PENDAHULUAN Bakir Ihsan, M.Si NIP. 150326915

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi, militer memiliki kesempatan untuk introspeksi diri atas apa yang telah dilakukan pada masa sebelumnya. Dalam hal ini militer merumuskan paradigma baru dan melakukan reformasi internal yang disertai dengan serangkaian konsep redefinisi, reposisi, dan reaktualisasi perannya dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan untuk menatap masa depan. Apa yang dilakukan, pada hakikatnya, merupakan usaha memperbaiki dan meningkatkan image serta prestasi militer. Pada dasarnya, reformasi internal militer bertujuan mewujudkan militer yang profesional, efisien, efektif dan modern PEEM sebagai alat pertahanan nasional dalam negara Indonesia yang demokratis dan modern. Hakikat reformasi internal militer juga bertujuan memantapkan jati diri militer dalam kehidupan negara Indonesia yang demokratis dan modern. 1 Ada tiga rumusan hakikat reformasi internal militer, pertama, fungsi militer ialah sebagai alat pertahanan dan sebagai bagian dari sistem nasional, yang otoritasnya diatur oleh undang-undang. Kedua, reformasi internal militer ialah menumpukan pembinaan pada profesionalisme, disiplin, dan kesadaran hukum. Ketiga, bahwa implementasi identitas dan jati diri militer sebagai tentara 1 Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Mabes TNI, TNI Abad XXI: Redefinisi, Reposisi, dan Reaktualisasi Peranan TNI: Langkah-Langkah Reformasi Internal Lanjutan TNI, tahap II Jakarta: Mabes TNI, 2001 , h. 3. rakyat, tentara pejuang, dan tentara nasional yang profesional harus ditegakkan kembali. Dalam rangka mewujudkan reformasi internal militer, maka militer mengatur kembali tugas dan fungsinya sebagai alat pertahanan negara yang telah dikukuhkan dengan ketetapan MPR No. VIIMPR2000 dan Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 serta Undang-Undang No. 34 Tahun 2004. Dengan itu, militer tidak melakukan banyak fungsi lagi dan tidak akan terlibat dalam politik praktis. Wujud dari reformasi internal militer adalah menciptakan profesionalisme militer. Adapun bentuk nyata dalam menciptakan militer yang profesional pasca Orde Baru ialah sebagai berikut; pertama, militer harus kembali ke barak, kedua, tidak berpolitik praktis, ketiga, pemisahan TNI-POLRI, keempat, tidak berbisnis, dan kelima, melakukan refungsionalisasi dan restrukturisasi teritorial. Tidak seperti yang kita saksikan pada masa-masa sebelumnya, dimana militer telah meninggalkan profesionalismenya serta mempunyai tugas dan peran yang dwifungsi, bahkan ada yang mengatakan multifungsi. Untuk memperjelas gambaran kita tentang militer berikut akan dijelaskan mengenai sejarah militer dan keterlibatannya dalam dunia politik dan ekonomi di Indonesia. Di Indonesia militer terlahir dari proses gerakan pembebasan nasional, yang asal-usulnya adalah dari perlawanan rakyat dengan tujuan untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. 2 Pada awal pembentukannya, tujuan dari militer selain untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, juga hanya sebagai alat pertahanan negara saja. Hal ini dapat dilihat dalam amanat Panglima 2 Soemitro, Suksesi Militer dan Mahasiswa, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997, h. 59. Besar Jenderal Soedirman di Yogyakarta pada 25 Mei 1946, yang antara lain menyebutkan sebagai berikut: Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya. Sudah cukup tentara teguh memegang kewajiban ini. Lagi pula sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh. Tunduk kepada pimpinan atasannya dengan ikhlas mengerjakan segala yang diwajibkan. Harus diingat pula, oleh karena negara Indonesia tidak cukup dipertahankan tentara saja, maka perlu sekali mengadakan kerja sama seerat-eratnya dengan golongan serta badan-badan di luar tentara; tidak bisa menjadi alat suatu golongan atau siapapun juga. 3 Memperoleh kekuasaan merupakan suatu tujuan ketika masuk ke dalam dunia politik, dan mempertahankan kekuasaan yang sudah dicapainya merupakan kegiatan yang penting dan memerlukan kesungguhan yang sangat besar dari pada ketika mendapatkan kekuasaan tersebut. 