Pemisahan TNI-POLRI Profesionalisme militer Pasca Ordde Baru

pengajaran, pelatihan, dan perlindungan kesehatan. Selain itu, negara juga menyediakan fasilitas dan sarana materil perang dan sipil. 86

C. Pemisahan TNI-POLRI

Secara umum, Militer di era reformasi menyatakan dirinya tidak lagi terlibat dalam politik praktis dan menegaskan tidak akan mencampuri urusan politik. Militer juga dituntut untuk kembali kepada fungsi tugas utamanya sebagai alat pertahanan dan keamanan negara. Lebih jauh lagi, militer juga dituntut untuk tidak mencampuri kebijakan politik pemerintahan sipil dan tidak terlibat pada persoalan-persoalan yang tidak ada kaitannya dengan tugas pertahanan dan keamanan. Ditambah lagi dengan munculnya tuntutan dari kalangan kepolisian untuk memisahkan diri dari ABRI yang semakin membatasi peran militer yang dianggap tidak perlu mencakup tugas keamanan. Seiring dengan munculnya tuntutan pemisahan TNI-POLRI, muncul juga ke permukaan tuntutan akan profesionalisme POLRI dalam melaksanakan tugasnya. Pemisahan kepolisian dari tubuh TNI mutlak diperlukan agar praktik- praktik kepolisian yang disalahgunakan oleh penguasa tidak terulang lagi. Kepolisian harus menjadi badan yang menjalankan fungsinya secara mandiri dalam arti bebas dari kepentingan apa pun dan dari kelompok manapun kecuali kepentingan penegakan hukum itu sendiri. 87 86 Imad Abdurrahim Az-Zaghul, Psikologi Militer, Edisi Indonesia, Jakarta: Khalifa, 2004, h. 32-33. 87 Shanty M Sibarani, dkk, Antara Kekuasaan dan Profesionalisme, Menuju Kemandirian Polri , Jakarta: Dharmapena, 2001, h. 24. Di era refrormasi, berbagai tindakan kepolisian dapat dilakukan lebih mandiri oleh aparat kepolisian tanpa harus khawatir dengan intervensi kepentingan militer. Pada masa sebelumnya, polisi berada di bawah lembaga militer sebagai bagian dari ABRI, tugas-tugas kepolisian tidak dapat dilaksanakan secara independen. Peran polisi pada era reformasi tentunya menggeser peran satuan-satuan aparat teritorial militer yang selama itu mendapatkan fasilitas dari peran sosialnya. Pemisahan antara TNI dan POLRI ditegaskan dengan Ketetapan MPRVI2000 tentang pemisahan TNI dari POLRI. Pasal 1 dari Tap berbunyi, “Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia secara kelembagaan terpisah sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing”. Pasal 2 dari Tap tersebut menyiratkan usaha untuk memperkuat, dengan cara mempertegas peran TNI dan POLRI. Ayat 1 berbunyi, “TNI adalah alat negara yang berperan dalam pertahanan negara”. Ayat 2 berbunyi, “Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan”. 88 Tentang peran TNI dan POLRI bisa kita lihat dalam sidang tahunan kedua tahun 2000, dimana MPR berhasil mengubah judul BAB Pertahanan Negara dalam UUD 1945, menjadi BAB Pertahanan dan Keamanan Negara. Disamping itu, mengubah isi Pasal 30. 89 Bunyi pasal tersebut adalah: 88 Landasan dikeluarkannya Kepres ini adalah dalam rangka memajukan profesionalisme kepolisian dan meningkatkan peranannya selaku alat negara penegak hukum. Dengan Kepres ini juga nama “ABRI” diganti dengan “TNI”. Lihat A. Malik Haramain, Gus Dur, Militer, dan Politik, Yogyakarta: LKIS, 2004, h. 209. 89 Pasal 30 ini sebelum diamandemen bunyinya adalah ayat 1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. Ayat 2. Syarat-syarat tentang 1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. 2. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. 3. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. 4. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. 5. Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia dan kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan kemanan diatur dengan Undang-Undang. Secara tegas Pasal 30 UUD 1945 hasil amandemen ini menggariskan bahwa TNI dan POLRI adalah dua instansi terpisah dengan kompetensi masing- masing yang berbeda. Dalam Pasal 30 ini juga dapat diketahui pengertian dan fungsi dari TNI dan POLRI. Fungsi TNI ada dalam ayat 3, yaitu: Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara pembelaan negara diatur dengan undang-undang. Lihat Tim Kontras, Politik Militer dalam Transisi Demokrasi Indonesia Catatan Kontras Paska Perubahan Rezim 1998 , Jakarta: Kontras, 2005, h. 32. sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. Sedangkan fungsi POLRI dapat dilihat dalam pasal 4, yaitu: Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. Lebih jelas lagi mengenai fungsi POLRI, tertulis pada UU No. 2082 dan UU kepolisian No. 281997, inti tugas POLRI adalah alat negara penegak hukum dan pembimbing, pelindung, serta pengayom masyarakat. Untuk melaksanakan tugas itu, POLRI membagi dalam 3 komponen penggerak operasional, yakni: 90 1. Subyeknya adalah susunan kekuatan POLRI yang terdiri dari satuan fungsi Reserse-lalulintas-Samapta-Bimmas-Intel, dan lain-lain. 2. Metodenya tersusun dalam sistem operasional POLRI. 3. Obyeknya adalah gangguan Kamtibmas yang antara lain berupa kriminalitas, pelanggaran, kecelakaan lalulintas, penyimpangan sosial, dan lain-lain.

D. Tidak Berbisnis