Karakteristik Ekstrak Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil Asetat secara Kualitatif Menggunakan KLT Hasil Isolasi Senyawa Aktif Antioksidan dengan Kromatografi Kolom

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.3 Hasil Fraksinasi dan Isolasi Kromatografi Kolom II Jumlah Fraksi Fraksi Gabungan Bentuk Fraksi 54 Fraksi FV 1 F. 1-21 Minyak kuning FV 2 F. 22-40 Kristal Putih Panjang FV 3 F. 41-54 Minyak kuning Gambar Hasil uji akivitas antioksidan ekstrak etil asetat secara kualitatif menggunakan KLT dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 4.2 Profil KLT ekstrak etil asetat Ocimum americanum Linn fraksi no 1- 37 kolom 1 sebelum dan sesudah disemprot DPPH 0,04 eluen n-heksan : etil asetat = 65:35 pada sinar biasa dan lampu UV 254 . Setelah disemprot DPPH Sebelum disemprot DPPH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.3 Profil KLT ekstrak etil asetat Ocimum americanum Linn vial no 33- 57 kolom 1 sebelum dan sesudah disemprot DPPH 0,04 eluen n-heksan : etil asetat = 65:35 pada sinar biasa dan lampu UV. Gambar hasil UV sebelum disemprot DPPH Gambar setelah disemprot DPPH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.4 Profil KLT ekstrak etil asetat Ocimum americanum Linn fraksi gabungan kolom 1 sebelum dan sesudah disemprot DPPH eluen n-heksan : etil asetat = 65:35 pada sinar biasa. Gambar 4.5 Profil KLT ekstrak eti asetat Ocimum americanum Linn fraksi no 1- 37 kolom II sebelum dan sesudah disemprot DPPH eluen n-heksan : etil asetat = 65: 35 pada sinar biasa. Sebelum disemprot DPPH Sesudah disemprot DPPH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.6 Profil KLT ekstrak eti asetat Ocimum americanum Linn fraksi no 22- 40 kolom II sebelum dan sesudah disemprot DPPH eluen n-heksan : etil asetat = 65: 35 pada sinar biasa Sesudah di semprot DPPH Sebelum di semprot DPPH Sebelum disemprot dengan DPPH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.7 Profil KLT ekstrak etil asetat Ocimum americanum Linn fraksi no 40- 75 kolom II sebelum dan sesudah disemprot DPPH eluen n-heksan : etil asetat 65:35 pada sinar biasa. 4.4 Hasil Uji Kemurnian Isolat 4.4.1 Hasil Uji Titik Leleh Melting Point Pengujian titik leleh bertujuan untuk mengetahui kemurnian senyawa berdasarkan titik leleh senyawa uji. Senyawa dikatakan murni apabila memiliki titik leleh dengan rentang ±2 C. Hasil pengujian titik leleh dari senyawa fraksi FV 2 menunjukkan jarak leleh antara 144-146 C. Dari hasil tersebut diketahui bahwa jarak antara titik awal senyawa tersebut meleleh hingga meleleh sempurna adalah 2 C, sehingga dapat diindikasikan bahwa isolat telah murni Kamboj, 2011.

4.4.2 Hasil Uji KLT 2 Dimensi Isolat

KLT dua dimensi digunakan untuk menguji kemurnian suatu senyawa dilihat dari bercak yang dihasilkan dengan kromatografi secara dua arah. Senyawa dikatakan murni apabila memiliki bercak tunggal setelah dilakukan pengujian dengan KLT dua dimensi. Hasil KLT 2 dimensi isolat dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Sesudah di semprot DPPH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.8 Hasil KLT 2 dimensi isolat setelah disemprot dengan DPPH 0,04. Hasil KLT dua dimensi dari isolat menunjukkan bercak tunggal dengan nilai Rf 0,571 sehingga dapat diindikasikan bahwa isolat telah murni. 4.5 Hasil Penentuan Struktur Molekul Isolat Murni 4.5.1 Hasil Spektroskopi FTIR Hasil analisa infra merah dari isolat murni, menunjukkan adanya serapan melebar dan kuat pada bilangan gelombang 3370 cm -1 , yang mengindikasikan adanya gugus OH. Selanjutnya terdapat serapan dengan intensitas kuat pada bilangan gelombang 2936-2867 cm -1 yang mengindikasikan adanya gugus CH alifatik, serapan dengan intensitas medium terlihat pada bilangan gelombang 1640 cm -1 yang mengindikasikan adanya gugus karbon dengan ikatan rangkap dua alkena C=C dalam struktur cincin heterosilkil, dan pada bilangan gelombang 1450 cm -1 menunjukkan adanya gugus CH 2 Lampiran 2. Gugus alkena dalam struktur cincin heterosiklik ini diketahui karena umumnya gugus fungsi alkena memiliki frekuensi serapan pada daerah 1640-1670 n-heksan : etil asetat 65:35 Rf 0,571 n-heksan:etil asetat 65:35 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cm -1 , sedangkan frekuensi serapan akan menurun apabila gugus alkena berada di dalam struktur cincin heteroiklik. Dari data spektrum infra merah dapat disimpulkan bahwa senyawa dari fraksi FV 2 memiliki gugus fungsi OH, CH alifatik, dan adanya gugus alkena C=C, kemudian CH 2 . Hasil spektrum FTIR senyawa FV 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.4 Hasil spektrum FTIR isolat murni No. Isolat murni Gugus fungsi 1. 3370 cm -1 OH 2. 2936-2867 cm -1 CH alifatik 3. 1640 cm -1 C=C 4. 1450 cm -1 CH 2

