Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara sebagai

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN

PENERBITAN SERTIFIFIKAT BERHARGA SYARIAH NEGARA SBSN SEBAGAI INSTRUMENT PEMBIAYAAN DEFISIT APBN

A. Kebijakan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara sebagai

Instrument Fiskal dalam Pembiayaan Defisit APBN Pembeli dan penjual raksasa dalam ekonomi makro adalah pemerintah. Dan kemampuan dan perilaku pemerintah membelanjakan dan menabung uangnya dalam jumlah yang sangat besar adalah salah satu kajian ekonomi fiskal. 83 Dalam bahasa ekonomi yang termasuk sebagai kebijakan publik public policy salah satunya berupa kebijakan fiskal. Fiskal adalah salah satu bagian atau instrument dari ekonomi publik. Pembahasan mengenai kebijakan ekonomi publik biasanya begitu rumit karena masuknya faktor-faktor non-ekonomi ke dalamnya. Aspek sosial, politik dan strategis dalam kebijakan ekonomi publik tidak dapat dipisahkan, karena kehidupan adalah suatu kesatuan. 84 Kebijakan fiskal adalah komponen penting kebijakan publik. Kebijakan fiskal meliputi kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penerimaan, pengeluaran dan utang. Peranan kebijakan fiskal dalam suatu ekonomi ditentukan oleh keterlibatan 83 Ir. Adi Warman A. Karim, SE, MBA, MAEP, Ekonomi Makro Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, ed.ke-2, h. 1 84 Drs. Muhammad, M.Ag, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Islam, Jakarta : PT. Salemba Emapat Patria, 2002, ed. i, h. 179 pemerintah dalam aktivitas ekonomi, yang khususnya itu kembali ditentukan oleh tujuan sosio-ekonominya, komitmen ideologi, dan hakikat system ekonomi. Dalam konteks kebijakan fiskal dimana Negara yang memilki otoritas dalam dan menempuh dan membentuk kebijakan tersebut, penulis menyandarkan atas 2 teori yakni: 85 a. Sosio economics approach : yang melihat pada bagaimana kebijakan publik merupakan hasil dari faktor-faktor ekonomi dan social b. Intitutionalist approaches : yang membahas peran Negara dan institusi- institusi sosial dalam mendefinisikan dan membentuk kebijakan publik, Kedua teori diatas akan penulis uraikan dengan konteks pengambilan kebijakan publik khususnya penerbitan Surat Berharga Syariah Negara sebagai Instrument kebijakan fiskal di Indonesia sebagai berikut;

a. Sosio economics approach

Berkaca pada Sasaran Kebijakan dan Program Akselerasi Bank Indonesia yang memuat political will yang kuat untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan menciptakan stabilitas ekonomi dan social. Kebijakan tentang penerbitan SBSN sebagai instrument fiskal telah tersirat dan direpresentasikan sebelumnya pada point-point Sasaran Kebijakan 85 Wayne Parson, Public Policy, Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, Jakarta : Kencana, 2006 cet.1, h. 30-31 da Program Akselerasi Bank Indoneisia sebagai Bank Sentral di Indonesia, dan point-pointnya adalah: b. mendorong pertumbuhan dari sisi supply dan demand secara seimbang. c. memperkuat permodalan, manajemen dan SDM bank syariah. d. mengoptimalkan peranan pemerintah otoritas fiskal dan BI otoritas Perbankan moneter sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. e. melibatkan seluruh stakeholder perbankan syariah untuk berpartisipasi aktif dalam program akselerasi sesuai dengan kompetensinya masing-masing. 86 Sebagaimana tertera dalam point c, peranan pemerintah sebagai penggerak laju pertumbuhan ekonomi sangat dituntut lebih bergerak proaktif dalam mengambil kebijakan-kebijakan strategis, terlebih Dunia sedang mengalami resesi ekonomi global dan Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang belum kuasa menghindar dari dampak krisis seutuhnya. Pemerintah sebagai pengelola pemasukan Negara agar lebih efektif dan sistematis dalam penagihan dan pengelolannya. Tak dapat dipungkiri bahwa Indonesia masih lemah dalam pengelolaan pendapatan Negara dan kesadaran publik umtuk melunasi pajak juga masih rendah, padahal jika pendapatan Negara dari pajak betul-betul dioptimalkan, defisit APBN dapat kita pastikan tidak sebanyak sekarang. Perlu diketahui bahwa setiap tahun, sekitar 40 APBN dihabiskan untuk pembayaran cicilan pokok dan bunga utang luar negeri. Koran Jakarta memaparkan jumlah utang bangsa ini sebesar USD149,67 Miliar, per Desember 2008. 87 APBN 2008 mengalokasikan pembiayaan luar negeri netto sebesar negatif Rp. 13,11 Triliun, terdiri dari pembayaran cicilan pokok utang luar negeri sebesar Rp. 61,26 Triliun dan penarikan pinjaman luar negeri Rp. 48,14 triliun. Pinjaman luar negeri ini terdiri dari pinjaman program Rp. 26,39 Triliun dan pinjaman proyek Rp. 21,75 Triliun. Sementara alokasi subsidi APBN 2008 sebesar Rp. 234,41 Triliun. Rincinya, subsidi BBM Rp. 126,82 Triliun, listrik Rp. 60,29 Triliun, pangan Rp. 8,59 Triliun, pupuk Rp. 7,81 Triliun, dan benih Rp. 1,02 Triliun. Dana untuk public service obligation PSO Rp. 1,73 triliun, subsidi bunga kredit program Rp. 2,15 Triliun, subsidi migor melalui operasi pasar Rp. 500 Miliar, subsidi kedelai Rp. 500 Miliar, dan subsidi pajak Rp. 25 Triliun. Depkeu memproyeksi defisit anggaran pada 2008 mencapai 1,8 dari PDB atau Rp. 82,3 Triliun, meski dalam APBN P 2008 ditargetkan 2,1 dari PDB atau Rp. 94,5 Triliun. Sedangkan penarikan pinjaman program pada 2008 mencapai USD2,9 Miliar atau sekitar Rp. 26,39 Triliun. 88 Dahlan Siamat sebagai Direktur Pengelolaan Utang Negara dan Pembiayaan Keuangan Syariah Departemen Keuangan Republik Indonesia mengaku optimis sukuk negara akan banyak membantu pembiayaan Negara asalkan tepat sesuai target 86 Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia, Kebijakan Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah 2007-2008, diakses dari dpbsbi.go.id pada tanggal 28 Apri 2009l 87 Rezim Utang Bakal Berlanjut, Koran Jakarta, Senin 18 Mei 2008, edisi 338. Th.II, h. 1 88 Sukuk, Defisit, dan Utang Negara , artikel yang diakses dari http:ajisaka.dagdigdug.com pada tanggal 12 Juni 2008 penerbitan. Dan jadwal penerbitan Sukuk Global harus mempertimbangkan kondisi pasar global. Pertimbangan lain yang perlu diperhitungkan pada setiap penerbitan SBSN adalah denominasinya 89 . Dahlan Siamat juga tetap berhati-hati sesuai dengan prinsip syariah dan tak ingin terlalu optimis yang nantinyamenyebabkan terjadi undersubscribed kurang permintaan. Jika permintaannya lebih banyak oversubscribed bukan tidak mungkin, denominasi tersebut ditambah sesuai nilai aset yang telah teridentifikasi. Sebagian pengamat ekonom melontarkan pendapatnya bahwa penerbitan sukuk dinilai terlambat, namun Dahlan Siamat menampiknya beliau mengungkapkan: “Kalau dikatakan terlambat, tidak juga, kita hitung setelah UU SBSN disahkan. Jika setelah setahun UU disahkan sukuk tidak diterbitkan juga, itu baru terlambat. 90 Tapi penerbitan Surat Berharga Syariah Negara adalah salah satu langkah – yang menurut penulis- yang memang harus ditempuh Pemerintah dalam Pembiyaan Defisit APBN untuk menggerakkan kembali perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik dan karena pendapatan Negara dari Pajak khususnya belum dapat diandalkan untuk menambal deficit APBN, disamping itu potensi keuangan syariah di Indonesia yang begitu prospektif dan iklimnya begitu mendukung untuk laju pertumbuhan keuangan syariah. 89 Denominasi adalah jumlah nilai nominal minimum dan mata uang dimana saham, obligasi, sukuk atau komiditi diperdagangkan.lih. Drs. Ahmad Antoni K. Muda, Kamus Lengkap Ekonomi, Jakarta : Gitamedia, 2003, cet. iii, h. 107 90 Pemerintah Terbitkan Sukuk Valas, artikel diakses dari waspada online.com pada tanggal 22 May 2008

b. Intitutionalist approaches

Dalam pengambilan kebijakan ini juga bukan tanpa pertimbangan yang jelas, setidaknya ada beberapa pertimbangan yang ditinjau dan digodok dengan matang oleh Dewan Perwakilan Rakyat DPR sebagai badan legislasi dan representasi rakyat. Sebelum melegislasi kebijakan ini yang pada akhirnya pada 29 April 2008 mengesahkan Rancangan Undang-undang Surat Berharga Syariah Negara SBSN menjadi Undang-undang dan menjadi payung hukum yang meyakinkan bagi para investor domestik maupun asing. Beberapa pertimbangan-pertimbangan itu antara lain: 91 1. bahwa strategi dan kebijakan pembangunan untuk memulihkan sektor ekonomi perlu disertai dengan upaya pengelolaan keuangan negara secara optimal melalui peningkatan efisiensi dalam pengelolaan aset-aset negara maupun sumber-sumber pembiayaan anggaran negara; 2. bahwa dalam rangka pengelolaan keuangan negara untuk meningkatkan daya dukung APBN guna menggerakkan pembangunan sektor ekonomi secara berkesinambungan, diperlukan pengembangan berbagai instrument pembiayaan yang mampu memobilisasi dana publik secara luas dengan memperhatikan nilai-nilai sosial budaya yang berkembang dalam masyarakat; 91 RUU Nomor 19 Tentang Surat Berharga Syariah Negara yang diakses dari www.legalitas.org pada tanggal 15 Februari 2009 3. bahwa peluang sumber pembiayaan pembangunan berbasis syariah, yang memiliki potensi besar, belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena tidak tersedianya perangkat hukum yang mendukung; 4. bahwa pengembangan instrumen keuangan berbasis syariah perlu segera dilaksanakan selain untuk mendukung pemanfaatan aset negara secara efisien dan untuk mendorong terciptanya sistem keuangan yang berbasis syariah di dalam negeri, sekaligus untuk memperkuat basis pembiayaan anggaran Negara baik bersumber dari dalam negeri maupun dari luar negeri; 5. bahwa penggunaan instrumen keuangan berbasis syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan instrumen keuangan konvensional, sehingga perlu pengaturan secara khusus, baik yang menyangkut instrumen maupun perangkat yang diperlukan.

B. Analisa Kebijakan Fiskal Islam Terhadap Kebijakan Penerbitan