4 Inilah yang terjadi dimana ketika militer memasuki dunia politik. Militer TNI khususnya TNI-AD sejak awal tahun 1945 sampai Orde baru memainkan peranan politik yang penting. 5 Tanpa dukungan TNI-AD pemerintah manapun tidak akan berkuasa lama. 6 Keterlibatan militer Indonesia dalam politik dan ekonomi mempunyai akar dan latar belakang yang panjang. Keadaanlah yang kemudian membuat militer berubah dan terlibat dalam percaturan politik dan eknomi. Kaum militer campur tangan dalam dunia politik karena beberapa faktor: yaitu keadaan yang menuntutnya lantaran dalam keadaan perang kemerdekaan; dipojokkan dan 3 Abdoel Fatah, Demiliterisasi Tentara: Pasang Surut Politik Militer 1945-2004, Yogyakarta: LKIS, 2005, h. 1-2. 4 Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 1993, h. 49. 5 Harold Crouch, Militer dan Politik di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan, 1986, h. 389, yang menyatakan bahwa dari awal sejarahnya dalam tahun 1945 sebagai tentara gerilya yang memerangi kembalinya kekuasaan penjajah Belanda sampai konsolidasi kekuasaan politiknya di bawah Orde Baru, para perwira Angkatan Darat senantiasa melibatkan dirinya ke dalam masalah- masalah politik dan hampir sepanjang masa itu dengan giat memainkan peranan politik yang penting. 6 Takashi Shiraishi, “Militer Indonesia dalam Politik”, dalam: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial UNISIA , No.38XXIIII1999, h. 12. dicemooh oleh elite sipil secara tidak wajar; kegagalan pemimpin dan elite sipil dalam menjalankan tugasnya dan adanya kekosongan pemerintah di daerah ketika perang melawan Belanda, mengakibatkan militer mengisinya untuk menjalankan pemerintahan. 7 Dalam menghadapi keadaan ini, peran militer lebih menonjol, karena kekuatan pemimpin sipil relatif tidak kokoh dan tidak mampu memainkan perannya. Inilah yang kemudian menyebabkan militer mengambil peran politik. Pemimpin sipil pada masa itu terlalu sibuk dengan perselisihan dan lebih mementingkan golongannya saja. 8 Peran politik militer berlanjut pada masa pemerintah Indonesia menganut bentuk pemerintahan Demokrasi Parlementer. Pada masa ini banyak terjadi kekacauan yang berlangsung di daerah akibat pemberontakan-pemberontakan dan inilah keadaan yang menyebabkan tentara memainkan peran yang semakin dominan dalam bidang politik. Apalagi karena kekacuan tersebut pemerintah memberlakukan keadaan darurat perang pada 1957, yang berarti bahwa segala wewenang administrasi dan pembangunan ekonomi ditangani oleh tentara. Ketidakstabilan politik ini kemudian mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Dektrit untuk kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945. 9 7 Bambang Sutedjo, “Peran ABRI dalam Kehidupan Nasional”, dalam Yusuf Solichin, Atmadji Sumarkidjo dan Suhadi, ABRI Profesional dan Dedikatif, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998, h. 14. 8 ULF Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967: Menuju Dwifungsi ABRI Jakarta: LP3ES,1986, h. 211. 9 UUD 1945 adalah UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia yang disahkan leh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI dalam sidang 18 Agustus 1945, sehari sesudah proklamasi kemerdekaan. Sejak itu mulailah demokrasi terpimpin di Indonesia. Dalam demokrasi terpimpin, tentara, khususnya Angkatan Darat, ditarik ke dalam politik kekuasaan. Banyak perwira militer dibawa masuk untuk memegang jabatan dalam lembaga- lembaga resmi pemerintah, seperti menjadi menteri, anggota DPRMPR, Gubernur, atau jabatan-jabatan lainnya. 