliki kadar 35,7 µgg kreatinin, sementara itu, kadar Cd dalam darah wanita yang tidak terpapar Cd adalah sebesar 1,85 µgL sedangkan wanita yang terpapar sebesar 22,4 µgL Cardenas dalam Widowati, 2008. 5.2 Pengaruh Karakteristik Penduduk yaitu Lama Tinggal terhadap Kadar Kadmium dalam Urine Penduduk di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2014 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lama Tinggal terbukti secara signifikan memiliki korelasi p value = 0,001 0,05 dengan kadar kadmium dalam urine penduduk di Kabupaten Musi Rawas tahun 2014. Dengan nilai r = 0,426, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel lama tinggal di daerah irigasi dan kadar kadmium pada urine menunjukkan kekuatan hubungan yang sedang dan berpola positif. Setelah dilakukan analisis multivariat, lama tinggal di daerah irigasi memiliki pengaruh terhadap kadar urine pada penduduk di Kabupaten Musi Rawas dengan nilai p=0,016 0,05. Asumsi peneliti responden yang lama tinggal di daerah irigasi pada penelitian ini yang 30 tahun lebih banyak, hal ini berarti bahwa mereka yang tinggal di daerah irigasi mengonsumsi beras yang telah terkontaminasi kadmium sehingga lama mereka tinggal di daerah irigasi yang tercemar kadmium hampir sama dengan lamanya mereka mengonsumsi beras tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa lamanya terpapar kadmium melalui beras yang dimakan hampir sama dengan lama tinggal di daerah Irigasi. Universitas Sumatera Utara Hal ini berarti bahwa lama tinggal di daerah irigasi ini menyebabkan lama juga konsumsi beras yang terkontaminasi kadmium, sehingga daya akumulasi kadmium dalam tubuh juga akan tinggi sesuai dengan waktu paruh kadmium dalam tubuh juga yang sangat panjang yaitu 7- 30 tahun. Penelitian yang mendukung yaitu Pencemaran logam berat Cd pernah terjadi di Toyama Jepang. Peristiwa ini mengakibatkan penduduk menderita penyakit Itai- itai Ouch-ouch, yakni tulang mengalami pelunakan, kemudian tulang menjadi rapuh dan otot mengalami kontraksi karena kehilangan sejumlah kalsium, serta menderita kelainan ginjal Withghot and Brennan 2007, Argawala 2006, Soemirat 2005. Peristiwa tersebut terjadi karena air irigasi yang digunakan untuk mengairi tanaman padi di sawah tercemar Cd. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air irigasi tersebut mengandung Cd yang berasal dari penambangan Timah Hitam dan Biji seng yang ada di daerah hulu sungai Jint. Akibatnya padi yang dipanen mengakumulasikan Cd. Penduduk mengkonsumsi padi tersebut selama bertahun-tahun, sehingga terjadi biomagnifikasi Cd pada tubuh manusia. Padi mengakumulasi Cd sebanyak 1,6 mgkg, namun melalui rantai makanan kandungan Cd pada tubuh manusia menjadi 11,472 mgkg Miller 2007,Wardhana 2004,Kalassen 2001, Donatus 2001. 5.3 Pengaruh Karaktesirtik Penduduk yaitu Jenis Kelamin terhadap Kadar Kadmium dalam Urine Penduduk di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2014 Hasil uji statistik menggunakan uji t independen sample test diperoleh bahwa nilai p value 0,053 0,05 dan nilai t 2,204 t tabel 2,013 sehingga terbukti secara signifikan bahwa tidak ada perbedaan antara jenis kelamin laki-laki Universitas Sumatera Utara dan perempuan terhadap kadar kadmium dalam urine penduduk di Kabupaten Musi Rawas tahun 2014. Dari hasil analisis multivariat diperoleh bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap kadar kadmium dalam urine dengan nilai p = 0,010 0,05. Asumsi peneliti frekuensi jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki jumlah yang sama, hal tersebut dikarenakan oleh sampel tersebut berasal dari satu keluarga yang terdiri dari satu orang suami dan satu orang istri. Pada penelitian ini laki-laki maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk risiko ditemukannya kadmium di dalam urine. Hal ini juga disebabkan karena tiap-tiap keluarga mengonsumsi beras jenis beras yang sama dan