Pelestarian koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

(1)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Ilmu Perpustakaan (S. IP)

Oleh

Muhammad Fahmi Rizal NIM 1111025100060

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Muhammad Fahmi Rizal (1111025100060). Pelestarian Koran Langka di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Di bawah bimbingan Pungki

Purnomo, MLIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan pelestarian dan teknis pelaksanaan pelestarian koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, serta untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dan solusi untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara observasi dan wawancara. Penelitian ini menggambarkan bahwa pelestarian koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum memiliki kebijakan tersendiri, hal tersebut karena sering terjadinya pergantian pejabat eselon II yang menangai secara langsung masalah pelestarian bahan pustaka termasuk koran langka. Pelaksanaan kegiatan pelestarian koran langka meliputi bidang konservasi yaitu fumigasi, enkapsulasi, menjilid, menambal dan menyambung. Sedangkan bidang transformasi digital meliputi alih media kebentuk digital seperti bentuk mikro. Adapun bidang reprografi meliputi alih media ke bentuk foto. Untuk menangani kendala belum adanya kebijakan tersebut, maka pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sementara masih mengacu pada kebijakan UU No. 43 Tahun 2007 dan mengadopsi prinsip-prinsip IFLA. Sedangkan untuk mengatasi kurangnya SDM, maka pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia membuat analisis kebutuhan SDM dan mengajukannya ke pihak berwenang meskipun masih belum terealisir. Karena itu untuk sementara Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan beberapa penyesuaian antara beban kerja dengan jumlah SDM yang ada. Adapun untuk mengatasi kendala keterbatasan anggaran, pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia membuat skala prioritas terhadap beberapa pekerjaan yang dianggap lebih perlu didahulukan.

Kata kunci: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Pelestarian, Koran Langka


(6)

Muhammad Fahmi Rizal (1111025100060). The Preservation of Rare Newspaper

in the National Library of the Republic of Indonesia. Under the guidance of

Pungki Purnomo, MLIS. Library Science Program of Faculty of Adab and Humaniora of the State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

This essay aims to find out the policy of preservation and the technical of the implementation of the preservation of the rare newspaper in the National Library of Indonesia, and to get to know the constraints encountered and solutions to overcome these constraints. This research uses descriptive method with qualitative approach. Data collecting is done by observation and interviews. From the results of this research, it is revealed that the preservation of rare newspapers in the National Library of the Republic of Indonesia has not owned its own policy yet. it is caused by the frequent change of the echelon II that addresses directly the problem of preservation of library materials including rare newspaper. The Implementation of the activities of rare newspaper preservation covers the area of conservation that is fumigation, encapsulation, stapling, patching and connecting. Meanwhile, the field of digital transformation covers the media transfer to digital forms such as micro form. In the other side, The field of reprographic covers the media transfer to images forms. To handle the constraints of the unavailability of the policy, then the National Library of the Republic of Indonesia for the meantime is still referring to the policy of the Act No. 43 Year 2007 and adopting the principles of International Federation of Library Associations (IFLA). Meanwhile, to overcome the lack of human resources, the National Library of the Republic of Indonesia Party makes the analysis of the need of human resource and submits it to the authorities although it is still not realized yet. Therefore, for the time being, the National Library of the Republic of Indonesia makes some adjustments between the workload and the number of the existing human resources. As to overcome the constraints of budget limitedness, the National Library of the Republic of Indonesia Party makes a priority scale on some jobs which are considered necessarily to be prioritized.

Keywords: National Library of the Republic of Indonesia, Preservation, Rare Newspaper


(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis ucapkan hanya kepada Allah SWT, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari dukungan semua pihak yang meluangkan waktunya dalam membantu penulis. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bpk. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bpk. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk. Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan sekaligus sebgai dosen pembimbing penulis yang membantu, mengarahkan, dan menuntun penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bpk. Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah mencurahkan ilmunya begitu banyak untuk masa depan penulis.

6. Pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, memberikan


(8)

masukan saat melakukan penelitian, dan telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Terimakasih kepada Saroh Kuswanti yang selalu menyemangati dan mengingatkan kepada penulis untuk secepatnya menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat penulis, Muhammad Adam, Hasbi Fikri, Hanifudin Ibrahim, Muhammad Yukha Mulyawan, Ilham Kamil, Eko Raharjo, Bintang Bella Adillah, Ahmad Jauzi dan Tirta Wijaya yang telah memberikan nasihat dan motivasinya baik akademis maupun non akademis.

9. Teman-teman seperjuangan Ilmu Perpustakaan dan Informasi 2011, khususnya kelas IPI C 2011, Cycy Haryati, Muthia Fariza, Annisa Nurulita, Jundiah, Anggraeny Pramesti, Puti Asmarani, Imroatus Sholihah, Marini Badzlina, Donna Sitta Ariyanti, Diah Safitri, Nurfitria Dewi, , Grecy Astari, Farhah, Nita Adiyati, Arik Suprapti, Robiatul Hasanah, Muhammad Adam, Hanifudin Ibrahim, Hasbi Fikri, Muhammad Yukha Mulyawan, dan Ilham Kamil. Terima kasih atas kebersamaannya selama 4 tahun ini, semoga persahabatan kita terus terjalin selamanya.

10.Terimakasih pula kepada teman-teman kakak Semester Zulfikar Arman, Arief Dwi Hermawan, Zulfachri Tribuana Said, Febri Nurul Huda, Kibar Sumanja, Bassam Fahmy Balaswad dan Dywan Pratama yang sudah memberikan motivasi dan arahan.


(9)

11.Dan semua orang yang sudah banyak mendukung dalam menyelesaikan tugas akhir ini, yang tidak dapat diucapkan satu persatu, Terimakasih untuk segalanya, semoga Allah SWT yang membalas semua kebaikan dan doa yang sudah diberikan kepada penulis. Amin.

12.Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Detik 2014 yang telah memberikan dukungan semangat kepada penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sangat istimewa dan sebesar-besarnya kepada bapak tercinta H.Muhammad Agus Salim, ibu tercinta Hj.Rumsini, Kakak pertama Siti Izatul Yazidah, Adik pertama Rossy Iftah Nurdiyana dan Adik kedua Annisa Nuzulia Inayati yang telah memberikan dukungan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih butuh penyempurnaan di beberapa bagian, baik dari segi isi maupun susunannya. Oleh karena itu, segala saran dan kritik akan penulis terima untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semuanya dengan rahmat dan ridho-Nya serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat mengenai Pelaksanaan kegiatan pelestarian khususnya koran langka. Selamat Membaca.

Ciputat, 27 Oktober 2015


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

D. Definisi Istilah ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 9

1. Definisi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 9

2. Fungsi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 10

3. Tugas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 11

B. Pelestarian Bahan Pustaka 1. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka... 11

2. Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka ... 13

3. Unsur-Unsur Pelestarian Bahan Pustaka ... 14

C. Kebijakan Pelestarian Bahan Pustaka ... 14


(11)

vii

1. Faktor Biologi ... 18

2. Faktor Fisika ... 21

3. Faktor Kimia ... 23

4. Faktor Manusia dan Faktor Lainnya ... 24

F. Usaha Pencegahan Kerusakan Koleksi Koran Langka ... 27

1. Cara Pencegahan yang disebabkan oleh Faktor Biologi ... 28

2. Cara Pencegahan yang disebabkan oleh Faktor Fisika ... 30

3. Cara Pencegahan yang disebabkan oleh Faktor Kimia ... 31

4. Cara Pencegahan yang disebabkan oleh Faktor Manusia dan Faktor lainnya... 31

G. Usaha Perbaikan Koleksi Koran Langka... 33

1. Menambal dan Menyambung Kertas ... 33

2. Fumigasi ... 34

3. Laminasi ... 35

4. Enkapsulasi... 36

5. Deasidifikasi ... 37

6. Alih Media... 38

7. Penjilidan ... 39

H. Kendala Pelestarian Bahan Pustaka ... 40


(12)

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 44

1. Jenis Penelitian ... 44

2. Pendekatan Penelitian ... 44

B. Sumber Data ... 45

1. Data Primer ... 45

2. Data Sekunder ... 45

C. Karakteristik Informan dan Langkah-Langkah Penentuannya ... 46

1. Karakteristik Informan ... 46

2. Teknik Pengambilan Informan ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

E. Teknik Analisis Data ... 48

F. Jadwal Penelitian ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Objek Penelitian ... 50

1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 50

2. Lokasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... ...52

3. Visi dan Misi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 53

4. Tugas, Fungsi dan Peran Perpustakaan Nasional Republik Indonesia... 54

5. Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 55

6. Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia... 58


(13)

ix

Nasional Republik Indonesia ... 61

8. Struktur Organisasi Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 62

9. Gambaran Singkat Ruang Koleksi Surat Kabar dan Koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 65

10. Bagian Ruangan Koleksi Surat Kabar dan Koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 66

B. Hasil Penelitian ... 66

1. Kebijakan Pelestarian Koran Langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 68

2. Teknis Pelaksanaan Pelestarian Koran Langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 70

a. Menambal dan Menyambung Kertas ... 70

b. Fumigasi ... 72

c. Enkapsulasi ... 75

d. Penjilidan ... 77

e. Alih Media ... 78

3. Kendala-Kendala yang dihadapi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam Pelestarian Koran Langka ... 84

C. Pembahasan ... 85

1. Kebijakan Pelestarian Koran Langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 86


(14)