10 Sedangkan pada Orde Baru, TNI atau militer menjadi lebih aktif lagi dalam arena politik praktis. Peran politik militer dalam bidang sosial politik menjadi sungguh luar biasa luasnya. Pemimpin Orde Baru, Soeharto memang memberikan peluang secara luas kepada militer untuk itu, karena format politik Orde Baru mendayagunakan peran sosial politik militer untuk menjaga kepentingannya. 11 Dengan demikian fungsi militer sebagai alat negara telah bergeser menjadi alat pemerintah Soeharto dan keluarganya serta para kroninya klien. Hal ini secara sadar diakui oleh pihak militer ABRI sendiri yang menyatakan bahwa “format politik Presiden Soeharto untuk mendayagunakan peran sosial politik ABRI bagi kepentingannya”. 12 Namun setelah Orde Baru tumbang atau pada era reformasi ini, maka sebagai komponen bangsa dan bagian dari sistem nasional, TNI menyadari pentingnya reformasi nasional sebagai usaha mewujudkan kehidupan masyarakat 10 Crouch, Militer dan Politik di Indonesia, h. 179. 11 Lihat: Dewi Fortuna Anwar Idi Subandy Ibrahim ed., Gusdur versus Militer: Studi tentang Hubungan Sipil-Militer di Era Transisi , Jakarta: PT. Grasindo, 1998, h. 4; dan lihat juga: Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Mabes TNI, TNI Abad XXI: Redefinisi, Reposisi, dan Reaktualisasi Peranan TNI dalam Kehidupan Bangsa Jakarta: mabes TNI,1999 , h. 22. 12 Mabes ABRI, TNI Abad XXI: Redefinisi, Reposisi, h. 14. dan bangsa Indonesia yang lebih baik. Karena itu, sejak reformasi dicanangkan, TNI telah merumuskan konsep-konsep reformasi secara konstitusional. TNI telah melakukan redefinisi, reposisi, dan rektualisasi peran, karena menyadari keterlibatannya dalam politik sudah kebablasan over reach, yang meyebabkan demokrasi tidak bisa berkembang. TNI melakukan reformasi internal melalui perumusan paradigma barunya. Paradigma baru TNI ini bertujuan untuk melaksanakan tujuan nasional secara terpadu oleh segenap komponen bangsa, tanpa ada yang mendominasi satu sama lain, dan tanpa ada yang menempatkan diri pada posisi sentral. 13 Proses reformasi politik yang terus berlangsung telah memaksa TNI melakukan perubahan paradigma, peran, fungsi dan tugasnya. Tuntutan untuk melakukan perubahan tersebut adalah konsekuensi dari kehendak rakyat dan otoritas politik dalam membangun sebuah sistem ketatanegaraan yang lebih demokratis, yang mensyaratkan adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi sipil. 14 Kalau diamati, perkembangan kehidupan militer di Indonesia sebelum reformasi internal banyak menyimpang dari prinsip profesionalisme. TNI selalu ikut campur dalam politik praktis dengan mendominasi pemerintahan dan menjadi tonggak partai Golkar. Karena itu, dalam melakukan dan mengimplementasikan reformasi internalnya, TNI harus berpedoman dan mengacu pada prinsip pengembangan profesionalisme. 13 Mabes ABRI, TNI Abad XXI: Redefinisi, Reposisi, h. 22-23. 14 Tim Imparsial, Menuju TNI Profesional, Tidak Berbisnis dan Tidak Berpolitik: Perjalanan Advokasi RUU TNI , Jakarta: Imparsial, Koalisi Keselamatan Masyarakat Sipil, LSPP, 2005, h. 1. Dengan penjelasan singkat di atas, maka dalam hal ini penulis ingin membahas lebih jauh lagi tentang perkembangan militer di Indonesia dan berusaha untuk memperjelas bahwa sebenarnya fungsi militer adalah sebagai alat pertahanan dan keamanan negara, juga militer sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, dan tentara nasional yang profesional dan tidak ikut campur dalam dunia perpolitikan, bukan seperti yang selama masa Orde Baru kita saksikan bahwasannya militer dijadikan alat kekuasaan. Dalam hal ini penulis juga akan menggambarkan tentang profesionalisme militer pasca Orde Baru. Berkaitan dengan masalah di atas maka penulis membuat skripsi ini dengan tema, PROFESIONALISME MILITER PASCA ORDE BARU.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah