Pelestarian koleksi buku langka di perpustakaan kementrian pekerjaan umum

(1)

DI PERPUSTAKAAN KEMENTRIAN PEKERJAAN

UMUM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan

Oleh :

AHMAD NAWAWI

NIM : 106025001044

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh :

Ahmad Nawawi

106025001044

Pembimbing

Pungki Purnomo, MLIS

NIP. 19641215 199903 1 005

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

i Ahmad Nawawi

Pelestarian Koleksi Buku Langka Di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan koleksi buku langka, mengetahui bagaimana teknik melestarikan koleksi buku langka serta mengetahui apa saja kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pelestarian koleksi buku langka di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum. Penelitian menggunakan metode kualitatif dimana data diperoleh penulis melalui kajian pustaka, observasi dan wawancara yang dilakukan penulis dengan informan yang memahami objek penelitian penulis. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa faktor penyebab kerusakan koleksi buku langka yang terjadi di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum mayoritas adalah faktor serangga, jamur, binatang pengerat, kutu buku, debu dan manusia itu sendiri. Hal ini terlihat dari keadaan beberapa buku yang sudah berwarna kuning, bahkan ada beberapa lembaran buku langka yang mengalami kebolongan kertas. Kehadiran serangga juga disebabkan oleh sisa makanan yang ada di ruangan perpustakaan. Teknik melestarikan koleksi buku langka di Perpustakan Kementrian Pekerjaan Umum dilakukan dengan penjilidan ulang, menambal buku serta dilakukan juga fumigasi dan pengasapan untuk mencegah dan mengurangi keberadaan serangga di dalam ruangan perpustakaan. Kendala yang dialami oleh perpustakaaan dalam melakukan kegiatan pelestarian koleksi buku langka adalah kendala biaya atau anggaran. Rumitnya proses menurunkan anggaran menyebabkan lambatnya tindakan perbaikan dalam memperbaiki buku langka yang rusak.


(5)

ii

Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat Islam, nikmat iman serta nikmat sehat wal’afiat kepada kita semua dan kepada penulis khususnya, sehingga dengan nikmat tersebut penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang pada awalnya berjudul “Teknik Pelestarian Koleksi Buku Langka Di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum”, namun setelah menerima masukan dari Dosen Pembimbing maka judul skripsi ini mengalami perubahan menjadi “Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum”. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sang pengantar kebenaran Illahi.

Penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materiil sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini. Layak rasanya penulis sampaikan terima kasih kepada :

1) Bapak DR. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Bapak Drs. Rizal Saiful-Haq, MA, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3) Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar memberikan saran serta masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4) Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora khususnya Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan ilmunya kepada mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat. 5) Kedua orang tua yang teramat sangat berjasa dalam kehidupan penulis

sejak lahir hingga akhir hayat, semua berkat do’a dari Ibu, Ibu Ibu dan Ayah.

6) Kepala Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum Bapak Yunaldi, ST, MT yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan wawancara yang berhubungan dengan skripsi penulis. 7) Staf Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum khususnya Kak Umi,

S.IP, Bang Wayan Oka, S.IP, Pak Hadiman, Bang Nadi dan Pak Heru Asfika serta segenap staf Perpustakaan yang dengan senang hati memudahkan penulis dalam melakukan observasi dan wawancara.


(6)

iii

Farah, Febi dan lain-lain, terima kasih telah memberikan inspirasi tentang apa itu perjuangan, persahabatan dan kebersamaan, saya percaya bahwa setiap orang hidup dengan masalahnya masing-masing. Hidup kosan!! 9) Kawan-kawan Underground Movement on IPI atau IPI ‘06 : Bung Aths,

Ipoy, Gele, Adit, TB Aneh, Salam Aki, Heri, Metha, Ayu dan lain-lain, kita orang-orang kecil lahir dari rakyat kecil berjuang untuk kebenaran yang besar.

10)Melly Kartika Adelia yang selama ini baik dan selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Makasih yaa,de!

11)Seluruh kawan-kawan Jipers baik alumni, senior maupun junior, Cah Iphoenk, Achenk,Agus Qtink, Zaki, Bagus, Bassam, Lanna,Syafiq, Haikal Tyo, Intje dan lain-lain jangan pernah lupakan sejarah jika ingin membuat masa depan yang cerah.

12)Seluruh kawan-kawan BEMJ IPI yang ada selama penulis aktif kuliah, semangat bekerja, jangan pernah ragu untuk berbuat yang terbaik kepada jurusan kita. Ingat, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Maju terus JIP UIN.

13)Serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kalian semua. Thank’s.

Semoga jasa baik dan hubungan yang baik, mendapat imbalan yang layak dari Allah SWT. Amin yaa Allah.

Jakarta, Oktober 2010.


(7)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metodologi Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 10

A. Pengertian Perpustakaan Khusus ... 10

B. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Khusus ... 11

C. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka ... 12

D. Pelestarian Koleksi Buku Langka ... 14

E. Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Buku Langka ... 15

1. Faktor Internal ... 15

2. Faktor Eksternal ... 17

F. Metode Penanganan dan Pelestarian Koleksi Buku Langka ... 26

1. Usaha Pencegahan Kerusakan Buku ... 27


(8)

v

A. Sejarah Singkat ... 47

B. Struktur Organisasi ... 49

1. Struktur Kementrian Pekerjaan Umum ... 49

2. Struktur Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum ... 50

C. Koleksi ... 50

D. Buku Langka ... 51

E. Anggaran ... 52

1. Anggaran Rutin ... 52

2. Anggaran Proyek ... 52

F. Sumber Daya Manusia ... 52

G. Pengguna ... 53

1. Pengguna Potensial ... 53

2. Pengguna Aktual ... 53

H. Sarana Sistem Simpan dan Temu Kembali ... 54

I. Gedung Perpustakaan ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Usaha Pencegahan Kerusakan Buku ... 56

1. Lingkungan ... 56

2. Manusia ... 68

3. Bencana Alam ... 71

B. Usaha – usaha Memperbaiki Buku yang Rusak ... 77

1. Penjilidan ... 78

2. Fotokopi ... 80

3. Menambal ... 80

BAB V PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 83


(9)

vi LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

viii

1. Denah Perpustakaan Biro Umum Kementrian Pekerjaan

Umum (Tempat Koleksi Buku Langka) ... 58

2. Silica Gel ... 60

3. Alarm Kebakaran ... 72

4. Alat Pemadam Kebakaran ... 72

5. Smoke Detector ... 73

6. Staples Besar ... 78

7. Mesin Fotokopi ... 79


(11)

vii

1. Tabel 1 Hasil Observasi Terhadap Suhu dan Kelembaban ... 61

2. Tabel 2 Hasil Observasi Terhadap Keberadaan Serangga dan Jamur ... 63

3. Tabel 3 Hasil Observasi Terhadap Pencahayaan ... 65

4. Tabel 4 Hasil Observasi Terhadap Debu Dalam Ruangan ... 67

5. Tabel 5 Hasil Observasi Terhadap Tindakan Manusia ... 70

6. Tabel 6 Hasil Observasi Terhadap Bahaya Kebakaran ... 74


(12)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Buku merupakan sebuah benda yang paling nyata fungsinya dalam menunjang terjadinya sebuah proses pendidikan dan sebuah penyelenggaraan perpustakaan. Selain buku terdapat pula majalah, koran, jurnal, laporan penelitian dan lain – lain yang menjadi sumber informasi bagi semua manusia di dunia sehingga tanpa disadari buku serta sumber informasi yang lain adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk saat ini dan masa yang akan datang. Hal ini menyebabkan pentingnya kita melestarikan buku sebagai warisan berharga dan sumber informasi untuk seluruh umat manusia di masa kini dan masa yang akan datang.

Meskipun fungsi dari buku telah disadari dan diketahui oleh semua manusia yang memahami pentingnya pendidikan akan tetapi sampai saat ini masih banyak terdapat buku – buku entah buku di ruang belajar pribadi, buku di ruang sekolah atau kuliah hingga buku di perpustakaan yang keadaan bukunya sudah dalam keadaan yang tidak layak pakai atau pun rusak. Penyebab kerusakan dari sebuah buku atau bahan pustaka ini memang beragam, mulai dari faktor usia buku yang sudah tua namun tidak diimbangi dengan kualitas kertas dan tinta yang baik, faktor cuaca, pencahayaan, jamur, atau bahkan kebanjiran dan kebakaran bisa saja menjadi faktor penyebab rusaknya sebuah buku.


(13)

Dengan banyaknya faktor – faktor yang bisa menyebabkan rusaknya buku sebagai sebuah sumber informasi yang penting bagi kehidupan umat manusia maka wajarlah apabila dilakukan tindakan perbaikan terhadap buku yang rusak namun bisa diperbaiki dan dilakukan pencegahan terjadinya kerusakan terhadap sebuah buku. Tindakan – tindakan seperti ini adalah merupakan bagian dari pelestarian bahan pustaka. Pelestarian bahan pustaka menjadi sangat penting mengingat tujuan dilakukannya pelestarian bahan pustaka adalah untuk menjaga dan melestarian buku atau bahan pustaka yang merupakan warisan kebudayaan dan sumber informasi utama dalam kehidupan umat manusia untuk jangka panjang, yang berarti pelestarian bahan pustaka pun dituntut untuk menjaga usia buku agar bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Agar pelestarian bahan pustaka berjalan dengan baik maka kegiatan ini memerlukan pengorganisasian yang sistematis, dilakukan dengan cermat dan menyertakan orang – orang yang ahli di bidang tersebut dan memiliki pedoman atau standar guna dijadikan acuan atau pedoman dalam pelestarian bahan pustaka.

Pelestarian bahan pustaka ini berkaitan erat sekali dengan perpustakaan mengingat perpustakaan adalah tempat dikumpulkannya buku dan bahan pustaka lain yang berfungsi sebagai sumber informasi bagi masyarakat penggunanya. Oleh sebab itu peran perpustakaan khususnya pustakawan diharapkan mampu berperan penting dalam usaha pelestarian bahan pustaka tersebut, dimana pustakawan harus senantiasa mengontrol kondisi buku yang ada di dalam perpustakaan, dan memperbaiki buku yang memang terlihat sudah rusak. Berbicara mengenai keamanan atau pelestarian


(14)

bahan pustaka pun tidak terlepas dari pemustaka atau orang – orang yang memakai perpustakaan sebagai jendela informasi. Sikap yang tertib dan kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya sebuah buku sangat berpengaruh terhadap pelestarian bahan pustaka karena apabila pemustaka tidak memahami pentingnya keberadaan sebuah buku maka besar kemungkinan pemustaka tersebut tidak akan menjaga keutuhan dan keadaan fisik dari buku tersebut.

Jenis buku yang akan menjadi obyek penelitian ini adalah buku langka. Buku langka yaitu buku yang sudah tua, langka, sulit untuk dijumpai dan jarang beredar di pasaran.1 Dilihat dari definisi tersebut maka bisa disimpulkan bahwa buku langka merupakan sebuah buku yang dilihat dari segi usia merupakan buku yang diterbitkan pada puluhan atau bahkan ratusan tahun silam sehingga menjadi buku yang langka karena sulit untuk dijumpai dan jarang sekali beredar di pasaran sehingga memiliki nilai historis yang tinggi dan tidak semua perpustakaan memiliki buku langka.

Perpustakaan Kementrian Pekerjan Umum (selanjutnya disebut Perpustakaan Kem. PU) adalah merupakan salah satu dari sedikit perpustakaan khusus yang memiliki koleksi buku langka, bahkan Perpustakaan Kem. PU ini memiliki ribuan koleksi buku langka yang ditempatkan di daerah Citeureup Bogor, sedangkan letak Perpustakaan Kem. PU sendiri berada di bawah naungan Kementrian Pekerjaan Umum yang terletak di Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru – Jakarta Selatan. Koleksi buku langka yang terdapat di Perpustakaan Kem. PU hanyalah sebagian kecilnya saja yang berjumlah sekitar 100 – 200 buku.

1 Ishvari Corea, “Encyclopaedia of Information and Library Science”, Vol. 8 (New Delhi: Akashdeep Publishing House, 1993), h. 2638.


(15)

Dengan beberapa pemaparan tentang pentingnya pelestarian bahan pustaka terhadap koleksi buku langka di mana perpustakaan khusus seperti Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum memiliki banyak koleksi buku langka yang bisa dijadikan sebagai objek penelitian, maka penulis melakukan penulisan skripsi dengan judul “PELESTARIAN KOLEKSI BUKU LANGKA DI PERPUSTAKAAN

KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM ”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk menjaga agar penelitian ini tidak terlalu luas pembahasannya maka penelitian ini dibatasi hanya membahas mengenai :

1. Faktor – faktor penyebab kerusakan koleksi buku langka. 2. Teknik melestarikan koleksi buku langka.

3. Kendala – kendala yang dihadapi dalam melakukan pelestarian koleksi buku langka.

Untuk menjawab hal tersebut diatas maka dibuatlah rumusan masalahnya seperti berikut :

1. Apa saja faktor – faktor penyebab kerusakan koleksi buku langka?

2. Bagaimana teknik melestarikan koleksi buku langka guna mencegah dan memperbaiki koleksi buku langka dari kerusakan?

3. Apa saja kendala - kendala yang dihadapi dalam melakukan pelestarian koleksi buku langka?


(16)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui apa saja faktor – faktor penyebab kerusakan koleksi buku langka. 2. Mengetahui bagaimana teknik pelestarian buku langka yang dilakukan di

Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum.

3. Mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam melakukan pelestarian koleksi buku langka.

D. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan kepada penulis tentang teknik pelestarian bahan pustaka secara praktis.

2. Diharapkan bisa menjadi kontribusi pemikiran bagi Perpustakaan Kem. PU dalam melakukan pelestarian bahan pustaka.

3. Memperkaya khazanah literatur tentang pelestarian bahan pustaka bagi pengembangan informasi kepada Jurusan Ilmu Perpustakaan.

E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana menurut Bogdan dan Taylor dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang dibuat oleh Lexy J. Moleong, metodologi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian


(17)

yang menghasilkan data – data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati.2

2. Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan konsidi latar penelitian3. Penentuan informan ditentukan dengan mencari tahu pihak yang paling memahami objek penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara yang diubah dari bentuk rekaman menjadi tulisan dan observasi. Untuk data sekunder diperoleh dari penelusuran data dan informasi dari dokumen atau catatan yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian.

Alat atau teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah : a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.4 Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang telah peneliti siapkan kepada informan, lalu dijawab oleh pemberi data dengan bebas terbuka.

2 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3 3Ibid, h. 90.


(18)

b. Observasi

Observasi adalah metode penelitian yang pengambilan datanya bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian.5 Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang dipelajari dan aktifitas – aktifitas yang tengah berlangsung. Kemudian hasil dari observasi tersebut dicatat menjadi suatu catatan observasi yang berisi deskripsi hal – hal yang diamati secara lengkap dengan keterangan tanggal dan waktu.

c. Kajian Kepustakaan

Kajian kepustakaan adalah penelitian yang datanya diambil terutama atau seluruhnya dari kepustakaan (buku, dokumen, artikel, laporan dan sebagainya).6

4. Teknik Analisa Data

Data akan di analisa melalui tiga tahapan yaitu : 1. Reduksi data

Data yang diperoleh penulis melalui observasi, wawancara dan kajian pustaka dicatat dengan rinci, mengelompokkan atau memilah – milah dan memfokuskan pada hal penting dengan demikian data yang didapat bisa memberikan gambaran yang jelas.

2. Penyajian data

Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam bentuk teks bersifat naratif.

5 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA – LAN Press., 1999), h. 63. 6Ibid, h. 65.


(19)

3. Penarikan kesimpulan

Data – data yang terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif penulis buatkan kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk menjawab rumusan masalah.

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini akan menguraikan secara sistematis mulai dari Bab I sampai Bab V dengan rician sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Literatur. Bab ini memuat teori – teori yang berasal dari

kajian kepustakaan yang berkaitan dengan gambaran mendetil mengenai pelestarian bahan pustaka, koleksi buku langka, faktor – faktor penyebab kerusakan buku langka, teknik atau metode pelestarian dan penanganan kerusakan koleksi buku langka, dan fungsi serta tugas perpustakaan khusus.

Bab III Gambaran Umum Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum.

Pada bab ini akan membahas tentang sejarah singkat, struktur organisasi, sistem dan jenis layanan Perpustakaan Khusus Kementrian Pekerjaan Umum.


(20)

Bab IV Hasil Penelitian. Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang

berkaitan dengan pelestarian bahan pustaka serta penyebab kerusakan buku langka dan cara mengatasinya .

Bab V Penutup. Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat

oleh penulis setelah melakukan penelitian di perpustakaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(21)

10

TINJAUAN LITERATUR

A. Pengertian Perpustakaan Khusus

Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang mempunyai tugas melayani suatu kelompok masyarakat khusus yang memiliki kesamaan dalam kebutuhan dan minat terhadap bahan pustaka dan informasi1.

Perpustakaan khusus dapat merupakan perpustakaan sebuah departemen, lembaga negara, lembaga penelitian, organisasi massa, militer, industri, maupun perusahaan swasta2.

Termasuk perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang memiliki kekhususan tertentu, misalnya dilihat dari tugas dan fungsinya, koleksi serta pemakainya3.

Perpustakaan khusus sering disebut perpustakaan kedinasan, karena adanya pada lembaga – lembaga pemerintahan dan lembaga swasta. Perpustakaan tersebut diadakan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang berkaitan, baik langsung maupun tidak, dengan lembaga induknya4.

Tergolong pada perpustakaan khusus ialah perpustakaan yang menekankan koleksi dan pelayanannya pada suatu bidang khusus atau bidang – bidang yang bertalian satu sama lain5.

1 Soeatminah,

Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 35.

2

Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 49. 3 Hernandono,

Perpustakaan dan Kepustakawanan (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 18. 4 Sutarno NS,

Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 39. 5 Luwarsih Pringgoadisurjo,

Perpustakaan Khusus : pengantar ke organisasi dan administrasi (Djakarta: PDIN-LIPI), h. 1.


(22)

Perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga (pemerintah / swasta) atau perusahaan atau asosiasi yang menangani atau mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan di lingkungannya baik dalam hal pengelolaan maupun pelayanan informasi pustaka dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan lembaga maupun kemampuan sumberdaya manusia6.

B. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Khusus

Tugas perpustakaan khusus antara lain :

1. Diharapkan secara aktif memberi informasi literatur yang mengalir yang seyogyanya diketahui oleh para peminat perpustakaan, atau oleh mereka yang bergerak pada suatu bidang khusus;

2. Menyediakan bibliografi atau sari karangan atas permintaan atau atas inisiatif sendiri;

3. Atas pemintaan menelusur literatur dalam suatu bidang khusus; 4. Menyediakan terjemahan – terjemahan;

5. Reproduksi karangan jika diperlukan7.

Tugas pokok perpustakaan khusus adalah melakukan kegiatan pengumpulan / pengadaan, pengolahan, penyimpanan dan pendayagunaan bahan pustaka bidang ilmu pengetahuan tertentu untuk memenuhi misi lembaga yang harus diemban dalam rangka mendukung organisasi induknya dan masyarakat

6 Rachmat Natadjumena, dkk.,

Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2000), h. 6.

7 Luwarsih Pringgoadisurjo,

Perpustakaan Khusus : pengantar ke organisasi dan administrasi, h. 2.


(23)

yang berminat mengkaji / mempelajari disiplin ilmu bidang yang menjadi misi perpustakaan8.

Karena perpustakaan khusus berdiri dibawah lembaga atau badan, biasanya tugas dan fungsi perpustakaan khusus adalah mendukung badan induknya9.

C. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka

Perpustakaan berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan koleksi bukunya agar bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama, dapat dijaga kondisinya minimal mampu memperlambat terjadinya kerusakan bahan pustaka serta menjaga kandungan informasi yang terdapat didalamnya, dimana kesemuanya itu terangkum dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka. Kegiatan pelestarian bahan pustaka pada hakikatnya mencakup dua segi, yaitu melestarikan kandungan informasi, dan melestarikan fisik dokumen atau bahan pustaka yang bersangkutan10.

Pelestarian bahan pustaka lainnya yaitu pelestarian sumber informasi yang terkandung dalam koleksi buku langka. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan alih media kepada bentuk yang lebih durable. Seperti melakukan alih media dengan cara fotokopi, pembuatan mikrofilm, digitalisasi data (magnetic disc seperti, disket, optical disc seperti CD - ROM dan lain lain11. Alasan untuk melakukan pelestarian kandungan informasi adalah karena kondisi fisik bahan pustaka yang bersangkutan sudah dalam keadaan fisik yang rentan untuk

8

Rachmat Natadjumena, dkk., Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus, h. 7. 9 Hernandono,

Perpustakaan dan Kepustakawanan, h. 19 10

Ibid, h. 11.

11 Durea J.M dan D.W.G Clement,

Dasar - dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990), h. 4


(24)

digunakan sebagai bahan bacaan seperti pada umumnya bahkan sudah tidak bisa digunakan lagi, sedangkan kandungan informasi yang terdapat didalamnya masih dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan dan bahan pustaka tersebut sudah tidak tersedia lagi di pasaran.

Pelestarian bahan pustaka menyangkut usaha preventif, kuratif dan juga mempermasalahkan faktor – faktor yang mempengaruhi pelestarian bahan pustaka tersebut.12 Tujuan pelestarian bahan pustaka adalah melestarikan hasil budaya cipta manusia, baik yang berupa informasi maupun fisik dari bahan pustaka tersebut13.

Perpustakaan bertanggung jawab mengelola bahan pustaka agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan tanpa mengabaikan pelestarian dari bahan pustaka tersebut. Perpustakaan juga harus mampu mengatur besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan pelestarian bahan pustaka sehingga jelas dalam mengalokasikan anggaran dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka. Kebutuhan untuk keperluan kegiatan pelestarian harus direncanakan dengan matang agar dana yang terserap dapat berguna secara efektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Agar bahan pustaka yang dimiliki tidak mudah rusak, perpustakaan perlu mengetahui bagaimana memperlakukan bahan – bahan pustaka dalam tempat penyimpanan, sebab sering kita jumpai sebuah buku dengan jilidan yang sudah rusak sebelum digunakan. Lalu harus diperhatikan dimana bahan pustaka disimpan dan dipertimbangkan siapa yang menyimpan, alat bantu apa yang diperlukan untuk penyimpanan dan untuk kegiatan pelestarian pada umumnya.

12 Durea J.M dan D.W.G Clement,

Dasar - dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 1

13


(25)

Alat – alat tersebut misalnya alat untuk melakukan penjilidan, fumigasi dan lain sebagainya.

Kualifikasi tenaga kerja yang melakukan kegiatan pelestarian pun tidak boleh luput dari perhatian, dari segi kuantitas dan kualitas. Mengenai berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pelestarian serta kualifikasi mengenai bidang dan kemampuannya. Dalam kegiatan pelestarian ini diperlukan kesadaran serta pemahaman dari berbagai pihak mulai dari pustakawan, tenaga administrasi serta pengguna perpustakaan.

D. Pelestarian Koleksi Buku Langka

Buku merupakan sumber informasi utama bagi masyarakat informasi, buku yang sudah tua, langka dan jarang beredar di pasaran disebut buku langka, seperti pengertian yang sudah disebutkan sebelumnya.

Perpustakaan Kem. PU merupakan salah satu dari sedikit perpustakaan yang memiliki koleksi buku langka, seiring berjalannya waktu, buku langka tesebut banyak yang mengalami kerusakan, bahkan hingga sudah tidak layak pakai karena mengalami kehancuran fisik buku. Bahan pustaka langka tersebut perlu diperhatikan pelestariannya. Pelestarian bahan pustaka meliputi perawatan kondisi fisiknya dan pelestarian informasi yang terkandung didalamnya.

Apabila perpustakaan Kem. PU telah berkeyakinan untuk mempertahankan koleksi buku langka yang dimilikinya, maka perlu ditetapkan pula kebijakan pelestarian jangka panjang dan jangka pendek karena hal tersebut memerlukan biaya yang cukup besar, tempat penyimpanan dan pada akhirnya biaya pemeliharaan dan perbaikan bahan pustaka yang rusak. Dengan adanya


(26)

kebijakan pelestarian bahan pustaka maka kegiatan pelestarian dapat dilakukan dengan baik dan benar.

Pelestarian bahan pustaka yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pelestarian bahan pustaka yang berkaitan dengan perawatan koleksi fisiknya, yaitu pelestarian buku langka dari kondisi fisiknya. Kegiatan ini dilakukan dalam dua cara yaitu preventif (pencegahan) dan kuratif (perbaikan). Kegiatan tersebut bertujuan untuk merawat dan memperbaiki koleksi buku langka agar dapat dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.

E. Faktor – faktor Penyebab Kerusakan Buku Langka

Untuk dapat memahami bagaimana memberikan perlakuan yang tepat terhadap koleksi buku langka serta dapat membantu melestarikan keberadaanya maka terlebih dahulu kita harus memahami faktor – faktor yang menyebabkan kerusakan koleksi buku langka. Adapun faktor penyebab tersebut antara lain :

1. Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor kerusakan buku yang disebabkan oleh unsur - unsur yang ada pada buku itu sendiri, seperti bahan kertas, tinta cetak, perekat dan lain - lain. Kertas tersusun dari senyawa - senyawa kimia, yang lambat laun akan terurai. Penguraian tersebut dapat disebabkan oleh tinggi rendahnya suhu dan kuat lemahnya cahaya. Kandungan asam pada kertas akan mempercepat kerapuhannya. Ada dua penyebab utama kerusakan kimiawi pada kertas yaitu terjadinya oksidasi dan hidrolisis selulosa14. Terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis ini menyebabkan susunan kertas yang terdiri atas senyawa kimia itu akan terurai.

14 Durea J.M dan D.W.G Clement,

Dasar - dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 26.


(27)

Oksidasi pada kertas terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan jumlah gugusan karbonil dan karboksil bertambah dan diikuti dengan memudarnya warna kertas. Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H2O). Reaksi hidrolisis pada kertas menyebabkan putusnya rantai polimer serat selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat15.

Kandungan asam di dalam kertas mempercepat reaksi hidrolisis, sehingga mempercepat kerusakan kertas. Oleh karena itu, kandungan asam merupakan zat yang berbahaya bagi kertas dan harus dihilangkan. Asam yang terbentuk dalam kertas dapat terjadi dari berbagai macam sumber dan cara, baik dari dalam kertas maupun dari udara sekitar tempat penyimpanan serta tinta. Disamping itu sifat asam yang mudah berpindah tempat, menyebabkan keasaman kertas dapat diperoleh dari kotak karton dan kertas sampul atau pembungkus yang mengandung asam, apabila terjadi kontak langsung diantara bahan – bahan tersebut16.

Keasaman kertas akan meningkat dengan ditambahnya bahan pemutih pada kertas, penggunaan tinta tertentu, polusi udara dan perpindahan asam17. Penggunaan bahan tersebut masih dtemukan pada buku yang diterbitkan saat ini. Buku tersebut telah mengalami penurunan mutu kertas karena meningkatnya penggunaan alum - rosing sizing dan penggunaan pembuatan pulp secara mekanik yang akan menghasilkan tingkat keasaman yang tinggi pada kertas. Bahan – bahan tersebut akan meninggalkan residu yang bersifat asam yang akan mengakibatkan kertas menjadi rapuh. Untuk menetralkan asam yang terdapat pada

15

Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h.46. 16 Muhammadin Razak, dkk.,

Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 17.

17 Ross Harvey,

Preservation in libraries: principles, strategies and practices for librarians (London: Bowker saur, 1993), h. 60.


(28)

bahan pustaka harus menggunakan larutan alkali yang terdapat dalam larutan organik (non aqueos solution) dan tidak direkomendasikan menggunakan larutan alkali dalam air karena dapat menyebabkan lunturnya tinta ke seluruh permukaan18.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor – faktor diluar buku itu sendiri, seperti dari faktor lingkungan, faktor manusia, dan bencana alam.

a. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor - faktor yang menyebabkan kerusakan buku dari lingkungan yang ada diantaranya :

1. Suhu dan Kelembaban Udara

Faktor iklim seperti suhu dan kelembaban udara merupakan penyebab kerusakan bahan pustaka. Tingkat suhu dan kelembaban nisbi selama penyimpanan jangka panjang bahan pustaka diketahui berdampak nyata pada pelestarian. Oleh karena itu, kedua variabel tadi harus berada pada suatu tingkat yang harus tetap dipertahankan di ruang penyimpanan dan ruang baca. Semakin rendah suhu penyimpanan dan kelembaban udara, semakin lama bahan kertas dapat mempertahan kekuatan fisiknya19.

Sebaliknya apabila suhu udara tinggi dapat menyebabkan kertas menjadi rapuh, warna kertas menjadi kuning. Apabila kelembaban nisbi juga tinggi, maka dapat menyebabkan buku menjadi lembab. Hal ini menyebabkan buku menjadi mudah diserang jamur, rayap, kecoa, kutu buku dan ikan perak sehingga

18 Terry Boone, “Book Keeper for Spray Use in Single Item Treatment”, artikel diakses pada 7 Juli 2010 dari http://cool.conservation-us.org/coolaic/sg/bpg/annual/v17/bp17-04.html

19


(29)

mengakibatkan buku menjadi rapuh dan mudah robek20. Jadi suhu dan kelembaban merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kerusakan bahan pustaka. Suhu dan kelembaban dapat meningkatkan reaksi kimia dan secara langsung berdampak pada struktur fisik koleksi perpustakaan21.

2. Serangga dan Binatang Pengerat

Beberapa jenis serangga yang dapat merusak bahan pustaka seperti kecoa, rayap, kutu buku dan lain - lain. Tikus merupakan binatang pengerat yang suka merusak buku, terutama buku - buku yang tertumpuk, apalagi di tempat gelap.

a. Kecoa

Kecoa merupakan binatang yang sering terdapat di luar atau di dalam rumah atau perpustakaan. Tempat – tempat ini bagi mereka merupakan tempat yang memiliki banyak makanan menurut mereka, dan bisa juga dijadikan sarang oleh mereka. Struktur tubuh kecoa adalah merupakan hal yang paling membedakan kecoa dengan makhluk serangga lainnya. Kecoa di Indonesia umumnya terdiri dari dua jenis, yaitu kecoa Amerika / American Cockroach (Periplaneta Americana) dan Kecoa Jerman / German cockroach (Blattela Germanica).

Kedua kecoa ini memiliki habitat yang berbeda, kecoa Amerika lebih sering berada di di dalam tempat yang lembab dan hangat seperti septic tank atau saluran sanitari. Sedangkan kecoa Jerman lebih sering berada di dalam rumah di tempat yang lembab, gelap dan banyak makanan seperti dapur, lemari makan atau di atas plafon rumah.

20 Martoatmodjo,

Pelestarian Bahan Pustaka, h. 44. 21


(30)

Kecoa kebanyakan hidup di daerah tropis dan kemudian menyebar ke daerah subtropis, bahkan sampai ke daerah yang dingin. Serangga ini memang lebih menyukai berada di tempat yang kotor dan bau. Berada di tempat yang kotor dan bau tidak menjadikan kecoa menjadi rentan terhadap penyakit. Sebaliknya serangga ini justru termasuk serangga yang mampu hidup dalam kondisi ekstrim. Kemampuan beradaptasinya tidak perlu diragukan lagi. Daur hidup kecoa hanya memiliki tiga stadium yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya kecoa membutuhkan waktu kurang lebih tujuh bulan. Waktu yang sangat lama jika dibandingkan dengan serangga lain seperti nyamuk dan lalat. Untuk stadium telur saja kecoa membutuhkan waktu sekitar 30 – 40 hari sampai telur itu menetas22.

Buku merupakan salah satu makanan yang diminati kecoa. Bagian buku yang menjadi makanan kecoa adalah kanji dan perekat sampul buku yang dimakannya sampai habis, serta kain – kain pada punggung buku namun tetapi jarang yang sampai menembus ke dalam buku. Ciri – ciri buku yang terserang kecoa bisa dilihat dari noda hitam yang berasal dari cairan pekat berwarna hitam, yang dikeluarkan oleh kecoa dan noda tersebut sulit untuk dihilangkan23.

b. Rayap

Rayap merupakan jenis serangga yang tidak asing lagi, yang selalu dikaitkan dengan ”si perusak”. Keberadaannya sangat menyeramkan dan dengan gerakan komunitinya dapat meruntuhkan sebuah bangunan atau gedung. Serangga ini berukuran kecil yang hidupnya berkelompok dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Pada dasarnya rayap merupakan bagian dari komponen

22 Nugroho Susetya Putra,

Serangga di Sekitar Kita (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 41. 23


(31)

lingkungan biotik yang memainkan peranan penting, serta dapat membantu manusia menjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu untuk mengembalikannya sebagai unsur hara dalam tanah. Namun karena perubahan kondisi habitat akibat aktivitas manusia, sangat potensial mengubah status rayap menjadi serangga hama yang merugikan.

Serangga ini memang tidak mengenal kompromi dan melihat kepentingan manusia dengan merusak mebel, buku – buku, kabel – kabel listrik, telepon serta barang – barang yang disimpan. Di perpustakaan rayap masuk ke dalam rak – rak kayu, memakannya sampai habis dan masuk ke dalam buku – bukunya. Kehadirannya pada buku rayap dapat terlihat dari bekas tanah yang tertinggal di kertas hingga jilidannya24. Hal ini disebabkan karena rayap makan kayu dan semua bahan berselulosa (salah satunya buku) dan itu adalah menu utamanya. Untuk mencapai sasarannya, rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa sentimeter. Dalam usus bagian belakang dari berbagai jenis rayap terdapat protozoa flagellata, yang ternyata berperan sebagai simbion untuk melumatkan selulosa sehingga rayap mampu mencernakan dan menyerap selulosa25.

c. Kutu Buku

Kutu buku disebut juga psocids, panjangnya sekitar 1 - 2 mm dan tidak berwarna sehingga tidak kelihatan. Hama ini sangat kecil sehingga disebut juga kutu debu (dust lice), kebanyakan tidak bersayap. Kepalanya cukup besar dan memiliki rahang bawah yang cukup kuat. Kutu buku betina dapat bertelur sekitar

24

Ibid, h. 22. 25


(32)

20 sampai 100 butir terletak secara tersebar atau berkelompok. Ada berbagai jenis kutu buku yang ada di dunia ini, antara lain :

1. Lipocelis Divinatorum, disebut juga book louse atau cereal psocids book stick atau cabinet mite. Jenis ini tersebar luas di seluruh dunia, panjangnya 1 mm berwarna pucat atau hampir tak berwarna.

2. Trogium Pulsatorum L, kutu buku ini biasanya terdapat di dalam museum, perpustakaan, rumah – rumah dan lumbung – lumbung padi. 3. Psocoptropus mocrops, jenis ini terdapat di Afrika, Formosa, Jawa dan

New Guinea.

Serangga ini sering menyerang buku terutama bagian punggung buku dan pinggirnya, serta mengikis permukaan kertas sehingga huruf – hurufnya dapat hilang26. Makanan utama yang paling disukai oleh kutu buku adalah perekat, glue, dan kertas – kertas yang ditumbuhi jamur. Biasanya kehadiran kutu buku dapat diketahui dari telur yang ditinggalkan atau sisa bangkai yang menempel di dekat jilidan atau bagian pada kertas.

d. Tikus

Hewan yang terkenal sangat rakus ini tidak hanya berbahaya bagi para petani pemilik ladang dan sawah, tetapi juga bagi rumah dan perpustakaan. Ada berbagai jenis tikus, tapi tidak semua jenis tikus dikenal sebagai perusak buku. Adapun yang dikenal sebagai perusak buku adalah jenis – jenis berikut ini :

1. Tikus rumah, jenis ini terbagi dua, yaitu tikus bertubuh besar dan tikus bertubuh kecil.

26


(33)

2. Tikus sawah, jenis ini memang hidupnya di sawah tetapi apabila telah masuk ke dalam rumah atau perpustakaan dapat menimbulkan bahaya seperti yang diakibatkan oleh tikus rumah.

3. Tikus parit, tikus ini sering hidup di dalam parit – parit atau di dalam got dan sering membuat sarang di bawah fondasi rumah serta jarang mendatangkan bahaya langsung terhadap buku.

Binatang ini biasanya memakan buku – buku yang disimpan dalam gudang dan kadang – kadang kertas disobek – sobek dan dikumpulkan untuk dijadikan sarang27.

3. Cahaya

Sumber cahaya yang digunakan untuk penerangan ruang perpustakaan ada dua, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Cahaya dapat berakibat buruk pada buku jika tidak sesuai dengan standar. Gelombang cahaya mendorong dekomposisi kimiawi bahan – bahan organik terutama cahaya ultraviolet (UV) dengan gelombang yang lebih tinggi yang bersifat sangat merusak. Dalam ruang baca bahan langka tingkat cahaya yang menerangi bahan pustaka harus rendah tetapi masih tetap nyaman untuk kegiatan membaca. Selain itu cahaya matahari langsung juga harus dihindarkan. Cahaya ini biasanya masuk lewat jendela atau celah – celah kecil yang dapat dilalui sinar matahari28.

Sinar matahari yang terdiri dari sinar ultraviolet, mempunyai panjang gelombang yang kecil, sehingga dapat berbahaya bagi buku. Kertas yang terkena panas akan mengalami kerusakan dan warnanya berubah menjadi kuning dan

27 Razak, dkk.,

Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 24. 28 Durea J.M dan D.W.G Clement,

Dasar - dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 10.


(34)

rapuh. Jenis – jenis kerusakan lain yang diakibatkan karena pengaruh sinar ultraviolet adalah memudarnya tulisan, sampul buku, dan bahan cetak29.

4. Debu

Debu merupakan salah satu partikel – partikel kecil yang terdapat dalam udara. Partikel – partikel debu yang ada di udara ini dapat menyebabkan polusi udara dan juga membahayakan kehidupan manusia. Selain dampak tersebut, debu juga berdampak negatif terhadap buku. Debu – debu tersebut dapat masuk ke dalam ruang perpustakaan melalui jendela, pintu, lubang angin perpustakaan, maupun celah – celah kecil. Debu yang masuk ke perpustakaan dapat mengakibatkan kerusakan fisik, juga mengandung pencemaran udara bentuk gas yang menimbulkan keasaman pada kertas30.

Apabila debu melekat pada kertas, maka akan terjadi reaksi kimia yang meningkatkan tingkat keasaman pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Disamping itu apabila keadaan di ruang perpustakaan lembab, debu yang bercampur dengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku dan merupakan makanan bagi serangga – serangga31.

5. Jamur

Keadaan jamur pada buku dapat terjadi bila keadaan buku berdebu, kotor dan lembab. Jamur dikenal sebagai tumbuhan saprofit atau parasit. Jamur berkembang biak dengan spora, biasanya spora ini dapat menyebar di udara dan apabila menemukan lingkungan yang cocok, spora tersebut akan berkembang biak. Oleh karena itu pada tempat – tempat yang terdapat banyak makanan, jamur

29 Martoatmodjo,

Pelestarian Bahan Pustaka, h. 45. 30 Durea J.M dan D.W.G Clement,

Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 8

31


(35)

akan berkembang biak dengan sangat subur apalagi bila cuaca pada tempat itu lembab. Pada buku, bagian yang paling cepat terserang jamur adalah pinggir atas buku, kemudian kulit dan punggung buku. Bagian ini merupakan yang biasa menyarangkan debu dan mudah lembab32. Secara umum dalam perkembangannya jamur membutuhkan suhu yang hangat yaitu berkisar 250C atau lebih, kelembaban berkisar antara 78% RH atau lebih, dan penerangan yang kurang serta sirkulasi udara yang buruk33.

b. Faktor Manusia

Dalam hal – hal tertentu manusia dapat saja digolongkan sebagai musuh buku. Sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, kenyataan telah membuktikan bahwa telah banyak terjadi kerusakan buku karena perbuatan manusia. Perilaku pengrusakan buku baik disengaja maupun tidak disengaja disebut vandalisme34.

Kerusakan bahan pustaka dalam ruangan baca disebabkan oleh para pemakai yang ceroboh dan oleh perlengkapan yang rusak35.Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh manusia ini disebabkan oleh pemakai perpustakaan maupun petugas perpustakaan itu sendiri. Pemakai perpustakaan kadang – kadang secara sengaja merobek atau mengambil bab tertentu dari buku, dan secara tidak sengaja mereka membuat lipatan tanda batas baca atau membaca dengan melipat buku ke belakang yang dapat mengakibatkan perekat buku dapat terlepas, sehingga lembaran – lembaran buku dapat terlepas dari jilidannya.

32

Ibid, h. 45. 33 Harvey,

Preservation in libraries: principles, strategies and practices for librarians, h. 45. 34

Ibid, h. 47.

35 Durea J.M dan D.W.G Clement,

Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 20


(36)

Dilain pihak petugas perpustakaan sendiri secara tidak sadar dapat menimbulkan kerusakan – kerusakan, misalnya penempatan buku yang terlalu padat di dalam rak menyebabkan punggung buku dan kulit buku mudah rusak, buku – buku berukuran besar yang dipaksa masuk ke dalam rak yang bukan ukurannya membuat buku cepat koyak pada tepi atas dan bawahnya. Petugas perpustakaan yang tidak memliki rasa sayang terhadap buku, dan tidak pernah belajar bagaimana cara memelihara dan merawat buku dapat membuat kesalahan fatal, sehingga menimbulkan kerusakan pada buku36.

c. Bencana Alam

Bencana alam merupakan penyebab yang cukup mengancam keberadaan bahan perpustakaan hingga keberadaan perpustakaan itu sendiri, walaupun kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam tidak mengancam setiap saat.

1) Api

Api bagi manusia mempunyai dua sifat yaitu menguntungkan dan merugikan. Misalnya dalam kehidupan sehari – hari ibu rumah tangga, api sangat berguna untuk aktifitas memasak. Api dianggap merugikan apabila adanya kelalaian dalam penggunaannya, salah satu akibatnya yaitu menimbulkan kebakaran.

Dalam dunia perpustakaan, api juga merupakan bahaya utama. Banyak koleksi bahan pustaka berharga dan fasilitas perpustakaan yang tidak murah harganya mengalami kerusakan berat atau bahkan kepunahan dikarenakan kebakaran. Perlindungan terhadap bahaya ini bisa dicegah dengan dimulai dari

36


(37)

desain arsitek dan perbaikan bahan bangunan. Segi – segi desain seperti ruangan terbuka yang luas, tangga yang dapat menjadi cerobong penyebaran api perlu dihindari.37

2) Air

Bahaya yang disebabkan oleh air bukanlah merupakan hal yang baru. Selain menimbulkan kerusakan langsung pada buku, air juga dapat meningkatkan prosentase kelembaban di dalam ruangan perpustakaan, sehingga buku dan bahan pustaka lainnya dapat menjadi lembab dan mudah terserang jamur atau hama lainnya.

Air dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab seperti air laut pasang, sungai meluap atau banjir dan hujan terus menerus, kerusakan saluran persediaan air minum, air buangan pipa pemanasan sentral, alat pendingin udara, rembesan dinding, jendela terbuka dan sebagainya. Usaha melawan api dengan air seringkali memberi dampak lebih besar dan lebih luas daripada apinya itu sendiri. Perawatan dan pemeliharaan gedung secara teratur dan penyusunan arsitektur yang memadai merupakan hal – hal yang dapat menghindarkan koleksi dari air.

F. Metode Penanganan dan Pelestarian Koleksi Buku Langka

Pencegahan kerusakan bahan pustaka bertujuan untuk38 :

1. Kerusakan yang lebih hebat dapat dihindarkan. Koleksi yang dimakan oleh serangga atau dirusak binatang pengerat dapat diselamatkan;

2. Koleksi yang terkena penyakit, misalnya terkena jamur dapat diobati, yang terkena kerusakan kecil dapat diperbaiki;

37 Durea J.M dan D.W.G Clement,

Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 14

38


(38)

3. Koleksi yang masih baik dapat terhindar dari penyakit maupun kerusakan lainnya;

4. Kelestarian fisik bahan pustaka terjaga;

5. Kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka tersebut dapat terjaga;

6. Pustakawan atau pegawai yang bekerja di perpustakaan sadar bahwa bahan pustaka bersifat rawan kerusakan;

7. Para pemakai terdidik untuk berhati – hati dalam menggunakan buku, serta ikut menjaga keselamatannya;

8. Semua pihak baik petugas perpustakaan maupun pemakai perpustakaan selalu menjaga kebersihan lingkungan.

Usaha – usaha melakukan pencegahan kerusakan koleksi buku langka harus dilakukan sejak dini, kegiatan ini merupakan tindakan yang lebih baik dan lebih tepat daripada melakukan perbaikan buku langka yang sudah parah keadaannya. Dengan melakukan pencegahan kerusakan koleksi buku langka sejak dini, biaya pelestarian koleksi buku langka dapat ditekan.

1. Usaha Pencegahan Kerusakan Buku a. Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang paling penting dalam pelestarian koleksi buku langka karena buku langka yang akan dijadikan koleksi maupun buku langka yang telah diperbaiki kondisi fisiknya pada akhirnya akan kembali ditempatkan di lingkungannya yaitu tempat penyimpanannya. Oleh karena itu


(39)

sangatlah penting bagi perpustakaan untuk selalu menjaga kondisi lingkungan guna melakukan pencegahan terhadap kerusakan koleksi buku langka.

1. Suhu dan Kelembaban

Sudah banyak bahan pustaka yang mengalami kerusakan yang disebabkan oleh suhu dan kelembaban udara. Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah perlu dilakukan cara – cara pencegahan. Kondisi yang sesuai untuk ruang penyimpanan koleksi berkisar antara 16 0C sampai 21 0C dan untuk kelembaban berkisar antara 40 - 60% RH. Pengaturan suhu dan kelembaban ini harus disesuaikan dengan kenyamanan bagi pengguna dan disesuaikan dengan keadaan suhu dan kelembaban di suatu daerah (negara) tempat perpustakaan tersebut berada. Kondisi yang stabil untuk jangka panjang merupakan pertimbangan penting lainnya. Kondisi lingkungan yang disarankan untuk penyimpanan jangka panjang bahan pustaka harus dipandang sebagai tujuan yang dikehendaki, tetapi tidak perlu kaku sifatnya39.

Salah satu cara untuk mendapatkan kondisi seperti yang dimaksud di atas adalah dengan menggunakan AC. Untuk penggunaan AC ini sebaiknya harus dinyalakan selama 24 jam sehari. Oleh karena jika dinyalakan setengah hari saja dapat menyebabkan naik turunnya kelembaban udara dalam ruangan. Kondisi seperti ini justru akan mempercepat kerusakan kertas40.

Tindakan yang lebih sederhana untuk membatasi suhu dan kelembaban yang berlebihan dapat dilakukan sebagai berikut41 :

a. Menjamin peredaran udara yang baik dengan kipas angin.

39

Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 9.

40 Razak, dkk.,

Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip,h. 34. 41 Durea J.M dan D.W.G Clement,

Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 9.


(40)

b. Menggunakan alat pengering udara untuk mengurangi kelembaban di tempat penyimpanan buku.

c. Menggunakan metode penyekatan untuk mengurangi panas dan tirai untuk mencegah cahaya matahari langsung.

d. Merawat gedung dan seluruh ruangannya dengan baik untuk mencegah uap air selama musim hujan.

Untuk mengurangi kelembaban udara di dalam ruangan perpustakaan dapat menggunakan alat dehumidifier. Sedangkan untuk mengurangi kelembaban udara dalam rak koleksi dapat menggunakan silica gel, bahan ini dapat menyerap uap air dari udara. Silica gel akan berwarna biru bila masih aktif menyerap air dan berwarna merah muda bila sudah jenuh dengan uap air, maka silica gel ini tidak dapat lagi menyerap air.

2. Serangga dan Jamur

Unsur – unsur biologis (jamur, serangga, binatang pengerat, dan sebagainya) dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada bahan pustaka (juga pada perlengkapan perpustakaan). Untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan usaha pencegahan serta pembasmian unsur – unsur biologis tadi dengan bahan kimia. Penggunaan bahan kimia tadi harus dijaga dengan benar agar aman dan tidak membahayakan manusia42.

Lingkungan yang lembab, gelap, sirkulasi udara kurang, merupakan lingkungan yang ideal bagi serangga, untuk itu maka suhu dan kelembaban udara harus selalu dimonitor. Usaha lain untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan fumigasi. Fumigasi merupakan suatu tindakan pengasapan yang bertujuan

42


(41)

mencegah, mengobati dan mensterilkan bahan pustaka. Mencegah maksudnya menghindari kerusakan yang lebih lanjut dapat dihindari. Mengobati maksudnya mematikan atau membunuh serangga, kuman dan sejenisnya yang telah menyerang dan merusak bahan pustaka., dan mensterilkan maksudnya menetralisasi keadaan seperti menghilangkan bau busuk yang timbul dari bahan pustaka43.

Martoatmodjo dalam bukunya juga mengatakan untuk mengatasi masalah ini dengan cara memilih rak – rak penyimpanan yang terbuat dari bahan – bahan yang tidak disukai oleh serangga, seperti kayu jati atau logam, sedangkan untuk mencegah jamur perlu menjaga kebersihan tempat penyimpanan dan menjaga temperatur suhu, menyusun koleksi tidak terlalu rapat satu sama lainnya, dan fumigasi secara berkala perlu dilakukan.

3. Cahaya

Cahaya terdiri dari dua jenis yaitu cahaya alami seperti sinar matahari, dan cahaya buatan seperti cahaya dari lampu pijar. Untuk mencegah kerusakan akibat cahaya ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut; untuk cahaya alami, yaitu dengan cara menghindarkan sinar matahari masuk secara langsung, menutup jendela dengan tirai atau dengan sarana perlindungan lainnya dan juga menutup jendela dengan saringan ultraviolet untuk menurunkan tingkat cahaya dan perolehan cahaya. Untuk cahaya buatan juga dapat digunakan saringan ultraviolet. Tingkat pencahayaan dan kandungan ultraviolet dari penerangan di dalam ruangan penyimpanan bahan pustaka harus diukur dengan menggunakan alat

43


(42)

fotometer dan monitor ultraviolet44. Selain itu untuk mencegah kerusakan dari pengaruh sinar UV, Ogden45 memberikan rekomendasi agar kandungan UV pada ruangan penyimpanan bahan pustaka tidak lebih dari 75 µwatt/lumen.

4. Debu

Debu termasuk partikel – partikel zat yang paling ringan dan mudah diterbangkan oleh angin dan dapat masuk kedalam perpustakaan melalui pintu, jendela atau melalui lubang angin – angin pada tembok. Dalam keadaan lembab, debu yang melekat pada buku biasanya dapat menyebabkan buku ditumbuhi jamur sehingga buku cepat rusak dan rapuh. Untuk merawat buku agar terhindar dari kerusakan yang lebih parah salah satunya dengan cara menjaga kebersihan yang berarti dalam ruangan penyimpanan harus bebas dari debu dan kotoran. Suatu program pembersihan yang teratur dan terus – menerus harus diselenggarakan. Pekerjaan tersebut tadi perlu dilakukan dengan hati – hati dan dibawah pengawasan petugas. Program pembersihan juga mencakup pemeriksaan koleksi guna memberi peringatan dini mengenai kerusakan yang ada46.

Banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan debu jika pengatur udara tidak dapat disediakan, yaitu dengan cara; menjamin supaya pintu dan jendela tertutup rapat, menggunakan pita perekat pada pintu dan jendela, menggunakan jendela berengsel daripada jendela sorong karena jendela ini tidak pernah bebas dari debu. Debu dan kotoran yang tidak meresap ke dalam buku

44 Durea J.M dan D.W.G Clement,

Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 10.

45 Sherelyn Ogden,

“Temperature, relative humidity, light and air quality: basics guidelines for preservation, technical leaflet, section 2, Northeast document conservation center”, diakses pada tanggal 15 Juli 2010 dari

http://www.nedcc.org/resources/leaflets/2The_Environment/01BasicGuidelines.php 46Durea J.M dan D.W.G Clement,

Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 11.


(43)

dapat dihilangkan dengan metode kering. Alat – alat yang digunakan untuk melakukan cara ini adalah sikat halus, kuas, spon, vacuum cleaner, sedangkan untuk kotoran yang sukar dibersihkan dengan menggunakan penghapus karet47.

b. Manusia

Perlindungan terhadap bahan pustaka merupakan tanggung jawab pustakawan, namun pustakawan sendiri sering lalai sehingga mengakibatkan kerusakan bahan pustaka. Selain itu penyebab kerusakan bahan pustaka disebabkan oleh penggunaan yang ceroboh dari para pengguna bahan pustaka. Untuk mencegah kerusakan – kerusakan ini dapat ditempuh dengan cara memberikan pemahaman kepada para pengguna dan pustakawan sendiri tentang pentingnya menjaga kelestarian bahan pustaka. Untuk para pengguna perpustakaan perlu adanya rambu – rambu petunjuk tentang bagaimana menggunakan bahan pustaka dengan baik dan benar, seperti cara memperoleh buku, cara mengambil buku dari rak, cara menempatkannya di rak dan sebagainya48.

Untuk mencegah pencurian oleh pengguna perlu dilakukan usaha – usaha seperti perencanaan efektif mengenai perancangan gedung perpustakaan. Akses tanpa izin melaui pintu, jendela, saluran pelayanan mekanis, got dan lainnya perlu diperkecil., keamanan pada bagian gedung akan mencegah banyak pencurian. Para pustakawan harus mempertimbangkan memasang tanda bahaya tertentu atau tanda bahaya permanen yang dapat diterapkan selama perpustakaan

47 Razak dkk,

Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 38. 48


(44)

tutup. Untuk perpustakaan besar, sebagai tambahan sarana tanda bahaya tadi, diperlukan patroli petugas keamanan yang mempunyai hubungan dengan polisi49.

c. Bencana Alam

Kerusakan terhadap bahan pustaka yang disebabkan oleh bencana alam meskipun tidak terjadi secara periodik, namun sebaiknya dilakukan hal – hal yang bersifat perbaikan apabila terjadi bencana alam di daerah sekitar perpustakaan.

1. Api

Selama ini sudah banyak kerusakan – kerusakan yang disebabkan oleh api (kebakaran). Begitu pula di perpustakaan, api dapat merusak bahan pustaka bahkan memusnahkannya. Untuk mencegah kerusakan – kerusakan yang lebih parah lagi perlu adanya suatu tindakan preventif seperti :

1. Kabel listrik harus diperiksa secara berkala.

2. Bahan yang mudah terbakar seperti varnish dan bahan – bahan kimia yang mudah menguap harus diletakkan di luar bangunan utama.

3. Larangan keras merokok di dalam atau di luar bangunan gedung. 4. Alarm seperti smoke detector harus dipasang di tempat yang strategis

untuk mengetahui dengan cepat adanya kebakaran, fungsi alat ini harus diperiksa secara berkala.

5. Alat – alat pemadam api harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau. Alat pemadam ini harus diganti kembali bila sudah habis masa berlakunya. Pemadam api yang baik untuk ruangan yang di

49 Durea J.M dan D.W.G Clement,

Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 17.


(45)

dalamnya terdapat benda – benda organik seperti kertas adalah tipe pemadam api kering seperti CO2 (karbondioksida).

Alat deteksi api dan tanda bahaya harus dipasanag dan secara teratur diperiksa. Bunyi alat – alat tersebut harus terdengar oleh semua anggota staf dan pembaca. Mereka harus mengenal tanda – tanda bahaya dari alat tersebut. Selain itu perpustakaan menyediakan tenaga listrik cadangan pada waktu api melumpuhkan tenaga listrik utama dari PLN. Petugas perpustakaan harus dilatih secara teratur mengenai cara penggunaannya dan berbagai aspek pencegahan api. Seyogyanya organisasi pemadam kebakaran yang profesional perlu diusahakan memberi saran mengenai sifat alat – alat tadi50.

2. Air

Kerusakan yang disebabkan oleh air mungkin lebih berbahaya bagi perpustakaan dibandingkan kerusakan oleh api51. Untuk mengatasi timbulnya kerusakan perlu adanya usaha atau tindakan pencegahan. Salah satu pencegahan seperti pemeliharaan gedung secara teratur. Cara pencegahan lainnya adalah dengan menyusun perincian arsitektur bangunan baru, misalnya pembuangan genangan air sebaiknya tidak berlokasi di daerah penyimpanan koleksi52.

Untuk kertas yang terkena air dapat dikeringkan dalam ruangan yang mempunyai ventilasi yang baik. Untuk membantu sirkulasi udara dalam ruangan dapat menggunakan kipas angin. Temperatur dapat dinaikkan sekitar 35-400C dengan menggunakan heater. Setelah pengeringan kertas dapat difumigasi dan

50 Durea J.M dan D.W.G Clement,

Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 14.

51

Ibid, h. 15. 52


(46)

direstorasi sebelum disimpan di tempat penyimpanan53. Selain itu untuk menghentikan kerusakan yang disebabkan oleh air dapat dilakukan dengan cara mengangin – anginkan secara tradisional atau mempercepat pembekuan54. Perpustakaan perlu mengenal perusahaan setempat yang dapat dimanfaatkan untuk tindakan pendinginan tersebut. Bagaimanapun juga, ketersediaan alat penghilang kelembaban juga harus diadakan.

Untuk buku yang rusak terkena banjir, langkah – langkah yang dapat diambil sebagai tindakan pencegahannya adalah sebagai berikut :

a. Ikatan buku jangan dilepas, dengan demikian lumpur yang ada di bagian luar dapat dibersihkan. Untuk menghilangkan kotoran, lumpur dan lain – lain digunakan kapas yang sudah dibasahi.

b. Air yang terdapat dalam ikatan buku harus dikeluarkan dengan cara menekannya perlahan – lahan.

c. Buku yang masih basah dianginkan sampai kering.

d. Buku diusahakan agar tetap utuh dan lampirannya jangan sampai terpisah.

e. Buku jangan dikeringkan dibawah pancaran sinar matahari.

f. Kesabaran adalah modal utama dalam usaha melakukan tindakan pencegahan terhadap kerusakan bahan pustaka55.

53 Razak dkk,

Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 37. 54 Durea J.M dan D.W.G Clement,

Dasar – dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 16.

55


(47)

2. Usaha - usaha Memperbaiki Buku yang Rusak

Untuk memperbaiki koleksi bahan pustaka yang rusak diperlukan suatu usaha atau tindakan perbaikan, usaha tersebut diantaranya sebagai berikut :

a. Menambal dan Menyambung

Menambal dan menyambung dilakukan untuk mengisi lubang – lubang dan bagian – bagian yang dihilangkan pada kertas atau menyatukan kembali kertas yang sobek akibat bermacam – macam faktor perusak buku56. Lubang – lubang pada buku disebabkan oleh larva kutu buku, kecoa atau ikan perak yang memakan kertas yang menyebabkan kertas tersebut menjadi berlubang atau robek. Kerusakan dapat pula terjadi karena sering dipakai, sehingga buku menjadi tipis pada bagian lipatan. Ada dua jenis penambalan kertas yang rusak yaitu penambalan kertas karena berlubang dan penambalan kertas karena robek memanjang.

Kertas berlubang yang disebabkan oleh larva kutu buku, jika terlalu parah dapat dilakukan dengan menutup lubang – lubang tersebut dengan bubur kertas. Sedangkan penambalan kertas yang robek memanjang dapat dilakukan dengan cara penambalan menggunakan kertas Jepang (sejenis kertas untuk laminasi), dan penambalan dengan kertas tisu (heat tissue paper). Menambal dengan kertas Jepang dilakukan jika ada halaman buku yang robek, baik robeknya lurus maupun tidak lurus. Sedangkan penambalan dengan kertas tisu (heat tissue paper), apabila kertas yang diperbaiki mengkilap. Kertas tisu ini tampilannya sudah “nerawang” ada lemnya yang hanya dapat menempel jika dipanasi57. Kertas tisu (heat tissue paper) ini sudah tidak digunakan lagi, karena mengandung keasaman yang sangat

56 Razak dkk,

Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 50. 57


(48)

tinggi. Kertas yang umumnya sekarang digunakan adalah kertas tisu washi (dari Jepang) atau kertas buatan tangan (handmade paper), dari Indonesia daluang yang kini sudah dapat diproduksi dalam negri.

b. Laminasi

Laminasi adalah suatu kegiatan melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet. Proses keasaman yang terjadi pada kertas yang terdiri dari film oplas kertas cromton, atau kertas pelapis lainnya. Pelapis kertas ini menahan polusi debu yang menempel di bahan pustaka, sehingga tidak teroksidasi dengan polutan58. Cara laminasi ini cocok dan tepat apabila digunakan untuk kertas – kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi dengan cara – cara lain seperti menambal, menyambung, penjilidan dan sebagainya, dengan demikian kertas menjadi lebih kuat59.

Biasanya kertas yang dilaminasi adalah kertas yang sudah tua, berwarna kuning atau berwarna coklat, berbau apek, kotor, berdebu dan sebagainya oleh karena pengaruh lingkungan dan bertambahnya derajat kesaman60.

Ada berbagai jenis cara laminasi yaitu laminasi dengan tangan, laminasi dengan mesin pres panas, laminasi dengan filmo plast. Untuk memperoleh hasil yang baik dari ketiga jenis cara laminasi tersebut, setelah proses laminasi masing – masing kertas dilapisi dengan kertas pembatas atau kertas minyak dan ditindih dengan alat pres atau papan, maka hasilnya akan terlihat rapi61.

58 Martoatmodjo,

Pelestarian Bahan Pustaka, h. 111. 59 Razak dkk,

Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 54. 60

Ibid, h. 54. 61


(49)

c. Enkapsulasi

Salah satu cara lain dalam memperbaiki buku yang rusak adalah dilakukan dengan cara enkapsulasi. Enkapsulasi adalah cara melindungi kertas dari kerusakan yang bersifat fisik. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menempatkannya diantara dua lembar plastik yang transparan, jadi tulisannya tetap bisa dibaca dari luar. Pinggiran plastik tersebut ditempeli lem dari double sided tape, sehingga kertas tidak terlepas62.

Jenis – jenis kertas yang akan dienkapsulasi ini adalah kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, bahan cetakan atau poster yang umumnya sudah rapuh karena umur, rusak oleh pengaruh asam, atau polusi udara, berlubang – lubang karena dimakan serangga, kesalahan dalam penyimpanan, atau salah dalam penggunaan seperti menggulung atau melipat, rusak karena terlalu sering digunakan. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam proses ini adalah gunting kecil atau besar, alas dari plastik tebal yang dilengkapi dengan garis – garis yang berpotongan tegak lurus untuk mempermudah pekerjaan, sikat halus film plastik polyester, pisau pemotong (cutter), double sided tape 3M, pemberat, kertas penyerap bebas asam dan lembaran kaca63.

d. Penjilidan

Bahan pustaka yang rusak seperti buku, lem atau jahitannya terlepas, lembar pelindung dan sampul mengalami kerusakan, sobek dan bentuk – bentuk kerusakan fisik lainnya yang diperkirakan masih dapat diatasi, perlu dilakukan perbaikan. Salah satu tindakan yang tepat untuk kerusakan jenis tersebut adalah dengan mereparasi atau memperbaiki atau menjilid kembali untuk dapat

62 Martoatmodjo,

Pelestarian Bahan Pustaka, h.113. 63


(50)

mempertahankan bentuk fisiknya, sekaligus mempertahankan kandungan ilmiah di dalamnya. Pada dasarnya penjilidan merupakan pekerjaan menghimpun atau menggabungkan lembaran – lembaran yang lepas menjadi satu., yang dilindungi ban atau sampul64.

Untuk pelaksanaan pekerjaan penjilidan ini diperlukan perlengkapan dan bahan jilidan seperti65 :

1. Perlengkapan penjilidan:

a. Pisau, digunakan untuk memotong kertas dan lain – lain bahan atau material yang kecil dan digunakan memotong tepi kulit buku.

b. Pemampat atau palu kayu, digunakan ketika menjalankan proses rounding dan backing (memilung).

c. Pelubang atau pusat (berupa besi tajam yang bergagang kayu), digunakan untuk membuat lubang diatas kertas, board ketika menjilid atau menjahit dengan tangan.

d. Gunting, untuk memotong pita, kain atau bahan cover buku dan lain – lain.

e. Tulang pelipat (bone folder), terbuat dari jenis tulang, kayu atau plastik yang digunakan untuk melipat dengan tangan (turning inedge), membuat creasing pad ked, membuat tanda dengan cara melipat atau menggores, dan lain – lain.

f. Penggaris besi (straight edge/steel ruler), untuk mengukur atau sebagai alat bantu ketika memotong kertas dengan tangan.

64 Martoatmodjo,

Pelestarian Bahan Pustaka, h. 123. 65


(51)

g. Kuas (brush), untuk menyapu perekat (lem) di atas material (kertas, karton dan sebagainya) saat pekerjaan penjilidan dilakukan.

h. Gergaji (tannon saw), untuk menggergaji punggung buku pada penjilidan yang dikerjakan dengan tangan.

i. Jarum, untuk menjahiit pada penjilidan yang dikerjakan dengan tangan.

j. Pengepres atau pemampat (presses), untuk penjilidan dengan tangan. k. Pemidang jahit (sewing press), untuk menjahit kuras dengan tangan. l. Mesin potong, untuk memotong bahan yang berukuran besar dan tebal. 2. Bahan penjilidan :

Bahan – bahan yang diperlukan atau digunakan dalam penjilidan adalah sebagai berikut :

a. Kertas, adalah lembaran yang terbuat dari selulosa alam atau serat buatan yang telah mengalami penggilingan ditambah beberapa bahan tambahan, misalnya kaolin, zat warna, formaldehida (untuk memberi daya tahan pada kertas) dan sebagainya.

b. Karton, sejenis kertas tebal dengan berat atau gramatur berkisar antara 165 gram sampai 320 gram per meter persegi. Ada bermacam – macam jenis karton yaitu karton manila (61 x 86 cm; 65 x 100 cm), karon BC (bild carton) (61 x 86 cm; 65 x 100 cm), lenen karton (79 x 109 cm; 90 x 120 cm), duplek karton (79 x 109 cm; 90 x 120 cm). ada juga jenis karton tebal dengan berat / gramatur di atas 320 gram per meter persegi yang disebut strook board. Jenis ini antara lain strook board lokal (65 x 75 cm), strook board import (70 x 100 cm). Nomor


(52)

ketebalan board antara lain nomor 18 ketebalannya 4,3 mm dengan isi per paknya 18 lembar, nomor 20 ketebalannya 3,80 mm dengan isi per paknya 20 lembar, nomor 30 ketebalannya 2,50 mm dengan isi per paknya 30 lembar, nomor 40 ketebalannya 2,00 mm dengan isi per paknya 40 lembar, nomor 100 ketebalannya 0,70 mm dengan isi per paknya 100 lembar.

c. Kain linen (book Binden Linnen), digunakan untuk pelapis punggung buku atau seluruh cover buku.

d. Bahan perekat (lem), digunakan untuk menempelkan barang yang satu dengan yang lainnya misalnya kertas dengan kertas, kertas dengan bahan lain dan sebagainya.

e. Benang, digunakan untuk menjahit kertas dalam penjilidan.

f. Kawat jahit, kawat jahit ini terdiri dua jenis yaitu; kawat bulat (digunakan untuk menjahit (satu katern atau kuras) atau majalah berkala), dan kawat persegi (digunakan untuk menjahit dos – dos untuk kemasan yang sifatnya sederhana).

Setelah perlengkapan dan bahan penjilidan tersebut sudah tersedia, proses selanjutnya adalah penghimpunan dan penggabungan. Penghimpunan adalah penyusunan lembaran – lembaran menurut urutan yang dikehendaki, kemudian membentuk kuras atau katern. Penggabungan adalah menyatukan secara erat dan padu setiap lembaran menjadi katern, kemudian katern – katern itu digabung menjadi satu.

Sebagaimana kita ketahui, bahan pustaka berupa buku banyak bentuknya, ada yang panjang, pendek, tebal, tipis, kuat, lemah, indah, sederhana dan


(53)

sebagainya. Bervariasinya bentuk buku tersebut mempengaruhi jenis penjilidan serta cara mengerjakannya. Secara umum ada tiga jenis penjilidan. Pertama, penjilidan manual, yang masih dipraktekkan pada penjilid dengan tangan, seperti dilakukan para penjilid tukang fotokopi, dan sebagian penjilid di perpustakaan. Kedua, penjilidan semiotomatis, yang biasa dipakai untuk buku – buku sampul lunak (paperback). Ketiga, penjilidan otomatis (dengan mesin), yang biasa dipakai dalam penjilidan buku edisi bersampul keras (hard cover)66. Ada berbagai jenis penjilidan yaitu67 :

a. Penjilidan kaye atau jilidan yang paling sederhana, jilidan ini hanya cocok kalau jumlah halamannya sedikut.

b. Jilidan dengan tanda atau signature binding, yaitu penjilidan dengan memperhatikan tanda pada bahan pustaka yang akan dijilid.

c. Jilid lem punggung.

d. Jilid spiral, penjilidan ini dapat dikerjakan untuk menjilid buku dengan jumlah halaman yang banyak maupun yang sedikit.

e. Jilid lak ban.

Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam proses perbaikan dengan cara penjilidan antara lain :

1. Kuras atau katern, yaitu lembaran – lembaran yang telah dilipat dan saling disisipkan dijahit satu dengan yang lainnya dan akhirnya membentuk isi buku atau blok buku.

66 Iwank, “Jilid Lem,” artikel diakses pada tanggal 16 Juli 2010 dari

http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/?doky=MjAwOA==&dokm=MDI=&dokd=MjU=&dig=Y XJjaGl2ZXM=&on=U0xQ&uniq=NjIz

67


(1)

6. Saya juga tidak menemukan alat untuk mengurangi kadar kelembaban udara dalam ruangan atau dehumidifier, bagaimana perpustakaan mengurangi kadar kelembaban udara dalam ruangan koleksi?

HA : “Kami tidak melakukan apa-apa untuk mengurangi kelembaban ruangan karena memang sampai saat ini kami tidak memiliki alat tersebut”

7. Apakah ada pemeriksaan rutin terhadap AC di perpustakaan?

HA : “pemeriksaan rutin terhadap AC dilakukan ketika kami merasa ada kerusakan terhadap AC”

8. Apakah AC di ruangan koleksi hidup selama 24 jam?

HA : “tidak, AC pada ruangan koleksi hanya hidup ketika jam kantor saja”

Pertanyaan mengenai ancaman keberadaan jamur, serangga dan binatang pengerat

9. Apakah terdapat ancaman dari jamur, serangga dan binatang pengerat? HA : “iya, disini terdapat ancaman dari jamur, serangga seperti kecoa pernah ada di ruangan ini dan binatang pengerat. Perkiraan kami binatang ini ada mungkin karena ada sisa bekas makanan di dalam ruangan”

10. Apa tindakan yang dilakukan untuk mengatasi ancaman tersebut?

HA : “untuk tikus,kami melakukan tindakan pengasapan di ruangan koleksi perpustakaan, fumigasi dan untuk serangga & jamur kami meletakkan kapur barus di ruangan dekat rak-rak koleksi perpustakaan”

11. Apakah dilakukan kegiatan kebersihan di perpustakaan?

HA : “kegiatan kebersihan dilakukan oleh petugas Cleaning Service dengan diawasi oleh petugas”

12. Apakah pernah dilakukan fumigasi?

HA : “fumigasi pernah dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, untuk melakukan fumigasi kami bekerja sama dengan pihak atau perusahaaan luar”

Pertanyaan mengenai pencahayaan di ruangan perpustakaan 13. Apakah perpustakaan menggunakan saringan ultraviolet?

HA : “kami tidak memiliki saringan ultraviolet, kami hanya menutup jendela dengan rapat dan memasang tirai pada jendela. Serta lampu dalam ruangan pastinya”


(2)

14. Apakah perpustakaan memiliki alat untuk mengukur tingkat pencahayaan dalam ruangan perpustakaan (fotometer)?

HA : “kami tidak memiliki alat untuk mengukur kandungan cahaya di dalam ruangan, sehingga kami tidak mengetahui kandungan ultraviolet yang ada”

Pertanyaan mengenai kotoran debu dalam ruangan

15. Bagaimana cara membersihkan debu yang terdapat di buku?

HA : “kami membersihkan debu dengan menggunakan vacuum cleaner, lap yang kami basahi sedikit dan mengelap sedikit demi sedikit buku langka yang terkena debu”

16. Apabila debu sulit dihilangkan?

HA : “untuk debu yang sulit dihilangkan, kami hilangkan dengan cara mengeriknya hingga debu yang melekat hilang lalu kami sedot debu tersebut”

Pertanyaan mengenai ancaman kerusakan bahan pustaka dari manusia 17. Apakah petugas perpustakaan diberikan pemahaman mengenai

pentingnya buku langka?

HA : “iya, petugas perpustakaan diberikan pemahaman mengenai pentingnya buku langka untuk menghindari tindakan-tindakan yang dapat mengancam kerusakan terhadap bahan pustaka”

18. Adakah pedoman penggunaan koleksi buku langka untuk pengguna? HA : “kami membuat pedoman penggunaan dan larangan kepada pengguna untuk melakukan tindakan yang merusak terhadap buku langka”

19. Adakah larangan merokok di dalam ruangan?

HA : “untuk ruangan koleksi kami memberikan larangan merokok dan larangan makan dan minum”

20. Pernahkah terjadi pencurian terhadap koleksi buku langka?

HA : “pencurian tidak pernah terjadi, yang ada hanya tindakan vandalisme seperti merusak buku dengan merobek lembaran buku yang mereka anggap penting”

Pertanyaan mengenai ancaman kebakaran 21. Apakah pernah terjadi kebakaran?

HA : “kebakaran tidak pernah terjadi”

22. Apakah kabel listrik di perpustakaan diperiksa secara berkala?

HA : “pemeriksaan rutin tidak pernah ada, kondisional saja, apabila ada masalah yang kami alami tentang listrik, baru kami menghubungi petugas yang mengurus listrik”


(3)

23. Apakah perpustakaan memiliki genset atau tenaga listrik cadangan? HA : “perpustakaan tidak memiliki genset, genset hanya tersedia di sekretaris jendral”

Pertanyaan mengenai ancaman kebanjiran

24. Apakah pernah terjadi kebocoran atau pun kebanjiran?

HA : “kebanjiran tidak pernah terjadi, kebocoran pernah terjadi sekitar setahun yang lalu, tetapi hanya terjadi di ruangan petugas perpustakaan, tidak memberikan ancaman terhadap koleksi buku langka”

25. Apakah letak pembuangan genangan air dekat dengan ruang koleksi perpustakaan?

HA : “letak perpustakaan jauh dari pembuangan genangan air, tidak ada saluran got di sekitar perpustakaan”

26. Apakah jendela perpustakaan selalu ditutup rapat?

HA : “jendela pada ruang koleksi kadang kami buka di pagi hari sekitar 1 sampai 2 jam agar ruangan tidak terlalu pengap”

Pertanyan mengenai cara perbaikan buku yang rusak

27. Bagaimana cara yang dilakukan untuk memperbaiki buku yang sudah rusak?

HA : “untuk buku yang rusak kami melakukan penjilidan ulang dengan jilid lem punggung dan jilid spiral, tetapi untuk buku langka biasanya dijilid lem punggung, menambal dan menyambung lembaran yang rusak”

28. Apa saja tahapan dalam penjilidan?

HA : “pertama-tama adalah melepas jilidan yang telah rusak, menghimpun lembaran kertas yang telah rusak tadi dengan memperhatikan urutan halaman, menggabungkan lembaran-lembaran tersebut dengan cara dipress atau dipampatkan, punggung buku kemudian dilem setelah dipotong dan dikasarkan. Menempelkan lembaran pelindung pada lembaran pertama dan lembaran terakhir isi buku. Setelah ditempeli lapisan lembaran pelindung, kemudian dipotong atau dirapikan sesuai dengan ukuran buku, baik bagian kedua sisi samping dan sisi depan, memotong karton sebanyak dua lembar untuk bagian bawah dan atas, dengan panjang dan lebar disesuaikan dengan ukuran buku yang akan dijilid. Setelah karton sudah siap, kemudian karton disatukan dengan blok buku tersebut dengan cara pengeleman. Langkah terakhir sebagai finishing adalah buku tersebut dipress atau dipampatkan kembali untuk merekatkan lem dan merapikan buku yang sudah dijilid.”


(4)

29. Bagaimana cara menambal atau menyambung?

HA : “menyambung kami lakukan dengan menggunakan perekat untuk menyatukan 1 helai atau lembaran kertas yang sobek atau terpisah, namun apabila kertas yang sobek atau terpisah sudah rentan untuk digabungkan kembali, maka kami akan memotokopi lembaran tersebut dan menggunakan lembaran fotokopinya untuk disambungkan ke lembaran yang terpisah, sedangkan lembaran yang sudah rentan kami simpan. Sedangkan ada lagi cara lain yang kami lakukan apabila menemukan buku langka yang lembaran-lembarannya sudah keriting atau tidak rata permukaannya. Untuk membuat lembaran buku tersebut tetap memiliki permukaan kertas yang halus, kami memberikan kertas keras seperti kerah baju dibelakang lembaran buku, lalu memberikan alas diatas lembaran buku tersebut dan menyetrikanya. Setelah kami menyetrika, kami mengangkat alas yang kami gunakan untuk melindungi lembaran yang telah kami setrika, dan kertas keras seperti kerah baju akhirnya menempel pada lembaran buku tersebut dan lembaran buku akhirnya tidak keriting lagi dan permukaannya menjadi halus dan rata”

30. Alat apa saja yang diperlukan dan dimiliki oleh perpustakaan untuk melakukan kegiatan tersebut?

HA : “Alat yang kami miliki untuk melakukan perbaikan buku antara lain adalah 1 set alat fotokopi, mesin laminating, mesin jilid ring plastik (spiral), mesin kacip (pemotong kertas), scanner ukuran A3 dan A4, steples ukuran besar, lem dan lain-lain”

31. Apakah perpustakaan melakukan deasidifikasi atau uji keasaman kertas untuk mengetahui kandungan asam terhadap buku langka dan mengurangi kandungan asam pada kertas?

HA : “kami tidak pernah melakukan deasidifikasi atau uji keasaman kertas maupun upaya mengurangi kadar asam pada kertas”

32. Apakah tidak ada kegiatan pemutihan kertas?

HA : “yang menggunakan bahan-bahan kimia itu ya?kami tidak pernah melakukan kegiatan memutihkan kertas”

33. Siapa yang bertugas memperbaiki buku yang rusak?

HA : “saya yang bertugas memperbaiki buku yang rusak, yang melakukan penjilidan ulang terhadap buku maupun menambalnya”


(5)

Pertanyaan mengenai kendala dalam melakukan pelestarian bahan pustaka

34. Kendala apa saja yang ditemukan dalam melakukan kegiatan pelestarian bahan pustaka di perpustakaan?

HA : “Kendala yang kami hadapi adalah lambatnya penanganan perbaikan buku yang rusak dikarenakan lambatnya proses turun anggaran untuk pembelian alat-alat perbaikan yang dibutuhkan, sehingga dalam melakukan perbaikan kami harus menunggu turunnya anggaran”

35. Menurut bapak, apa solusi yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut? HA : “solusi yang kami lakukan selama ini jika menghadapi masalah tersebut adalah dengan menalang biaya perbaikan buku yang dibutuhkan, karena perbaikan buku menurut kami harus dilakukan dengan segera”

Menyetujui

Heru Asfika Informan


(6)

Lembar Observasi Kondisi Lingkungan Koleksi Buku Langka

No. Kondisi Lingkungan Ada Tidak

Ada

Keterangan

1. Pencahayaan :

a. Cahaya Alami b. Cahaya Buatan c. Kontrol UV

d. Monitor Kandungan UV

√ √

√ √

1-2 jam setiap pagi hari kerja

Saringan Ultraviolet fotometer 2. Monitor Kelembaban Udara

Kontrol Kelembaban Udara √

Thermohigrometer Silica Gel

3. Monitor Suhu Udara

Kontrol Suhu Udara √

Thermohigrometer AC

4. Tipe dan Lokasi Sistem Alarm √ Smoke detector 5. Pengamanan Koleksi :

a. Kebakaran - Listrik - Rokok

b. Kebanjiran / Bocor

- Rembesan dari tembok atau langit – langit c. Serangga, Jamur dan

Binatang Pengerat - Serangga - Jamur

- Binatang Pengerat

√ √ √

6. Alat Pemadam Api √

7. Shelving Buku

a. Cara menyusun buku b. Apakah buku disusun

berdiri?

√ √

Buku disusun renggang Ya