Nasional Republik Indonesia ... 87 3. Solusi Yang dilakukan Untuk Mengatasi Kendala-Kendala dalam

Pelaksanaan Pelestarian Koran Langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia... 92

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 94 B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN


(15)

xi

1. Tabel 1 Jadwal Penelitian ... 49 2. Tabel 2 Peran masing-masing setiap lantai pada gedung preservasi


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam negara yang berkembang saat ini, penyediaan informasi haruslah jelas, aktual, dan current (uptodate). Nilai informasi yang dibutuhkan bagi masyarakat harus tepat untuk penggunanya. Salah satu lembaga yang menyediakan dan bertugas mengumpulkan informasi tersebut ialah perpustakaan. Perpustakaan mempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan kemajuan suatu negara. Sedangkan pengertian perpustakaan sendiri adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.1

Salah satu aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas dan mutu perpustakaan sesuai dengan fungsi perpustakaan itu sendiri, perpustakaan dituntut harus mempunyai program-program dan fasilitas yang menunjang bagi penggunanya, agar kebutuhan pengguna perpustakaan dapat dipenuhi secara maksimal. Pada umumnya perpustakaan memiliki koleksi yang terbuat dari bahan kertas, maupun dalam bentuk buku, surat kabar, serial, naskah, peta, gambar, dokumen, dan bahan cetak lainnya. Selain itu, perpustakaan juga mempunyai koleksi audio visual yang terdiri dari bahan film (film hitam putih


(17)

dan berwarna), mikrofilm, negatif foto (hitam putih dan berwarna) serta rekaman suara atau pita kaset, rekaman video, dan lain sebagainya.2

Perpustakaan sebagai salah satu pusat informasi, bertugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna secara efektif dan efisien. Agar koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, maka diperlukan suatu penanganan agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan, atau setidaknya diperlambat proses kerusakannya sehingga mempertahankan kandungan informasi. Usaha-usaha untuk mempertahankan dan memperlambat rusaknya kandungan informasi dari bahan pustaka ini biasa disebut dengan preservasi dan konservasi bahan pustaka.

Tugas pemeliharaan, perawatan, dan pelestarian koleksi bukanlah pekerjaan yang mudah. Perpustakaan di Indonesia umunya belum memperhatikan usaha pemeliharaan secara khusus, hal itu seharusnya dilaksanakan secara lebih cermat dan efektif, mengingat iklim tropis Indonesia yang kurang menguntungkan. Dalam konteks ini bahwa penggunaan berbagai bahan insektisida, pengaturan ruangan secara khusus serta penyelenggaraan pendidikan pengguna perpustakaan merupakan usaha-usaha untuk mencegah atau mengurangi kerusakan koleksi bahan pustaka.3

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah Perpustakaan pemerintah non departemen yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang Perpustakaan sebagai perpustakaan Pembina, perpustakaan rujukan,

2 Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja (Jakarta:

Grasindo, 2007), h. 73-74


(18)

perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di Ibukota Negara Indonesia.

Pelestarian bahan pustaka tidak hanya menyangkut pelestarian dalam bidang fisik, tetapi juga pelestarian dalam bidang informasi yang terkandung di dalamnya. Maksud pelestarian ialah mengusahakan agar bahan pustaka yang kita miliki tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal, penting informasinya, langka, diusahakan agar lebih awet dan bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Mengingat banyaknya jenis dan bentuk bahan pustaka, yang tercetak ataupun terekam, maka salah satu lembaga atau instansi yang menyimpan berbagai karya cipta hasil manusia termasuk didalamnya koran langka adalah Perpustakaan Nasional. Mengingat Indonesia negara beriklim tropis yang memiliki temperatur dan kelembaban yang tinggi, sedangkan minimnya dana pemeliharaan serta perawatan bahan pustaka bisa menyebabkan hewan dan mikroorganisme tumbuh dengan subur merusak bahan pustaka. Salah satu bahan pustaka yang dilestarikan adalah koran langka dari tahun yang terdahulu. Tujuannya adalah untuk menjaga menjaga keaslian bentuk fisiknya maupun dari segi informasinya. Karena koran langka yang ada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengandung banyak informasi dari peristiwa pada masa lalu yang mengandung banyak sejarah dan begitu penting untuk di lestarikan agar generasi-generasi selanjutnya mendapatkan informasi pada masa terdahulu.

Dengan beberapa penjelasan tentang pentingnya proses pelestarian koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, maka penulis berkeinginan untuk mengangkat permasalahan ini dalam sebuah penulisan


(19)

skripsi dengan judul “PELESTARIAN KORAN LANGKA DI

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat pembahasan pelestarian bahan pustaka sangat luas, maka untuk menghindari penafsiran lebih luas, penulis perlu membatasinya sebagai berikut:

a. Kebijakan pelaksanaan pelestarian koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

b. Teknis pelaksanaan pelestarian koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

c. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan pelestarian pada koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

2. Perumusan Masalah

Agar penulisan ini lebih terarah dan sesuai dengan masalah yang akan diteliti, maka perlu dirumuskan suatu masalah. Masalah pokoknya adalah bagaimana pelaksanaan pelestarian pada koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dengan sub pertanyaan (sub questions) sebagai berikut:

a. Bagaimana kebijakan secara tertulis mengenai pelestarian pada koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia?


(20)

b. Bagaimana Teknis pelaksanaan pelestarian pada koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia?

c. Solusi apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala pelestarian pada koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kebijakan pelestarian pada koran langka di Perpustakan Nasional Republik Indonesia.

b. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan dalam melakukan proses pelestarian pada koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

c. Untuk mengetahui solusi dari kendala dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian pada koran langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Menambah wawasan dan pengetahuan untuk penulis tentang hal-hal, permasalahan serta solusi proses dari kegiatan pelestarian pada koran langka di Perpustakan Nasional Republik Indonesia.

b. Diharapkan bisa menjadi inspirasi atau masukkan bagi pustakawan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam hal melestarikan koleksi-koleksinya khususnya koran langka agar tidak cepat mengalami kerusakan baik dari segi bentuk fisik dokumen maupun


(21)

dari aspek informasi yang terkandung di dalamnya agar dapat dimanfaatkan para pemustaka.

c. Memperkaya literatur Jurusan Ilmu Perpustakaan tentang pelestarian bahan pustaka khususnya dalam hal pelaksanaan kegiatan pelestarian pada koran langka.

D. Definisi Istilah

Untuk memudahkan memahami istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa pengertian istilah yang sering digunakan dalam setiap bab penelitian, diantaranya:

a) Pelestarian

Suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu perpustakaan untuk melestarikan semua bahan koleksi yang ada agar lebih awet dan tetap dalam keadaan yang baik, bisa digunakan serta dalam pelestariannya mengacu pada kebijakan perpustakaan tersebut.

b) Koran Langka

Koran langka merupakan sebuah koran yang dilihat dari segi usia, yaitu koran yang diterbitkan pada puluhan atau bahkan ratusan tahun silam, sehingga menjadi koran langka karena sulit dijumpai dan jarang sekali beredar di pasaran. sehingga memiliki nilai sejarah yang tinggi dan tidak semua perpustakaan memiliki koran langka.

c) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang Perpustakaan yang berfungsi sebagai


(22)

perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di Ibu Kota Negara Indonesia.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam sistematika penulisan ini akan menguraikan secara sistematis mulai dari Bab I sampai Bab V dengan rician sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini memuat seputar penelitian, meliputi: latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Literatur

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang definisi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, fungsi dan tugas perpustakaan, mengenai pengertian pelestarian bahan pustaka, fungsi pelestarian bahan pustaka, unsur-unsur pelestarian bahan pustaka, faktor kerusakan bahan pustaka, usaha pencegahan kerusakan bahan pustaka, usaha perbaikan bahan pustaka, kendala dan solusi terhadap kegiatan pelestarian bahan pustaka.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini memuat jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, pemilihan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan jadwal penelitian.


(23)

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini memuat profil Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai objek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan yang disesuaikan dan menjawab tujuan penelitian.

Bab V : Penutup

Bab ini Merupakan penutup dari penelitian yang di dalamnya memuat beberapa kesimpulan dan saran-saran yang merupakan pengabungan dari uraian bab-bab terdahulu yang kemudian diakhiri oleh daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.


(24)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

1. Definisi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Berdasarkan Undang-undang No. 43 tahun 2007 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia didefinisikan sebagai lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara. Dengan keputusan Presiden ini, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menjadi lembaga yang berdiri sendiri dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.4

Perpustakaan Nasional adalah Perpustakaan yang bertanggung jawab atas pelestarian semua terbitan yang diterbitkan di sebuah Negara

dan berfungsi sebagai “deposit”. Perpustakaan Nasional juga umunya menjalankan fungsi sebagai berikut : menyusun bibliografi nasional, menyimpan dan memutakhirkan koleksi yang bernilai tinggi dan representatif termasuk buku mengenai negara yang bersangkutan.5

4Undang-Undang Perpustakaan No.43 tahun 2007 bab 1 ayat 1

5IFLA,”Recommendations Concerning the International Standarizations of Library

Statistics”. Diakses pada pukul 22.00 WIB tanggal 25 Mei 2015 dari http://portal.unesco. org/en/ev.php-URL_ID=13086&URL_DO=DO_TOPIC&URL_SECTION=201.html


(25)

2. Fungsi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Dalam SK Kaperpusnas No. 03 Tahun 2001 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menyelenggarakan fungsi :

a. Mengkaji dan menyusun kebijakan nasional dibidang perpustakaan. b. Mengkoordinasikan kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

c. Melancarkan dan membina terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang perpustakaan.

d. Menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, kearsipan, persandian, dan rumah tangga.

Selain itu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berfungsi sebagai : a. Menyimpan setiap bahan pustaka yang diterbitkan di sebuah Negara. b. Mengumpulkan atau memilih bahan pustaka terbitan negara lain

mengenai negara yang bersangkutan.

c. Menyusun bibliografi nasional yakni daftar buku yang diterbitkan di sebuah negara.

d. Menjadi pusat informasi negara yang bersangkutan. Biasanya jasa ini diberikan atas jasa permintaan.

e. Berfungsi sebagai pusat antar pinjam perpustakaan di negara yang bersangkutan dan antara negara yang bersangkutan dengan negara lain. Umumnya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tidak meminjamkan buku langsung ke pembaca melainkan harus melalui perpustakaan.

f. Sebagai tugas tambahan biasanya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memberikan jasa penerjemahan, latihan kerja bagi pustakawan, mencatat hak cipta atas buku, dan sebagainya.6

6 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,


(26)

3. Tugas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Dalam menyelenggarakan fungsinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mempunyai kewenangan, antara lain:

a. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan pendayagunaan bahan pustaka yang diterbitkan di Indonesia sebagai koleksi deposit nasional.

b. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, pengembangan serta pendayagunaan bahan pustaka dengan mengutamakan terbitan asing. c. Melaksanakan penyusunan dan penerbitan bibliografi nasional.

d. Melaksanakan tugas sebagai pusat kerjasama antar perpustakaan di dalam negeri maupun luar negeri.

e. Memberikan jasa referensi studi, jasa bibliografi, dan informasi ilmiah.

f. Melaksanakan urutan tata usaha Perpustakaan Nasional.

B. Pelestarian Bahan Pustaka

1. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka

Pelestarian bahan pustaka adalah mengusahakan agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Dengan pelestarian yang baik, diharapkan bahan pustaka dapat nerumur lebih panjang, sehingga perpustakaan tidak perlu membeli bahan yang sama7

7 Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka. (Jakarta : Universitas Terbuka, 1999). h.5.


(27)

Perpustakaan berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan koleksi bukunya agar bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama, dapat dijaga kondisinya minimal mampu memperlambat terjadinya kerusakan bahan pustaka serta menjaga kandungan informasi yang terdapat di dalamnya, di mana kesemuanya itu terangkum dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka. Kegiatan pelestarian bahan pustaka pada hakikatnya mencakup dua segi, yaitu melestarikan kandungan informasi, dan melestarikan fisik dokumen atau bahan pustaka yang bersangkutan.8 Dengan demikian tujuan pelestarian bahan pustaka adalah melestarikan bahan-bahan pustaka serta informasi yang direkam dalam bentuk fisiknya, atau dialihkan pada media lain, agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan.9

Perpustakaan bertanggung jawab mengelola bahan pustaka agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan. Perpustakaan juga harus mampu mengatur besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan pelestarian bahan pustaka, sehingga jelas dalam mengalokasikan anggaran dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka. Kebutuhan untuk keperluan kegiatan pelestarian harus direncanakan dengan matang agar dana yang terserap dapat berguna secara efektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

8 Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan, (Jakarta : Universitas Terbuka, 1999.

h.11.

9 Sumiyardi, Pentingnya Pemahaman Preservasi Bagi Pustakawan. Buletin FKP2T, Th. II, No. 2. 1997. h. 42.


(28)

2. Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka

Fungsi pelestarian ialah menjaga agar koleksi perpustakaan tidak diganggu oleh tangan jahil, serangan dari hama perusak bahan pustaka seperti serangga dan jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan di ruang yang lembab. Pelestarian memiliki beberapa fungsi antara lain:

a. Fungsi melindungi. Bahan pustaka dilindungi dari serangga-serangga, manusia, jamur, panas matahari, air, dan sebagainya. Dengan pelestarian yang baik serangga dan binatang kecil tidak dapat menyentuh dokumen. Manusia tidak akan salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka. Jamur tidak akan sempat tumbuh, dan sinar matahari serta kelembaban udara di perpustakaan akan mudah terkontrol

b. Fungsi pengawetan. Bahan pustaka menjadi lebih awet bila dirawat dengan baik, bisa lebih lama dipakai, dan diharapkan lebih banyak pembaca dapat mempergunakan bahan pustaka tersebut.

c. Fungsi kesehatan. Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi bersih, bebas dari debu, jamur, binatang perusak, sumber dan sarang dari berbagai penyakit, sehingga pemakai maupun pustakawan menjadi tetap sehat. Pembaca lebih bergairah membaca dan memakai perpustakaan. d. Fungsi pendidikan. Pemakai perpustakaan dan pustakawan sendiri harus

belajar bagaimana cara memakai dan merawat dokumen. Mereka juga harus menjaga disiplin, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, tidak mengotori bahan pustaka maupun ruangan perpustakaan. Mendidik pemakai serta pustakawan sendiri untuk berdisiplin tinggi dan menghargai kebersihan.

e. Fungsi kesabaran. Merawat bahan pustaka ibarat merawat bayi atau orang tua, jadi harus sabar. Bagaimana kita menambal buku berlubang, membersihkan kotoran binatang kecil dengan baik. Menghilangkan noda dari bahan pustaka memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi.

f. Fungsi sosial. Pelestarian tidak bisa dikerjakan oleh seorang diri. Pustakawan harus mengikutsertakan pembaca perpustakaan untuk tetap merawat bahan pustaka dan perpustakaan.

g. Fungsi ekonomi. Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi lebih awet, sehingga anggaran perpustakaan dapat dihemat.

h. Fungsi keindahan. Dengan pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka yang rapih, perpustakaan tampak menjadi indah, sehingga menambah daya tarik kepada pembacanya.10

10 Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka. (Jakarta : Universitas Terbuka, 1999) h. 6-7


(29)

3. Unsur-Unsur Pelestarian Bahan Pustaka

Ada beberapa unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka adalah sebagai berikut:

a. Manajemen perlu diperhatikan siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan ini, bagaimana prosedur pelestarian yang harus diikuti. Bahan pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja kerusakannya, apa saja alat perlu disiapkan dan bahan kimia yang diperlukan dan sebagainya.

b. Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka miliki. Mereka yang mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki ilmu atau keahlian/keterampilan dalam bidang ini.

c. Laboratorium, suatu ruang pelestarian dengan berbagai peralatan yang diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk fumigasi, dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki ruang

laboratorium sebagai “bengkel” atau gudang buat bahan pustaka yang

perlu dirawat atau diperbaiki.

d. Dana untuk keperluan ini harus diusahakan dan dimonitor dengan baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami gangguan. Pendanaan ini tergantung dari lembaga tempat perpustakaan bernaung.11

C. Kebijakan Pelestarian Bahan Pustaka

Kebijakan pelestarian merupakan suatu dokumen yang berisi maksud-maksud pelestarian secara terinci dan prosedur yang terkandung di dalamnya. Pelaksanaan kebijakan pelestarian ini diperoleh melalui proses perencanaan yaitu mulai dari proses penelusuran, survei kondisi dan penentuan cara-cara pelestarian yang akan dilakukan. Melalui proses ini Tim Penyusun Kebijakan Pelestarian, Pengelola Koleksi dan Tim Pelaksana Pelestarian mempunyai tugas yang saling terkait satu sama lain. Tim ini menyusun uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing kelompok yang berkaitan dengan pelestarian bahan pustaka.12

11Ibid. h.7

12 Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Perawatan dan Pemeliharaan Fasilitas


(30)

Kebijakan pelestarian bahan pustaka sudah terdapat di setiap institusi perpustakaan atau arsip. Sasaran dalam kebijakan pelestarian yaitu untuk memastikan bahwa bahan dan informasi yang diinginkan atau digunakan oleh pemustaka dapat tersedia dengan layak ketika diperlukan. Seperti kebijakan yang diatur Brown University Library yang menyatakan bahwa :

“potential projects should be evaluated as to wether it is technically

possible with current equipment and software to, present, and store images in ways that meet user needs. Collection type may dictate some parameters, depending on level of ambition, size, imaging requirements, cataloging

requirements, conservation requirements…beyond support for equipment, operating budget, technical support and staffing, considerations include :

a) Condition of materials allows for them to be digitized safely.

b) Condition of materials requires conservation/re-housing for safe

digitization.”13

Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa setiap kegiatan pelestarian khususnya digitalisasi haruslah dievaluasi baik secara teknis yaitu apakah memungkinkan untuk melakukan digitalisasi pada suatu bahan pustaka dengan peralatan dan software yang dimiliki, serta dapat memberikan hasil yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dimana jenis koleksi dapat menentukan beberapa parameter, tergantung pada tingkat ambisi, ukuran, persyaratan pencitraan, persyaratan katalogisasi, dan persyaratan konservasi. selain peralatan yang mendukung, anggaran operasional, dukungan teknis dan staff, suatu bahan pustaka dapat digitalisasi apabila memenuhi :

a) Kondisi material yang memungkinkan untuk didigitalkan secara aman. b) Kondisi material yang memungkinkan konservasi atau pemindahan

material untuk didigitalkan secara aman.