tinggal di lingkungan yang sama. Hasil penelitian ini tidak sesuai oleh penelitian Witaya 2010 yang menyatakan bahwa sekitar 50,7 perempuan perokok memiliki nilai kadar kadmium dalam urine yang telah melewati ambang batas. Perempuan biasanya memiliki tingkat kadmium lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yang dapat dijelaskan oleh peningkatan penyerapan gastrointestinal kadmium Penelitian yang dilakukan oleh Jawdat 2012 menemukan kecenderungan kadar kadmium lebih tinggi pada perempuan sebesar 172 57,3 di bandingkan pada laki-laki sebesar 128 42,7 hal ini menyebabkan meningkatnya konsentrasi kadmium pada perempuan. yang lebih tinggi pada perempuan. Universitas Sumatera Utara 5.4 Pengaruh Kadar Kadmium dalam Beras terhadap Kadar Kadmium dalam Urine Penduduk di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2014 Hasil penelitian menunjukkan Kadar kadmium dalam beras terbukti secara signifikan memiliki korelasi p value = 0,021 0,05 dengan kadar kadmium dalam urine penduduk di Kabupaten Musi Rawas tahun 2014. Dengan nilai r = 0,339, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kadar kadmium dalam beras dan kadar kadmium pada urine menunjukkan kekuatan hubungan yang sedang dan berpola positif . Hasil analisis multivariat diketahui kadar kadmium dalam beras memiliki pengaruh dengan kadar kadmium dalam urine pada penduduk di Kabupaten Musi Rawas dengan nilai p = 0,011 0,05. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium diketahui kadar kadmium dalam beras berada pada kisaran 0,013 mgkg sampai dengan 0,019 mgkg dan kadar kadmium dalam beras lebih rendah daripada kadar kadmium dalam air berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium. Analisis peneliti kadar kadmium dalam air lebih tinggi daripada kadar kadmium dalam beras adalah karena Logam berat dalam lingkungan perairan berbentuk ion-ion bebas, pasangan ion organik dan dan ion kompleks. Kelarutan logam dalam air di kontrol oleh pH air, karena kenaikan pH mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel badan air, sehingga akan mengendap membentuk lumpur. Air merupakan media yang diperlukan untuk melarutkan hara serta translokasi di dalam tanah dan pada tanaman, kemungkinan bahwa aliran air mengatur masuknya unsur-unsur ke dalam jaringan tanaman, demikian juga mengatur konsentrasinya pada tanaman. Apabila terdapat Universitas Sumatera Utara hara yang diserap secara pasif melalui aliran massa, semua molekul pada hara yang terkandung dalam air akan terserap. Selain itu, proporsi hara dalam air juga akan tercermin dalam jaringan tanaman. Tingkat penyerapan air telah ditemukan tidak berpengaruh pada penyerapan Cd. Unsur-unsur kimia di dalam tumbuh-tumbuhan dibagi dalam beberapa kategori berdasarkan kelimpahan dan kerunutannya. Unsur- unsur runut terbagi dua. Pertama adalah unsur runut essensial yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses metabolismenya meskipun unsur ini dapat bersifat toksik jika konsentrasinya melebihi ambang batas yang diperlukan Co, Cu, Mn, Mo, dan lain-lain. Kedua adalah unsur runut non essensial yang belum diketahui peranan biologi pada proses kehidupan tumbuhan sehingga diharapkan tidak ada di dalam tumbuhan tersebut Cd, Cr, Pb Hg, dan lain-lain. Distribusi kadmium pada tumbuhan mempunyai karakter yang stabil dan tidak tergantung pada konsentrasi dalam tanah. Bagian tumbuhan yang mengakumulasi kadmium paling besar yaitu pada akar, sedangkan pada organ vegetatife dan reproduksi jumlahnya jauh lebih sedikit. Alasan mengapa akar mampu mengakumulasi kadmium paling tinggi, karena kadmium disimpan dalam vakuola sel-sel akar, sehingga menggurangi toksisitas, dan ini merupakan respon alami tumbuhan terhadap zat toksik. Kadmium masuk ke dalam jaringan tanaman dari air dan tanah yang diabsorpsi melalui akar yang kemudian ditimbun dalam daun, sedangkan kadmium dari udara tertahan pada permukaan daun, yang jumlahnya cukup besar pada daun yang permukaannya kasar ataupun daun yang berbulu. Universitas Sumatera Utara Setiap tanaman memiliki perbedaan sensitivitas terhadap logam berat dan setiap tanaman juga memperlihatkan kemampuan yang berbeda dalam mengakumulasi logam berat. Logam Cd bersifat toksik dan tidak dibutuhkan oleh tanaman sehingga dapat menghambat proses kerja dari unsur yang berperan dalam tanaman.Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tanaman dibagi menjadi 3 proses yang bersinambung yaitu penyerapan oleh akar, translokasi di dalam tumbuhan yaitu setelah logam dibawa masuk ke dalam sel akar selanjuntnya logam diangkut oleh jaringan pengangkut, dan lokasi logam pada jaringan yaitu menimbun logam pada organ tertentu seperti di akar untuk kadmium. Gugus fungsi dalam jaringan tanaman yang berfugsi sebagai pengikat logam adalah gugus amina -NH2, gugus karboksil- COOH, juga gugus sulfidril -SH yang terdapat dalam protein. Disamping itu dalam jaringan tanaman terdapat dinding sel yang tersusun atas selulosa, lignin dengan gugus hidroksil -OH. Gugus-gugus polar ini diduga bereaksi dengan logam berat . Penyerapan kontaminan bersamaan dengan penyerapan nutrien dan air oleh akar tumbuhan dan trans-lokasi atau akumulasi senyawa itu kebagian tumbuhan seperti akar, batang dan daun. kadmium dalam jaringan tumbuhan berada dalam urutan akar lebih besar dari batang, dan batang lebih besar dari daun. Jika logam kadmium terdapat dalam jumlah banyak maka pH akan berpengaruh terhadap absorpsi kadmium oleh tanaman. Berdasarkan hal tersebut jika pH rendah akan menyebabkan kandungan kadmium meningkat dan biomasa Universitas Sumatera Utara menurun. Pada tanaman padi dan gandum penyerapan kadmium menurun ketika pH tanah dinaikkan dari 5,5 menjadi 7.5 dan sementara tanamanan padi tumbuh optimal pada pH 5,5 – 7 sehingga penyerapan kadmium pada tanamanan padi menurun. Jumlah kadmium terserap kedalam tanaman dipengaruhi juga oleh umur tanaman semakin lama umur tananaman kesempatan umtuk menyerap logan kadmium semakin besar, tanaman padi mempunyai umur 3-4 bulan sehingga kesempatan untuk menyerap logam kadmium juga lebih kecil. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Suzuki and Iwao 1982, yang menganalisis kandungan Cd di dalam jaringan tanaman padi menemukan konsentrasi Cd paling banyak pada daun dan batang namun jumlahnya pada bahagian biji sangat kecil Keadaan ini sesuai dengan pendapat Alloway dalam darmono 1995 Setiap tanaman memiliki perbedaan sensitivitas terhadap logam berat dan setiap tanaman juga memperlihatkan kemampuan yang berbeda dalam mengakumulasi logam berat. dan sesuai dengan marthini 2005 bahwa distribusi kadmium pada tumbuhan mempunyai karakter yang stabil dan tidak tergantung pada konsentrasi dalam tanah. Bagian tumbuhan yang mengakumulasi kadmium paling besar yaitu pada akar, sedangkan pada organ vegetatife dan reproduksi jumlahnya jauh lebih sedikit. Alasan mengapa akar mampu mengakumulasi kadmium paling tinggi, karena kadmium disimpan dalam vakuola sel-sel akar, sehingga menggurangi toksisitas, dan ini merupakan respon alami tumbuhan terhadap zat toksik. Hal ini juga di dukung menurut pendapat Clarke 1981 Hasil autopsi di USA menunjukkan bahwa absorpsi kadmium dalam tubuh mayarakat umum secara rata- Universitas Sumatera Utara rata 30 mg, yang didistribusikan dalam ginjal 33 , hati 14 , paru-paru 2 , dan pankreas 0,3 , sisanya diekskresikan melalui saluran urine. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Laegreid dalam widowati 2008 dalam Charlena 2004, pemasukan Cd melalui makanan adalah 10-40 mghari, sedikitnya 50 diserap oleh tubuh. Penelitian yang mendukung dilakukan oleh Witaya 2007 88,0 responden yang mengkonsumsi beras lokal di daerah yang terkontaminasi kadmium dari air irigasi memiliki kadar kadmium urine 5 µg g. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN