Proses deasidifikasi ini merupakan cara yang hanya dapat menghilangkan asam yang sudah ada dan melindungi kertas dari kontaminasi asam dari berbagai
sumber, deasidifikasi tidak dapat memperkuat kertas yang sudah rapuh. Alat – alat yang disebutkan di atas diperlukan untuk menentukan sifat asam atau basa suatu
bahan, dengan memakai ukuran derajat keasaman yang disingkat pH. Asam mempunyai pH antara 0-7 dan basa antara 7-14, pH7 adalah normal atau netral.
Kalau pH kertas lebih dari 7, berarti kertas tersebut sudah bersifat asam, jika pH kertas berada antara 4-5, ini menunjukkan kondisi kertas itu sudah parah. Untuk
mengetahui derajat keasaman pada suatu kertas, satu titik pada kertas dibasahi dengan air suling., kemudian pHnya diukur dengan pH meter atau kertas pH
70
. Sedangkan cara lain dengan menggunakan spidol pH adalah dengan
menggoreskan spidol tersebut pada kertas di buku, kemudia kita lihat perubahan warnanya. Selanjutnya kita ukur dengan menggunakan ukuran warna yang
menunjukkan tingkat keasamannya, namun cara ini tentunya kurang baik, karena akan meninggalkan bekas warna goresan pada buku
71
. Dalam melakukan deasidifikasi kita harus hati – hati, karena deasidifikasi
terlalu besar akan menyebabkan kertas menjadi rusak. Deasidifikasi yang paling baik adalah merubah pH kertas yang mula – mula kurang dari 7 menjadi 7 sampai
8,5, jika pH kertas lebih besar dari 9 akan menyebabkan terhidrolisasinya selulosa dalam suasana alkali. Oleh karena itu, konsentrasi basa yang dipakai harus
sebanding dengan asam yang ada dalam kertas untuk menghasilkan garam netral dan tidak terjadi kelebihan basa.
70
Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 43.
71
Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 105.
Ada beberapa larutan yang bersifat basa yang digunakan oleh para ahli konservasi kertas. Bahan – bahan ini cukup baik untuk menetralkan asam yang
terkandung dalam kertas, yaitu : 1.
Kalsium hidroksida,
kalsium karbonat,
magnesium hidroksida dan magnesium karbonat.
2. Magnesium methoxide.
3. Barium hidroksida.
Deasidifikasi harus dilakukan dengan cara kering untuk mencegah penggunaan larutan yang dapat melarutkan tinta pada bahan pustaka
72
.
f. Memutihkan Kertas
Kertas pada buku yang biasa kita jumpai kadang ada yang berwarna kecoklatan, hal ini menandakan kertas tersebut sudah terkena debu dan lumpur.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan usaha perbaikan yaitu dengan cara diputihkan dengan berbagai zat kimia seperti :
1. Chloromine-T
2. Gas Chlordioksida
3. Natrium Chlorida
4. Potasium Perrmanganate
5. Natrium Hipochlorite
6. Hidrogen Peroksida
Pemutihan kertas yang dimaksud disini adalah untuk menghilangkan noda yang terdapat pada kertas, bukan untuk memutihkan buku yang telah terisi tulisan
72
Terry Boone, “Book Keeper for Spray Use in Single Item Treatment”, diakses pada tanggal 07 Juli 2010 dari http:cool.conservation-us.orgcoolaicsgbpgannualv17bp17-04.html
tangan ataupun tulisan cetak. Namun, apabila dianggap sangat perlu, dapat juga seluruh halaman dari suatu buku diputihkan
73
.
73
Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 54.
47
BAB III GAMBARAN UMUM
PERPUSTAKAAN KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM
A. Sejarah Singkat
Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum Kem. PU merupakan perpustakaan khusus yang koleksinya tersebar di masing – masing unit kerja.
Perpustakaan tersebut antara lain : •
Perpustakaan Sekretariat Ditjen Pengairan, didirikan pada tahun 1967. •
Perpustakaan Sekretariat Ditjen Bina Marga, didirikan pada tahun 1971. •
Perpustakaan Sekretariat Balitbang, didirikan pada tahun 1975. •
Perpustakaan Biro Hukum, didirikan pada tahun 1975. •
Perpustakaan Biro Umum, didirikan pada tahun 1975. Seiring dengan perubahan struktur organisasi yang terjadi di Kementrian
Pekerjaan Umum pada tahun 2005, koleksi perpustakaan Sekretariat Balitbang, Sekretariat Jenderal, Sekretariat SDA dan Bina Marga diserahkan kepada Pusat
Komunikasi Publik untuk digabungkan menjadi satu dan menempati gedung Pusdata. Dengan penggabungan tersebut dan berkoordinasi dengan Perpustakaan di Gedung
Utama Biro Hukum dan Biro Umum diharapkan dapat dijadikan cikal bakal terbentuknya Perpustakaan Utama Kementrian Pekerjaan Umum, sehingga dapat
menyajikan data dan informasi ke–PU-an kepada masyarakat PU secara khusus dan masyarakat luas secara umum.
48
Perpustakaan Kem. PU telah memanfaatkan teknologi informasi berupa fasilitas jaringan komputer untuk mengakses unit – unit perpustakaan di lingkungan
Kementrian PU baik dalam maupun luar daerah. Perpustakaan dengan fasilitas jaringan ini mulai dikenalkan pada awal terbentuknya Kementrian Kimpraswil tahun
2001, dengan diawali sharing data pustaka. Dengan ditetapkannya SK Menteri PU No. 242KPTS1993 tentang
Pembinaan Pengelolaan Perpustakaan di lingkungan Kementrian PU, maka perpustakaan Biro Umum saat itu ditetapkan sebagai pusat jaringan perpustakaan
Kementrian PU, untuk selanjutnya diharapkan dapat melakukan pembinaan sistem jaringan perpustakaan di lingkungan Kementrian PU, yang sejak tahun 2005
dilimpahkan kepada Pusat Komunikasi Publik.
Visi dan Misi
Visi dari Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum adalah “One Stop Service For Public Works Documents.”
Misi Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum, yaitu : 1.
Meningkatkan jumlah koleksi baik dalam bentuk buku maupun non buku. 2.
Mempromosikan koleksi – koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum.
3. Meningkatkan jumlah pengunjung Perpustakaan dengan cara meningkatkan
mutu layanan. 4.
Meningkatkan sumber daya manusia di perpustakaan baik dengan cara pelatihan perpustakaan maupun perekrutan sarjana perpustakaan.