13 Brown, Facilities University Library . diakses pada pukul 22.15 tanggal 19 Oktober 2015 dari www.brown.edu/Facilities/University_library /digproj/digcols/selection.html


(31)

Dari poin-poin tersebut dapat memberikan pertimbangan yang dapat mempengaruhi perkembangan proses seleksi, evaluasi, dan yang diprioritaskan berdasarkan faktor-faktor tersebut dan kondisi dari bahan pustaka tersebut. Setiap kebijakan koleksi pada suatu institusi seharusnya menjadi fondasi dalam menentukan bahan pustaka apa yang akan didigitalisasikan.

D. Pengertian Koran Langka

Koran atau surat kabar yaitu kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran plano, terbitan secara teratur, bisa setiap hari atau seminggu satu kali.14 Koran juga bisa diartikan salah satu terbitan berseri yang sangat kaya akan berita atau informasi mutakhir. Sebagaimana namanya yaitu surat kabar maka lebih banyak menyajikan informasi dalam bentuk berita atau dengan kata lain mewartakan atau mengabarkan suatu berita.15

Salah satu koran yang perlu dilakukan pelestarian guna mencegah kerusakan dan memperbaiki kerusakannya adalah koran-koran langka. Koran langka adalah koran yang sudah tua, sulit untuk dijumpai, dan jarang beredar di pasaran. Bila dilihat dari segi usia maka koran langka merupakan koran yang diterbitkan pada puluhan bahkan ratusan tahun silam sehingga menjadi koran yang langka karena sulit untuk dijumpai dan jarang sekali beredar di pasaran. Koran langka yang bersejarah dari dahulu hingga sekarang adalah

14Totok djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung : PT Remaja Rosdadakarya, 2004).h.11

15Abdul Rahman Saleh, Pengelolaan Terbitan Berseri (Jakarta : Universitas Terbuka, Depdikbud, 1996),h.15.


(32)

cermin dari perkembangan peradaban kita yang kaya. Koran langka tersebut memuat rekor tak ternilai dari orang-orang dan peristiwa yang membentuk bangsa kita dan dunia.16 Tidak hanya di Indonesia, bahkan di luar negeri sekalipun sangat peduli terhadap koran langka. Seperti kutipan pada situs yang menyediakan banyak koleksi koran langka :

Hindari kondisi panas, cerah dan kering. Bukan suatu kebetulan karena itu

arsip sejarah ini diawetkan dan disimpan di pantai di Skotlandia dekat

Skotlandia Book National City - Wigtown Dumfries and Galloway.”17

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa koran langka memiliki nilai sejarah sangat tinggi maka perlu dilestarikan dan diawetkan. Seiring dengan berjalannya waktu, koran-koran langka tersebut mengalami kerusakan bahkan ada yang mengalami kehancuran, sehingga koran tersebut tidak layak digunakan. Oleh sebab itu perlu penanganan khusus guna mencegah kerusakannya dan perlu dilestarikan keberadaannya agar tetap bisa digunakan oleh pemustaka untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.

E. Faktor Penyebab Kerusakan Koran Langka

Bahan pustaka koran langka pada umumnya merupakan bahan yang terbuat dari kertas dan mudah terbakar, mudah sobek, mudah rusak oleh biota seperti jamur, serangga dan binatang pengerat. Pelestarian dan perawatan koran langka di lingkungan perpustakaan merupakan kegiatan yang perlu mendapat

16The Mitchell Archives, Historic Newspaper. Diakses pada pukul20.30 WIB tanggal 5 Juni

2015 dari http://mitchellarchives.com/history

17Backissue Newspapers, Historic Newspaper Archive. Diakses pada pukul 20.25 WIB

tanggal 5 Juni 2015 dari http://www.backissuenewspapers. co.uk/Info/Historic-Newspaper-Archive


(33)

perhatian. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada bahan pustaka khususnya koran langka, pertama harus mengetahui faktor-faktor apa yang biasanya merusak kertas pada koran langka serta mengetahui bagaimana mencegahnya, sehingga buku tidak mudah rusak18. Untuk dapat memberikan perlakuan terhadap bahan pustaka yang tepat, agar terhindar dari kerusakan, perlu memahami beberapa faktor-faktor penyebab kerusakan tersebut, antara lain, sebagai berikut:

1. Faktor Biologi

a. Fungi (Jamur)

Jamur atau fungi adalah tumbuhan yang tidak berklorophyl. Jamur mengambil makanan dari makhluk lain sebagai parasit atau mengambil bahan makanan dari bahan organik mati sebagai saphrophit. Bahan pustaka yang sudah terkena serangan jamur biasanya warna kertasnya berubah menjadi kuning karena memang jamur bisa menyebabkan berubahnya warna kertas, di samping itu jamur bisa menyebabkan kertas lengket satu dengan yang lain sehingga halaman buku tersebut tidak bisa dibuka, jika hal ini dipaksa besar kemungkinan kertas tersebut akan robek sehingga bahan pustaka tersebut menjadi rusak. Jamur juga memproduksi beberapa macam asam organic, seperti: asam oksalat, asam fumorik dan asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi cepat rapuh.19

18 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) h.121

19 Muhammadin Razak. Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,


(34)

b. Serangga dan binatang pengerat

Adapun perusak utama bahan pustaka yaitu binatang-binatang yang hidup pada daerah tropik dan subtropik serta memiliki kombinasi suhu dan kelembaban yang sangat cocok bagi kehidupannya layaknya rayap, kecoa, kutu buku, silver fish, dan lain-lain. Tikus merupakan binatang pengerat yang suka merusak buku, terutama buku-buku yang tertumpuk, apalagi di tempat gelap.

1) Kecoa

Kecoa merupakan binatang yang sering terdapat di luar atau di dalam rumah atau perpustakaan. Tempat-tempat ini bagi mereka merupakan tempat yang memiliki banyak makanan, dan bisa juga dijadikan sarang oleh mereka. Struktur tubuh kecoa adalah merupakan hal yang paling membedakan kecoa dengan makhluk serangga lainnya.

2) Rayap

Rayap adalah serangga yang sangat berbahaya terutama dapat merusak bahan pustaka yang mengandung sellusoa di daerah tropis maupun subtropis. Rayap merupakan jenis serangga yang tidak asing lagi. Keberadaannya sangat menyeramkan dan dengan gerakan komunitasnya dapat meruntuhkan sebuah bangunan atau gedung. Serangga ini berukuran kecil struktur tubuhnya lunak serta berwarna pucat (tidak berwarna putih), tampak seperti semut, dan hidupnya


(35)

berkelompok dengan sistem kasta yang berkembang sempurna.20 Tiap koloni terdiri dari raja, ratu, dan pekerja.

3) Kutu Buku

Kutu buku disebut juga psocids, panjangnya sekitar 1-2 mm dan tidak berwarna sehingga tidak kelihatan. Hama ini sangat kecil sehingga disebut juga kutu debu (dust lice), kebanyakan tidak bersayap. Kepalanya cukup besar dan memiliki rahang bawah yang cukup kuat. Kutu buku betina dapat bertelur sekitar 20 sampai 100 butir terletak secara tersebar. Serangga ini sering menyerang buku terutama bagian punggung buku dan pinggirnya, serta mengikis permukaan kertas sehingga huruf-hurufnya dapat hilang21. Makanan utama yang paling disukai oleh kutu buku adalah perekat, glue, dan kertas-kertas yang ditumbuhi jamur. Biasanya kehadiran kutu buku dapat diketahui dari telur yang ditinggalkan atau sisa bangkai yang menempel di dekat jilidan atau bagian pada kertas.

4) Tikus

Hewan ini tidak hanya berbahaya bagi para petani pemilik ladang dan sawah, tetapi juga bagi rumah dan perpustakaan. Ada berbagai jenis tikus, tapi tidak semua jenis tikus dikenal sebagai perusak kertas. Adapun yang dikenal sebagai perusak buku adalah jenis-jenis berikut ini :

20Ibid h.6

21Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka,


(36)

a) Tikus rumah, jenis ini terbagi dua, yaitu tikus bertubuh besar dan tikus bertubuh kecil.

b) Tikus sawah, jenis ini memang hidupnya di sawah tetapi apabila telah masuk ke dalam rumah atau perpustakaan dapat menimbulkan bahaya seperti yang diakibatkan oleh tikus rumah.

c) Tikus parit, tikus ini sering hidup di dalam parit-parit atau di dalam got dan sering membuat sarang di bawah fondasi rumah serta jarang mendatangkan bahaya langsung terhadap kertas. Binatang ini biasanya memakan kertas-kertas yang disimpan dalam gudang dan kadang-kadang kertas disobek-sobek dan dikumpulkan untuk dijadikan sarang22.

