Kembali Ke Barak Profesionalisme militer Pasca Ordde Baru

BAB IV PROFESIONALISME MILITER PASCA ORDE BARU

Setelah tumbangnya rezim Orde Baru, militer terus berbenah diri untuk menciptakan image yang baik di mata rakyat Indonesia, salah satunya adalah dengan mewujudkan reformasi internal militer. Tujuan dari reformasi internal militer tersebut adalah agar terciptanya profesionalisme militer. Adapun bentuk nyata yang harus dilakukan militer agar menjadi militer yang profesional pasca Orde Baru adalah sebagai berikut; militer harus kembali ke barak, tidak berpolitik praktis, pemisahan TNI POLRI, tidak berbisnis, serta refungsionalisasi dan restrukturisasi teritorial. Ini mengacu pada pendapat Huntington mengenai ciri profesionalisme militer, yaitu; Ahli dan mahir dalam melaksanakan tugas pertahanan negara atau perang melawan ancaman dari musuh negara, bersikap netral dan tidak melibatkan diri dalam politik praktis, menghargai pihak berkuasa atau supremasi sipil, memiliki moral dan etika keprajuritan yang tinggi, menghargai dan membela rakyat secara proporsional, dan memiliki disiplin, menaati hukum, serta memiliki esprit de corps jiwa korsa yang tinggi dan sehat. 75

A. Kembali Ke Barak

Militer di Indonesia lahir dari proses perjuangan kemerdekaan bangsa atau dari revolusi nasional, yang pada asal mulanya adalah dari perlawanan rakyat 75 Abdoel Fatah, Demiliterisasi Tentara Pasang Surut Politik Militer 1945-2004, Yogyakarta: LKIS.2005, h. 245. dengan diawali dari pembebasan nasional dan kemudian beralih menjadi gerakan perlawanan bersenjata. Tujuannya adalah untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. 76 Jadi, fungsi militer pada awal pembentukannya adalah untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah dan menjaga kemerdekaan itu. Namun, pada masa Soekarno tahun 1950-1966, militer mengalami pertikaian di dalam tubuhnya sendiri, yang diakibatkan oleh persaingan antar kelompok dan campur tangan politisi, sehingga membuat militer tidak padu. Kondisi pemerintahan yang tidak stabil menyebabkan terjadinya pemberontakan- pemberontakan, sekaligus mendorong militer untuk ikut serta dalam politik praktis. Hal itu berlanjut hingga militer menjadi kekuatan politik yang menonjol pada masa demokrasi terpimpin, walaupun belum mendominasi. Sedangkan di masa Orde Baru dari tahun 1966-1998, militer sepenuhnya menjadi alat kekuasaan politik Soeharto. Militer menjadi tonggak politik Orde Baru dan lebih setia pada personalitas Soeharto serta meninggalkan jati dirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, dan tentara nasional yang profesional. Militer menjadi milik dan alat Golkar dan tidak menjadi milik seluruh rakyat lagi. Pada rezim ini, TNI memiliki tugas dan fungsi di bidang pertahanan dan keamanan dan di bidang sosial politik. Bahkan, ada yang mengatakan TNI memiliki multifungsi. Ini tidak sesuai dengan asas negara modern dan demokrasi yang mengutamakan pembagian tugas, fungsi, profesi, dan pertanggung jawaban yang jelas. Oleh karena itu, militer yang selama ini berkecimpung di berbagai 76 Soemitro, Suksesi Militer dan Mahasiswa, Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 1997, h. 59. bidang, fungsi dan profesi yang tidak sesuai dengan keahlian dan tugasnya, maka dalam menciptakan profesionalismenya, militer harus ditarik kembali ke barak. Memasuki era reformasi, militer harus kembali ke barak untuk introspeksi diri atas apa yang telah dilakukan pada masa sebelumnya. Menyadari kesalahannya, dan menyikapi permasalahan yang kompleks dengan berusaha untuk membentuk militer yang profesional. Mengembalikan tugas dan fungsi awal militer yaitu sebagai alat pertahanan dan keamanan negara. Sebenarnya tugas TNI sebagai alat pertahanan negara sudah menjadi prinsip ketika TNI mula-mula berdiri. Hal itu tercermin dalam amanat Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat Letnan Jenderal Soedirman pada Konfrensi TKR di Yogyakarta, 12 November 1945. Ia menyatakan: Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya. Sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagi pula sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh. 77 Fungsi pertahanan pada hakikatnya merupakan fungsi untuk menghadapi ancaman baik dari luar maupun dari dalam, yang mengancam kedaulatan dan integritas negara serta melindungi bangsa dan negara dengan kekuatan bersenjata. Oleh karena itu, untuk menjalankan fungsinya itu militer harus kembali ke barak, dengan tujuan menumpukan pembinaan pada profesionalisme, disiplin, dan kesadaran hukum. Artinya peningkatan profesionalisme sebagai tentara yang berfungsi sebagai alat pertahanan negara harus dilakukan dengan sungguh- sungguh, disiplin, dan menaati hukum. 77 Abdoel Fatah, Demiliterisasi Tentara h. 206-207. Jadi tujuan militer agar kembali ke barak adalah pertama, supaya militer kembali kepada fungsi awalnya sebagai alat pertahanan negara sehingga tidak ada fungsi lain yang dimiliki militer selain fungsi utamanya sebagai alat pertahanan negara. Kedua, untuk menciptakan keahlian prajurit sehingga mahir dalam menggunakan senjata. Ketiga, supaya militer dapat menumpukan tugasnya pada penciptaan profesionalisme, dimana selama Orde Baru militer selalu berada di luar barak yang mengakibatkan lemahnya profesionalisme militer. Dalam rangka mewujudkan reformasi internal militer, maka militer mengatur kembali tugas dan fungsinya sebagai alat pertahanan negara yang telah dikukuhkan dengan ketetapan MPR No. VIIMPR2000 dan Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 serta Undang-Undang No. 34 Tahun 2004. Dengan itu, militer tidak melakukan banyak fungsi lagi dan tidak akan terlibat dalam politik praktis. Dengan kata lain, ini menjadi pedoman dan kewajiban bagi militer untuk kembali ke barak, agar militer dapat menginstrospeksi diri serta memperbaiki tugas dan fungsinya.

B. Tidak Berpolitik Praktis