4.5.2 Hasil Nuclear Magnetic Resonance

13 C-NMR Dari data spektrum 13 C-NMR senyawa memperlihatkan 29 sinyal yang mewakili 29 jumlah atom C Lampiran 3. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.5 Data geseran kimia 13 C-NMR isolat murni yang diukur pada Frekuensi 500 MHz dengan pelarut CDCl 3 . Atom C Isolat murni δc ppm 1 37,4 2 31,8 3 72,0 4 42,4 5 140,9 6 121,9 7 32,1 8 31,8 9 50,3 10 36,6 11 21,2 12 39,9 13 42,4 14 56,9 15 24,4 16 28,4 17 56,2 18 12,0 19 19,2 20 39,9 21 21,3 22 138,5 23 129,4 24 51,4 25 31,8 26 18,9 27 21,2 28 25,5 29 12,2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.5.3 Hasil Nuclear Magnetic Resonance Proton

1 H-NMR Analisa struktur dengan 1 H-NMR, memungkinkan untuk mengetahui kedudukan proton dalam suatu struktur molekul. Data yang dihasilkan dari 1 H- NMR berupa pergeseran kimia yang dapat dianggap sebagai ciri bagian tertentu dari suatu struktur molekul dan dapat membantu mengidentifikasi tiap gugus suatu senyawa. Dari data spektrum 1 H-NMR senyawa FV 2 , terdapat 6 gugus metil CH 3 , pada nilai geseran kimia 0,6745 ppm, 0,7964 ppm, 0,8003 ppm, 0,8470 ppm, 1,0091 ppm, dan 1,0234 ppm, pada geseran kimia 3,5138 ppm mengindikasikan adanya gugus metin CH yang berikatan dengan gugus OH CH-OH dan pada geseran kimia 5,3531 ppm mengindikasikan adanya satu sinyal proton yang berikan dengan gugus alkena C=CH Lampiran 4. Tabel 4.6 Data geseran kimia 1 H-NMR isolat murni yang diukur pada Frekuensi 500 MHz dengan pelarut CDCl 3 . Isolat murni ppm Gugus fungsi 0,6745 CH3 0,7964 CH3 0,8003 CH3 0,8470 CH3 1,0091 CH3 1,0234 CH3 3,5138 CH-OH 5,3531 CH=CH alkena Dari hasil penelusuran kepustakaan, isolat murni memiliki kesamaan struktur dengan senyawa golongan steroid yaitu stigmasterol dengan titik leleh 144-146 C. Dari data FTIR, isolat murni menunjukkan adanya karakteristik spektrum yang sesuai dengan spektrum stigmasterol. Stigmasterol sendiri memiliki spektrum yang khas pada infra merah dengan adanya gugus OH pada

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Herba Kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenik Tikus Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo

2 24 100

Uji Aktivitas Ekstrak Air Herba Kemangi (Ocimum Americanum L.) terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenesis Tikus Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo

4 13 96

Uji Aktivitas Antibiofilm in Vitro Minyak Atsiri Herba Kemangi Terhadap Bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus

1 23 110

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum americanum Linn) dengan Metode DPPH (2,2- Difenil-1-Pikrilhidrazil).

11 52 78

Karakterisasi Simplisia dan Standardisasi ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)

12 85 98

Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum americanum L) terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

8 47 73

Uji aktivitas antibiofilm in vitro minyak atsiri herba kemangi terhadap bakteri escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus

6 16 110

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Herba Kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenik Tikus Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo

1 12 100

Pengaruh Konsentrasi Tween 80 terhadap Stabilitas Fisik Obat Kumur Minyak Atsiri Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)

10 81 76

Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum americanum Linn.) Terhadap Udem Pada Telapak Kaki Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Karagenan

7 64 91