2. Faktor Fisika

Selain faktor biologi, seperti: serangga, jamur, dan binatang pengerat dan sebagainya, masih ada faktor lain yang tidak kalah hebatnya dalam merusak bahan pustaka yaitu faktor fisika di antaranya adalah :

a. Debu

Debu termasuk partikel zat yang paling ringan dan mudah diterbangkan oleh angin dan dapat masuk ke dalam perpustakaan melalui pintu, jendela atau melalui lubang angin pada tembok. Dalam keadaan lembab, debu yang melekat pada buku biasanya dapat menyebabkan buku ditumbuhi jamur sehingga buku cepat rusak dan rapuh. Untuk merawat buku agar terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dengan cara menjaga

22 Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992. h.24


(37)

kebersihan yang berarti dalam ruangan penyimpanan harus bebas dari debu dan kotoran. Suatu program pembersihan yang teratur dan terus-menerus harus diselenggarakan.23

b. Suhu dan Kelembaban

Bahan pustaka yang berupa kertas sangatlah rawan rusak akibat suhu yang terlalu tinggi. Indonesia merupakan negara tropis, yang kelembaban udaranya relatif tinggi pada musim hujan. Kombinasi antara kelembaban yang tinggi dengan suhu yang tinggi akan menyuburkan pertumbuhan jamur dan serangga. Jika kelembaban udara terlalu tinggi akan menyebabkan tinta yang larut dalam air menyebar dan kertas pada buku akan saling menempel yang akan sulit dilepas pada saat kering. Sebaliknya jika kelembaban udara terlalu rendah, menyebabkan kertas menjadi kering, dan sampul yang terbuat dari kulit akan keriput. Perubahan suhu pada saat kertas mengandung banyak air inilah yang menyebabkan struktur kertas menjadi.24

c. Cahaya

Didalam perpustakaan cahaya sangat berguna sebagai sumber penerangan ruangan, terutama untuk pemustaka ketika membaca di perpustakaan. Namun intensitas cahaya sangat mempengaruhi mikroorganisme dan radiasi UV, dalam kisaran 3100-4000A merangsang pembentukan konidia beberapa spesies jamur, misalnya: pada Alternaria,

23Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka.Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990. h.11

24 Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo, 2007. h.92


(38)

Aureobasidium, Fusarium.25 Semakin lama kertas terkena cahaya, kertas tersebut akan kepanasan dan rusak serta berubah warna menjadi kuning dan rapuh akhirnya rusak. Oleh sebab itu hindarilah sinar ultra violet (sinar matahari) yang langsung masuk ke dalam perpustakaan guna menhindari kerusakan buku. Bahan yang terbuat dari selulosa seperti kertas dapat rusak oleh pengaruh cahaya terutama cahaya matahari.

3. Faktor Kimia

Terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis menyebabkan susunan kertas yang terdiri atas senyawa-senyawa kimia itu akan terurai. Oksidasi pada kertas yang terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan jumlah gugusan karbonat dan korboksil bertambah dan diikuti dengan memudarnya warna kertas. Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H2O). Reaksi hidrolisis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat. Akibatnya, kekuatan kertas berkurang dan kertas menjadi rapuh. Kandungan asam dalam kertas akan mempercepat kerusakan kertas karena asam akan mempercepat reaksi

hidrolisis. Tinta merupakan salah satu sumber terbentuknya asam pada

kertas, karena tinta dibuat dengan mencampurkan asam tanat dan garam besi, serta ditambah dengan asam sulfat atau asam hidroklorida agar tetesan dapat melekat dengan baik. Selain itu, sumber keasaman dapat juga berasal dari udara karena sifat kertas yang mudah menyerap gas-gas seperti ; sulfur

25 Muhammadin Razak. Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1998. h.21


(39)

dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) karbondioksida (CO2) dan gas-gas lain seperti ozon.26

4. Faktor Manusia dan Faktor Lainnya

Selain serangga maupun binatang pengerat, penyebab rusaknya bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor fisika dan kima, ada lagi faktor lain yang tidak kalah hebatnya dalam hal merusak bahan pustaka. Berikut beberapa di antaranya:

a. Manusia

Manusia sebagai pengguna perpustakaan adalah sahabat dari bahan pustaka, namun adakalanya manusia dapat menjadi musuh yang setia bagi bahan pustaka. Kerusakan yang dilakukan oleh manusia terhadap bahan pustaka yaitu kerusakan yang disengaja maupun tidak disengaja. Maka manusia dapat pula digolongkan sebagai musuh bahan pustaka dan arsip. Buku dapat rusak karena pemakaian yang berlebihan atau kebiasaan buruk sewaktu memakainya.27. Terkadang pengguna perpustakaan sengaja atau tidak disengaja, membuat lipatan sebagai tanda batas baca buku, terkadang merobek kertas dan lebih parahnya mencoret-coret buku tersebut. Namun kerusakan bahan pustaka cenderung justru disebabkan oleh pustakawan sendiri yang setiap harinya kontak langsung dengan buku, biasanya pustakawan harus tahu bagaimana mengambil buku di rak, atau menempatkan buku kembali ke

26 Karmidi Martoatmojo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. h.46

27Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006.


(40)

rak. Di dalam rak buku tidak boleh diisi terlalu penuh, dan tidak boleh dipaksakan bila sudah padat cukup 80 persen saja.28 Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi faktor yang sangat dominan dalam merusak bahan pustaka ialah faktor manusia itu sendiri. Jika para pemustaka meminjam buku hendaknya disertai dengan tanggung jawab yang tinggi, seperti: tidak merusak, mencoret, maupun mengotori buku tersebut. Apabila buku yang dipinjam hilang, maka harus diberikan sanksi yang tegas atau menggantinya dengan buku yang sama dan sejenis.

b. Bencana Alam

Bencana alam adalah salah satu faktor penyebab rusaknya bahan pustaka. Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, atau kebakaran dapat mengakibatkan kerusakan koleksi bahan pustaka dalam jumlah yang sangat banyak dan terjadi secara seketika. Meskipun bencana alam tidak terjadi secara periodik, namun hal ini perlu diantisipasi sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kerusakan yang terjadi akibat kebanjiran akan menimbulkan noda dan kotoran sehingga jamur dapat berkembang biak dan berakar di sela-sela serat kertas29. Demikian pula bahaya api (kebakaran) sangat berbahaya, api dapat merusak bahan pustaka, bahkan memusnahkannya. Untuk mencegah kerusakan-kerusakan yang lebih parah lagi perlu adanya suatu tindakan preventif, seperti :

28 Karmidi Martoatmojo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. h.47

29 Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo, 2007. h.95


(41)

1. Kabel listrik harus diperiksa secara berkala, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti arus pendek dan konsleting.

2. Bahan yang mudah terbakar seperti varnish dan bahan-bahan kimia yang mudah menguap harus diletakkan di luar bangunan utama. 3. Larangan keras merokok di dalam atau di luar bangunan gedung. 4. Alarm seperti smoke detector harus dipasang di tempat yang strategis

untuk mengetahui dengan cepat adanya kebakaran. Dan fungsi alat ini harus diperiksa secara berkala.

5. Pemakaian peralatan listrik harus hati-hati dan terkontrol.

6. Alat-alat pemadam api harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau. Alat pemadam ini harus diganti kembali bila sudah habis masa berlakunya. Pemadam api yang baik untuk ruangan yang di dalamnya terdapat benda-benda organik, seperti kertas adalah tipe pemadam api kering seperti CO2 (karbondioksida).

c. Air

Walaupun kemungkinan kecil bahan pustaka akan terkena air, ada baiknya mewaspadai bahaya bila kertas terkena air, air dapat meningkatkan prosentase kelembaban di dalam ruangan perpustakaan, sehingga buku dan bahan pustaka lainnya dapat menjadi lembab dan mudah terserang jamur atau hama lainnya. Faktor ini dapat ditimbulkan berbagai sebab, misalnya: atap genting perpustakaan yang bocor, ataupun terkena musibah banjir, air buangan pipa pemanasan sentral, alat pendingin udara, rembesan dinding, jendela terbuka dan sebagainya.


(42)

d. Api

Api bagi manusia mempunyai dua sifat yaitu menguntungkan dan merugikan. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari ibu rumah tangga, api sangat berguna untuk aktifitas memasak. Api dianggap merugikan apabila adanya kelalaian dalam penggunaannya, salah satu akibatnya yaitu menimbulkan kebakaran. Dalam dunia perpustakaan, api juga merupakan bahaya utama. Banyak koleksi bahan pustaka berharga dan fasilitas perpustakaan yang tidak murah harganya mengalami kerusakan berat atau bahkan kepunahan dikarenakan kebakaran. Perlindungan terhadap bahaya ini bisa dicegah dengan dimulai dari desain arsitek dan perbaikan bahan bangunan. Segi-segi desain seperti ruangan terbuka yang luas, tangga yang dapat menjadi cerobong penyebaran api perlu dihindari.30

F. Usaha Pencegahan Kerusakan Koleksi Koran Langka

Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang dilakukan sejak dini merupakan tindakan yang lebih baik daripada melakukan perbaikan bahan pustaka yang telah parah keadaannya. Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh beberapa faktor yang sudah disebutkan di atas dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

30 Durea J.M dan D.W.G Clement, Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka.Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990. h.14


(43)

1. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Biologi

Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologi biasanya disebabkan oleh jamur, serangga dan binatang pengerat. Kerusakan tersebut dapat diatasi dengan dengan cara:

a. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh jamur

Pada umumnya pemustaka tidak begitu mengetahui bahwa jamur adalah salah satu faktor perusak bahan pustaka. Akan tetapi hal ini hanya diketahui oleh para pustakawan, terutama yang pernah mempelajari ilmu pelestarian bahan pustaka. Ada beberapa hal utama yang perlu diperhatikan dalam usaha pencegahan kehadiran jamur, yaitu melakukan pemeriksaan dalam kelembaban ruangan atau tempat penyimpanan bahan pustaka, pemberian obat anti jamur pada sampul buku, menjaga kebersihan buku dari kotoran, menjaga bahan pustaka dari kehadiran debu, tidak menggunakan perekat yang mengandung omlyum untuk menjilid, sebaiknya untuk menjilid digunakan bahan sistesis seperti polyvinyl acetat dan suhu ruangan diatur sedemikian rupa sehingga jamur tidak berkembang biak di dalam buku.31

b. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh serangga

Jenis serangga, seperti: kecoa, kutu buku, dan ikan perak sangat berbahaya bagi kelestarian bahan pustaka. Jika dibiarkan maka kerusakan yang fatal akan terjadi bila tidak ditindak lanjuti. Pemberantasan dan pencegahan yang dilakukan terhadap

31Lasa, Hs, Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta:Pinus Book Publisher, 2007.


(44)

kemungkinan rusaknya bahan pustaka karena serangga tersebut dilakukan melalui penyemprotan dengan menggunakan bahan insektisidan (bahan pembasmi serangga), penggunaan sistem pengumpanan, penuangan larutan racun ke dalam lubang, dan penaburan kapur barus pada rak-rak buku secara berkala.32

c. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh binatang pengerat

Binatang pengerat seperti tikus adalah jenis hewan yang habitatnya di tempat gelap dan kotor. Usaha pembasmian yang umum dilakukan ialah memasang perangkap serta meracuninya dengan obat-obat tertentu, namun cara tersebut belum menjamin. Pencegahan dan pembasmian tikus dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut: melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap gedung perpustakaan: kotoran atau sisa-sisa makanan sebaiknya cepat-cepat dibersihkan agar tidak mengundang datangnya hewan tersebut. menerapkan sistem emposan yaitu memasang petasan berisi gas beracun di dalam lubang tikus yang terdapat di sekeliling tempat penyimpanan bahan pustaka.33

32Suwija, Nyoman, Laporan Penelitian: Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Udayana. Denpasar: Universitas Undaya, 1995. h.33

33 Karmidi Martoatmojo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. h.70


(45)

2. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Fisika

a. Pengendalian temperatur dan kelembaban

Temperatur dan kelembaban yang ideal bagi bahan pustaka dan arsip adalah 20-240 C. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kondisi yang ideal adalah memasang suhu pengatur udara (AC) 24 jam selama 7 hari dalam seminggu. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan masalah, karena tidak semua perpustakaan dapat memasang AC selama 24 jam, mengingat biaya operasioanalnya besar. Jika AC dipasang hanya setengah hari saja, maka kelembaban akan berubah-ubah. Untuk mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh temperatur dan kelembaban udara adalah dengan membuat ventilasi yang sempurna. Jika terjadi kelembaban udara yang tinggi, dapat diturunkan dengan

dehumidifier atau silicagel34. Dehumidifier digunakan untuk

menurunkan kelembaban udara dalam ruangan tertutup sedangkan

silicagel untuk menurunkan kelembaban udara dalam lemari atau

filing cabinet.

b. Perbaikan sistem pencahayaan

Ada dua macam cahaya yang digunakan untuk penerangan perpustakaan, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Dalam cahaya ini mengandung sinar ultraviolet yang dapat merusak bahan pustaka. Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan, baik yang

34Santoso Outomo. “Kerusakan Karena Faktor Lingkungan dan Cara Penanggulangannya.” Materi Lokarya Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Dilaksanakan


(46)

langsung atau pantulan harus dihalangi dengan gorden atau disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi ultraviolet.

3. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Kimia

Sumber keasamaan yang berasal dari dalam kertas antara lain residu bahan-bahan kimia yang digunakan pada waktu pembuatan kertas serta tinta sebagai alat tulis ternyata juga mengandung asam, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada kertas. Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan dan perbaikan yang telah mengalami kerusakan, seperti menetralkan asam yang terkandung dalam kertas dengan deasidifikasi atau memberi bahan penahan buffer35. Cara lainnya yaitu menyimpan dan menata kertas dan buku dalam lemari kaca atau untuk kertas lembaran disimpan dalam kotak-kotak karton bebas asam, dan dengan memilih bahan pustaka yang baik dengan teliti perlu dilihat jelas jenis kertas dan tulisan.

4. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Manusia dan faktor Lainnya

a. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh manusia

Kerusakan bahan pustaka tidak hanya dirusak oleh faktor biota, fisika dan faktor lainnya. Manusia merupakan perusak utama yang sangat berbahaya dan hal ini tidak disadari oleh pemustaka maupun

35 Eva Maftuhah. Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. h.30-31.


(47)

pustakawan. Kerusakan yang bisa dihindari, antara lain: hendaknya dalam mengambil buku di rak harus berhati-hati, memberi peringatan tegas dilarang membawa makanan serta minuman ke dalam perpustakaan, dilarang mencoret-coret atau melipat buku secara sembarangan, memberikan sanksi berupa denda kepada peminjam yang menyebabkan buku rusak sehingga mendidik para peminjam buku, serta perlu diadakan pemeriksaan keutuhan bahan pustaka secara berkala dan hendaknya dipasang peraturan penggunaan buku.36 Beberapa jalan keluar untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia, misalnya: memberi saran tentang perbaikan mutu kertas kepada pabrik kertas, memberi penyuluhan kepada staf perpustakaan, penyempurnaan teknik penjilidian dan membatasi penggunaan bahan pustaka yang langka dan bernilai tinggi.

b. Mencegah kerusakan oleh faktor lain

Pada hakikatnya faktor lain seperti bencana alam bukanlah faktor yang utama yang dapat menyebabkan rusaknya bahan pustaka, namun perlu diantisipasi terjadinya hal tersebut. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan: kesiapan menghadapi bencana alam bermula dari perencanaan yang matang terhadap lokasi perpustakaan, artinya bahwa gedung perpustakaan tidak didirikan pada tempat yang berpotensi selalu banjir, lingkungan perumahan yang padat, terhindar dari jangkauan letusan gunung berapi disamping itu pula hindari

36 Penentuan Skala Prioritas Dalam Pelestarian Bahan Pustaka.” Kongres VII Ikatan

Pustakawan Indonesia dan Seminar Ilmiah Nasional. Tanggal 20-23 November 1995. Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Pustakawan Indonesia, 1995, h. 6.


(48)

mendirikan perpustakaan yang letaknya dekat dari bibir pantai. Untuk mencegah terjadinya kebakaran dapat diambil tindakan, seperti: periksa jaringan kabel listrik terhadap gedung secara berkala, siapkan alat pemadam kebakaran, dilarang merokok di ruang perpustakaan serta siapkan sirene dan smoke detector di setiap ruang perpustakaan.37

G. Usaha Perbaikan Koleksi Koran Langka

Banyak bahan pustaka khususnya koran yang rusak karena usia, pemakaian, salah urus, pengaruh lingkungan, dimakan serangga, dan lain sebagainya memerlukan tindakan-tindakan perbaikan. Tugas ini meliputi :

1. Menambal dan Menyambung Kertas

Salah satu upaya untuk memperbaiki bahan pustaka yang rusak yaitu menambal dan menyambung kertas. Kegiatan ini bermanfaat untuk mengisi lubang-lubang, dan bagian-bagian yang dihilangkan pada kertas atau menyatukan kembali kertas yang sudah robek akibat macam-macam faktor perusak.38 Kerusakan tersebut dapat diperbaiki dengan cara menambalnya. Ada dua jenis penambalan bahan pustaka diantaranya yaitu penambalan kertas yang berlubang dan penambalan kertas karena robek.

37 Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. h.78-79

38Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 50.


(49)

Kertas berlubang yang disebabkan oleh larva kutu buku, jika terlalu parah dapat dilakukan dengan menutup lubang-lubang tersebut dengan bubur kertas. Sedangkan penambalan kertas yang robek dapat dilakukan dengan cara penambalan menggunakan kertas Jepang (sejenis kertas untuk laminasi), dan penambalan kertas dengan tisu (heat tissue

paper). Menambal dengan kertas Jepang dilakukan jika ada halaman

buku yang robek, baik robeknya lurus maupun tidak lurus. Sedangkan menambal dengan kertas tisu (heat tissue paper), apabila kertas yang

diperbaiki mengkilap. Kertas tisu ini tampilannya sudah “nerawang” ada lemnya dan hanya dapat menempel jika dipanasi.39 Kertas tisu (heat

tissue paper) ini sudah tidak digunakan lagi, karena mengandung

keasaman yang sangat tinggi. Kertas yang umumnya sekarang adalah kertas tisu washi (dari Jepang) atau kertas buatan tangan (handmade

paper), dari Indonesia daluang yang kini sudah dapat diproduksi dalam

negeri. 2.Fumigasi

Untuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan yang disebabkan oleh jamur dan serangga, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan preventif dan tindakan pembasmian. Tindakan preventif untuk mencegah serangan jamur dan serangga adalah pengendalian kondisi lingkungan. Kelembaban udara yang stabil, sirkulasi udara yang sempurna, cahaya yang cukup dan sering dilakukan inspeksi, maka jamur dan serangga tidak akan menyerang bahan pustaka.

39Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. h.53.


(50)

“Fumigasi adalah suatu upaya melakukan tindakan untuk

mencegah kerusakan bahan pustaka dari serangga yang dilakukan dengan beberapa cara, seperti memberikan obat dengan menyuntikkannya ke dalam tanah dibawah gedung, atau menaruh di ruang perpustakaan yang tertutup rapat selama beberapa hari

agar serangga tersebut mati.”40

Fumigasi merupakan tindakan pengasapan yang bertujuan mecegah, mengobati, dan mensterilkan bahan pustaka. Atau tindakan yang dilakukan supaya kerusakan lebih lanjut dapat dihindari, selain itu dapat dapat membunuh serangga, kuman dan sejenisnya yang telah menyerang dan merusak bahan pustaka, dan mensterilkan keadaan seperti menghilangkan bau busuk yang timbul dari bahan pustaka, dan menyegarkan udara yang bias menimbulkan ganggua ataupun penyakit.41 3.Laminasi

Laminasi adalah melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet. Proses keasaman yang terjadi pada kertas atau bahan pustaka dapat dihentikan oleh pelapis bahan pustaka yang terdiri dari film oplas, kertas cromtom, atau kertas pelapis lainnya. Pelapis bahan pustaka ini menahan polusi atau debu yang menempel di bahan pustaka sehingga tidak beroksidasi dengan polutan. Proses laminasi biasanya digunakan untuk kertas-kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara lain misalnya seperti menambal, menjilid, menyambung dan sebagainya. Biasanya kertas atau bahan pustaka yang dilaminasi adalah yang sudah tua dan berwarna kuning cokelat.

40 Sutarno NS. Kamus Perpustakaan dan Informasi (Jakarta: Jala Permata, 2008), h. 50. 41Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 39.


(51)

“Laminasi berarti menutup satu lembar kertas atau dokumen diantara dua lembar bahan penguat. Cara tersebut cocok dan tepat apabila dipergunakan untuk kertas-kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara-cara lain seperti menambal, menyambung, penjilidan, dan sebagainya, dengan demikian kertas menjadi lebih awet.”42

Untuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan yang disebabkan oleh proses keasaman pada kertas, Setelah kertas dihilangkan atau dikurangi sifat asamnya, maka untuk memperpanjang umur bahan pustaka perlu diadakan pelapisan atau laminasi, terutama bahan pustaka yang lapuk atau robek sehingga menjadi tampak kuat atau utuh kembali. Oleh karena itu pelaksanaan laminasi adalah cara yang efektif untuk melindungi bahan pustaka agar lebih awet.

4.Enkapsulasi

Menurut Muhammadin Razak dalam buku Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip memberi pengertian enkapsulasi bahwa:

“Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menggunakan bahan pelindung untuk menghindarkan dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, rusak karena pengaruh asam, polusi udara, berlubang arena dimakan serangga, kesalahan penyimpanan atau salah dalam pemakaian seperti menggulung atau melipat atau rusak karena terlalu sering mengalami kerusakan kecil pada bagian pinggirnya lebih baik di enkapsulasi, karena untuk menambal

kerusakan itu akan menghabiskan waktu yang terlalu lama.”43

Jenis-jenis kertas yang dienkapsulasi adalah jenis kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, bahan cetakan atau poster. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menempatkannya diantara dua lembar plastik yang transparan, jadi tulisannya tetap bisa

42Ibid. h.58. 43Ibid. h.56


(52)

dibaca dari luar. Pinggiran plastik tersebut ditempeli lem dari double

sided tape 3M, sehingga kertas tidak terlepas. Yang harus diperhatikan

dalam pelaksanaan enkapsulasi bahwa dokumen kertas harus bersih, kering dan bebas asam (sudah di deasidifikasi), dan perekat pada callotape 3M tidak boleh menyentuh dokumen, dokumen yang di enkapsulasi harus dapat dibuka kembali jika diperlukan.44

5.Deasidifikasi

Deasidifikasi adalah cara untuk menetralkan asam yang sedang merusak kertas dan memberi bahan penahan (buffer) untuk melindungi kertas dari pengaruh asam yang berasal dariluar. Asam pada kertas dapat dinetralkan dengan basa, kedua zat ini dapat bereaksi menghasilkan garam netral. Garam ini nanti yang akan bertindak sebagai buffer untuk melindungi kertas dari kerusakan lebih lanjut. Deasidifikasi tidak dapat memperkuat kertas yang sudah rapuh oleh pengaruh asam, cara ini hanya dapat menghilangkan asam yang sudah ada dan melindungi kertas dari kontaminasi asam.

Alat-alat yang diperlukan untuk menentukan sifat asam atau basa suatu bahan, dengan mengukur derajat keasaman yang disingkat pH. Asam mempunyai pH antara lain 0-7 dan basa antara 7-14, pH 7 adalah netral atau normal. Jika pH kertas lebih dari 7, berarti kertas tersebut bersifat asam, jika pH kertas berada antara 4-5, ini menunjukkan kertas itu sudah parah.

44Ahmad Nawawi. Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Kementrian

Pekerjaan Umum. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. h. 47


(53)

Untuk mengetahui tingkat keasaman pada kertas, satu titik pada kertas dibasahi dengan air suling. Kemudian pH nya diukur dengan pH meter atau kertas pH.45 Selain itu ada cara lain yaitu dengan menggunakan spidol pH adalah dengan menggoreskan spidol tersebut pada kertas di buku, kemudian kiat akan melihat perubahan warnanya. Selanjutnya kita ukur dengan menggunakan ukuran warna yang menunjukkan tingkat keasamannya, namun cara ini tentunya kurang baik, karena akan meninggalkan bekas goresan pada kertas atau buku.46 6.Alih Media

Untuk mengatasi kekurangan ruangan atau tempat di Perpustakaan dan juga melestarikan informasi dari buku-buku yang sudah hampir rusak atau berpotensi rusak, maka diperlukan alih bentuk dokumen. Cara perawatan dengan ahli bentuk yaitu pada buku yang telah rapuh. Dan kandungan/isi buku itu sangat berharga, namun buku itu hanya ada satu copy, sedangkan di pasaran sudah tidak mungkin didapatkan seperti buku-buku langka, Undang-Undang Dasar naskah asli, dan lain-lain yang bernilai sejarah. Maka menyelamatkannya dapat dengan cara Alih Media.47

Pelestarian koleksi perpustakaan melalui pengalihan ke dalam bentuk mikrofilm ataupun CD bertujuan selain untuk penyelamatan,

45Muhammad Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustakan dan Arsip, 1992), h.43.

46Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka. 1999. h.105

47Muhammad Djuhro. Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002), h. 16.


(54)

pengamatan, juga ternyata dapat menghemat tempat, waktu dan tenaga, menghemat biaya pemeliharaan dan penyebaran, serta mempermudah pencarian kembali.48 Alih bentuk yang paling terkenal adalah mikrofilm. Mikrofilm ini merupakan bentuk lain dari bahan tercetak seperti buku, majalah, atau surat kabar. Bentuk mikro dapat berupa gulungan mikrofilm, mikrofis, aperture card, ultrafis, dan mikropaque.

7.Penjilidan

Penjilidan adalah menggabungkan lembaran-lembaran kertas yang lepas menjadi satu, yang dilindungi dengan ban atau sampul.49 Buku merupakan tumpukan kertas yang berstruktur saling terikat satu sama lain. Struktur buku terdiri atas : segi, foredge, kertas hujungan, badan buku, papan jilidan, ikatan timbul, groove, tulang pita kapital dan sebagainya. Agar srtuktur itu tidak lepas dengan satu sama lainnya, maka buku perlu dijilid.50

Perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan penjilidan meliputi pisau, palu, pelubang, gunting, tulang pelipat, penggaris besi, kuas, gergaji, jarum, benang, pengepres, pemidang jahit, mesin potong dan sebagainya. Sedangkan bahan untuk jilidannya yaitu kertas, kain linen, perekat, benang dan kawat jahit.

48Tjetjep S. Surialaga,dkk. “Pelestarian Koleksi Perpustakaan”, Jurnal Perpustakaan

Pertanian, Vol.II no.2 (2002), h.56.

49Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustakan dan Arsip, 1992), h.39.

50Sholiatalhanin. “pelestarian (Preservation) Bahan Pustaka di Perpustakaan”. http://testiani170885.wordpress.com/2009/05/11/pelestarian-preservation-bahan-pustaka-di-perpustakaan. (Diakses pada tanggal 17 Maret 2015 jam 12.00 WIB).


(55)

H.Kendala Pelestarian Bahan Pustaka

Semua kegiatan pelestarian bahan pustaka tentunya selalu dihadapkan pada berbagai macam permasalahan serta kendala yang dihadapi dalam melakukan pelestarian bahan pustaka. Karena usaha perawatan atau pelestarian bahan pustaka di Indonesia dilihat masih kurang mendapat perhatian, maka perlu dilakukan usaha pelestarian tersebut sebaik mungkin, terlebih lagi dengan kondisi iklim tropis di Indonesia yang tidak menguntungkan bagi pelestarian bahan pustaka.

Kendala-kendala yang dihadapi perpustakaan dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka diantaranya adalah:

1. Masih kurangnya tenaga pelestarian di Indonesia.

2. Administrator belum memahami konsepsi pelestarian.

3. Praktek pelestarian yang sering salah.

4. Mutu kertas yang masih seadanya.

5. Dana yang terbatas untuk pelestarian bahan pustaka.

6. Masih sedikitnya referensi untuk kegiatan pelestarian bahan pustaka.

7. Kondisi ruang koleksi pada umumnya kurang memadai.

8. Belum adanya kebijakan dalam pelestarian.51

I. Penelitian Terdahulu

Sebelum mengadakan penelitian ini, terlebih dahulu penulis melakukan tinjauan pustaka untuk melihat dan mencari judul skripsi yang ada di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Penulis menemukan ada satu skripsi yang membahas tema serupa, yaitu :

“Pelaksanaan Fumigasi pada Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia sebagai upaya pelestarian bahan pustaka”, yang disusun oleh

Zulfachri Tribuana Said / 108025000009 Fakultas Adab dan Humaniora,

51Blasius Sudarsono. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006.


(56)

Jurusan Ilmu Perpustakaan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012. Skripsi tersebut membahas mengenai pelaksanaan fumigasi yang dilakukan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Tujuan dari skripsi ini adalah Untuk mengetahui kebijakan pelaksanaan kegiatan fumigasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, untuk mengetahui teknik pelaksanaan kegiatan fumigasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, untuk mengetahui bahan fumigant yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan fumigasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam kegiatan fumigasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

“Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Departemen

Pekerjaan Umum”, yang disusun oleh Subhana Nurhidayat / 0704130458

Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, tahun 2008. Skripsi tersebut membahas mengenai kondisi fisik buku langka di Perpustakaan Perpustakaan Departemen Pekerjaan Umum, menjelaskan faktor-faktor penyebab dan jenis kerusakan koleksi buku langka yang ditemui, menjelaskan kendala serta cara-cara yang dilakukan untuk pelestarian koleksi buku langka di Perpustakaan Perpustakaan Departemen Pekerjaan Umum.

Penelitian yang berjudul “Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia” oleh Eva Maftuhah, tahun 2011

yang bertujuan untuk : Mengetahui kebijakan PNRI dalam hal pelestarian buku langka, untuk mengetahui usaha-usaha pencegahan yang dilakukan PNRI agar buku langka tidak cepat mengalami kerusakan, untuk mengetahui


(57)

kendala-kendala apa saja yang dihadapi PNRI dalam melestarikan buku langka.

Penelitian ini berjenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pelestarian koleksi buku langka di PNRI seperti usaha pencegahan dan perbaikan terhadap buku langka telah berjalan dengan baik. Namun PNRI belum memiliki kebijakan tertulis tentang pelestarian bahan pustaka. Kendala yang dihadapi yaitu kurangnya dana atau anggaran, kurangnya sumber daya manusia yang bekerja langsung memperbaiki buku langka yang rusak, kurangnya komunikasi antara bidang konservasi dengan bagian penyimpanan buku langka, serta peralatan yang mudah mengalami kerusakan dan system computer yang mudah terkena virus.

Perbedaan penelitian yang penulis lakukan adalah penulis tidak meneliti mengenai pelestarian koleksi buku langka seperti yang di paparkan diatas. Penelitian yang penulis lakukan lebih mengarah kepada pelestarian yang difokuskan pada kegiatan pelestarian koran langka ditinjau dari teknis pelaksaan dan kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelestarian koran langka. Akan tetapi tempat penelitian yang diteliti sama dengan penulis yaitu di Perpustakaan Nasional Repunlik Indonesia. Sedangkan metode penelitian yang digunakan sama yaitu bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Dari pernyataan peneliti-peneliti sebelumnya yang dijelaskan diatas secara garis besar memiliki persamaan penelitian yang dilakukan penulis yaitu membahas tentang pelestarian bahan pustaka, teknik pelaksanaan, dan kendala-kendalanya. Selain itu penelitian tersebut mempunyai kesamaan


(1)

kertas, Non woven sheet, mesin leaf casting, mesin press electric hidrolik, dan masih banyak lainnya.

10.Pertimbangan apa yang dilakukan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam melakukan penjilidan? Alat apa saja yang digunakan dalam penjilidan?

Informan : Cecep Nurjanjanti, S.Sos

Jawab : Lagkah pertama yaitu melakukan identifikasi buku, apakah bahan pustaka tersebut masih bisa dijilid atau tidak, jika sudah tidak bisa dijilid ulang, maka dibuatkan portopel, kotak atau selubung. kegiatan menjilid dilakukan untuk memperbaiki bahan pustaka yang kebanyakan usianya sudah tua dan mengalami kerusakan isi buku, lem atau jahitan yang lepas, dan sampul yang sudah rusak. Kegiatan menjilid ini dilakukan pada proses akhir setelah bahan pustaka mengalami perbaikan-perbaikan. Alat-alat yang diperlukan dalam proses penjilidan ini seperti mesin potong, alat pres, jarum, benang, gunting, kain linen, lem dan pisau cutter.

11.Apakah koran langka perlu dialih mediakan? Informan : Pak Jamiat Wirta

Jawab : di Perpustakaan Nasional, surat kabar itu sudah pasti wajib dialih mediakan, karena sifat bahan pustakanya tidak ada lagi, kalau tidak dilestarikan atau dialih mediakan informasinya akan ikut hilang. Maka dari itu wajib dilestarikan dalam bentuk alih media atau pun dalam bentuk konservasi.

12.Berapa jumlah koran langka yang dilestarikan pertahun? Informan : Pak Jamiat Wirta

Jawab : Pada Bidang Bidang Alih Media memiliki target 750 Roll atau sekitar ratusan ribu halaman koran langka pertahun.

13.Bagaimana proses untuk mengalih mediakan koran langka? Alat apa saja yang digunakan untuk mengalih mediakan koran langka dalam bentuk digital?

Informan : Pak Jamiat Wirta

Jawab : Langkah pertama kita survei kondisi, kita memilih surat kabar yang banyak dicari atau dimanfaatkan oleh Pemustaka. Setelah hasil survei didapatkan


(2)

kita akan membuat daftar bibliografi dari bahan pustaka tersebut dan melaksanakan pemotretan.

14.Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kerusakan pada Koran Langka? Informan : Cecep Nurjanjanti, S.Sos

Jawab : Ada dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal, yang pertama faktor internal yaitu kebanyakan koran langka memliki segi kualitas kertas yang buruk. Kemudian faktor eksternal yaitu dari segi lingkungan, misalnya bisa temperatur, kelembaban, cahaya, debu. Dari segi faktor Manusia yaitu salah dalam pengerjaan, tangan jahil, dan tidak hati-hati dalam menggunakan fisik koran langka. Selanjutnya faktor biota atau serangga

15.Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pelestarian koran langka?

Informan : Cecep Nurjanjanti, S.Sos

Jawab : Dari segi SDM yang kurang, selanjutnya bahan yang masih sebagian impor dari luar dan harganya mahal yang tidak sebanding dengan koran yang sekian ratus ribu jumlahnya dengan anggarannya yang sedikit. Jadi kemungkinan untuk melestarikannya sangat sedikit.

16.Solusi apa saja yang tepat untuk menangani kendala-kendala tersebut? Informan : Cecep Nurjanjanti, S.Sos

Jawab : SDM yang harus ikut pelatihan atau kerjasama dengan pihak luar misalnya konsultan supaya bisa membantu, angarannya diperbesar, dan selanjutnya upayakan untuk memudahkan membeli bahan impor supaya diganti dengan bahan yang lokal.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Muhammad Fahmi Rizal, lahir di Tangerang 18 Agustus 1992 putra kedua dari empat bersaudara pasangan bapak H.Agus Salim dan ibu Hj.Rumsini. Menyelesaikan pendidikan di Tigaraksa, antara lain MIN (1997-2003), MTsN 1 (2003-2006), MAN 72 (2006-2009), Setelah tamat MA, penulis diterima di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora. pernah membuat Quite Book berjudul “Aku Suka Apel” bagi anak-anak penyandang difabel. Menjalani PKL selama satu bulan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan laporan yang berjudul “Pengadaan Bahan Pustaka Di Perpustakaan Nasional RI”. Penulis juga pernah KKN bersama regu DETIK 2014, dan bertanggung jawab renovasi Perpustakaan Sekolah MI (Madrasah Ibtidaiyah) Raudlatul Tholibin, Desa Gunung Menyan Kabupaten Bogor. Pernah menjadi regu inti Pramuka MI-MTS, ikut andil Tim Volly unggulan MTsN 1 Tigaraksa, Ketua organisasi JIPMusik (Musik Jurusan Ilmu Perpustakaan) 2014-2015, Pengurus organisasi JIP Adventure 2014-2015, selaku Pengurus Yayasan Pendidikan Islam YABIKA (Yayasan Bina Insan Kamil) Jambe, Tangerang, selain itu juga sebagai Pendiri sekaligus Bendahara organisasi kepemudaan TERAS (Tempat Remaja Beraspirasi) Desa Tapos Tigaraksa, Tangerang.