3. bahwa peluang sumber pembiayaan pembangunan berbasis syariah, yang memiliki potensi besar, belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena tidak
tersedianya perangkat hukum yang mendukung;
4. bahwa pengembangan instrumen keuangan berbasis syariah perlu segera dilaksanakan selain untuk mendukung pemanfaatan aset negara secara efisien
dan untuk mendorong terciptanya sistem keuangan yang berbasis syariah di dalam negeri, sekaligus untuk memperkuat basis pembiayaan anggaran
Negara baik bersumber dari dalam negeri maupun dari luar negeri;
5. bahwa penggunaan instrumen keuangan berbasis syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan instrumen keuangan konvensional,
sehingga perlu pengaturan secara khusus, baik yang menyangkut instrumen
maupun perangkat yang diperlukan.
B. Analisa Kebijakan Fiskal Islam Terhadap Kebijakan Penerbitan
Sertifikat Berharga Syariah Negara SBSN
1. Politik Ekonomi Kebijakan Fiskal Islam
Menurut an-Nabhani, realitas menunjukkan kebutuhan-kebutuhan manusia
yang harus dipenuhi adalah kebutuhan setiap individunya misalnya si Ahmad dan Feri, bukan kebutuhan manusia secara kolektif seperti kebutuhan bangsa
Indonesia
92
. Logikanya, untuk siapakah hasil-hasil pertanian seperti beras, juga
92
Taqiyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi, hal, hal. 20.
kebutuhan atas rumah, pelayanan pendidikan dan kesehatan, selain untuk memenuhi kebutuhan Ahmad, Feri, dan setiap warga negara Indonesia lainnya. Jadi pertanyaan
mendasar atas permasalahan ekonomi manusia adalah apakah kebutuhan setiap individu manusia terpenuhi atau tidak? Berdasarkan realitas tersebut, an-Nabhani
menyatakan kunci permasalahan ekonomi terletak pada distribusi kekayaan kepada setiap warga Negara.
Berpijak pada pemikiran ini, sasaran pemecahan permasalahan ekonomi seperti kemiskinan adalah kemiskinan yang menimpa individu bukan kemiskinan
yang menimpa negara atau bangsa. Dengan terpecahkannya permasalahan kemiskinan yang menimpa indvidu dan terdistribusikannya kekayaan nasional secara
adil dan merata, maka hal itu akan mendorong mobilitas kerja warga negara sehingga dengan
sendirinya akan
meningkatkan kekayaan
nasional. Sebaliknya,
terpecahkannya kemiskinan negara yang ditandai dengan besarnya kekayaan nasional GNPGDP dan tingginya pendapatan perkapita tidak akan memecahkan kemiskinan
yang menimpa individu warga negara. Misalnya, Amerika Serikat dikenal sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia memiliki PDB sebesar US
10,506 trilyun pada kuartal III 2002.
93
Akan tetapi kekuatan ekonomi sebesar itu tidak mampu menuntaskan kemiskinan di AS sendiri. Data statistik Badan Sensus AS
yang dikutip Kate Randall memaparkan tingkat kemiskinan di AS pada tahun 2001
93
Council of Economic Advisers USA, Economic Report of the Presiden February 2003, http:w3.access.gpo.govusbudgetfy2004sheetsb1.xls
mencapai 11,7 atau sekitar 32,9 juta jiwa. Sementara itu estimasi Randall menyatakan 30 atau sekitar 84,4 juta penduduk AS miskin.
94
Menurut Capra, adalah sebuah paradoks di negara-negara paling kaya dan paling kuat ekonominya di
dunia tetapi jutaan penduduknya berkutat dalam kemiskinan dan terjebak di pemukiman-pemukiman yang buruk dan semakin buruk.
95
Ketika kunci permasalahan ekonomi terletak pada distribusi kekayaan yang adil, maka yang harus dijelaskan adalah bagaimanakah metode untuk menciptakan
distribusi kekayaan yang adil melalui kebijakan fiskal, sebagaimana yang dikatakan
Allah dalam Qs. al-Hasyr [59]: 7 yang artinya … Supaya harta itu jangan hanya
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu … .
Dalam Islam, kebijakan fiskal hanyalah salah satu mekanisme untuk menciptakan distribusi ekonomi yang adil. Karenanya kebijakan fiskal tidak akan
berfungsi dengan baik bila tidak didukung oleh mekanisme-mekanisme lainnya yang diatur melalui syariat Islam, seperti mekanisme kepemilikan, mekanisme
pemanfaatan dan pengembangan kepemilikan, dan mekanisme kebijakan ekonomi Negara. Dengan kata lain, syariat Islam harus diterapkan secara menyeluruh kaffah
tanpa dipilah-pilah parsial agar syariah mechanism dapat dengan sempurna mengatur distribusi ekonomi yang adil. Adapun peranan kebijakan fiskal sebagai
salah satu bentuk intervensi pemerintah dalam perekonomian merupakan konsekuensi
94
Kate Randall, US Poverty Rose Sharply in 2001, 27 September 2002, http:www.wsws.org
95
M. Umar Capra, Islam dan Tantangan Ekonomi, hal. 132.
logis dari kewajiban syariat sebagai jawaban atas salah satu realitas yang menunjukkan bahwa tidak semua warga negara memiliki kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang dalam ekonomi konvensional dikenal sebagai masalah eksternalitas dan kegagalan pasar market failure.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, politik ekonomi yang mendasari kebijakan fiskal Islam adalah menjamin pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu
secara menyeluruh dan mendorong mereka memenuhi berbagai kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai dengan kadar kemampuannya. Menurut al-Maliki kebutuhan
pokok yang disyariatkan oleh Islam terbagi dua. Pertama, kebutuhan-kebutuhan
primer bagi setiap individu secara menyeluruh. Kebutuhan ini meliputi pangan makanan, sandang pakaian dan papan tempat tinggal.
96
Kedua, kebutuhan-
kebutuhan pokok bagi rakyat secara keseluruhan. Kebutuhan-kebutuhan katagori ini adalah keamanan, kesehatan dan pendidikan.
97
Dari politik ekonomi ini dapat dijabarkan arah kebijakan fiskal Islam sebagai berikut:
96
Dalil syaranya antara lain QS. al-Baqarah: 184 dan 233, an-Nisa: 5, al-Hajj: 28, ath-Thalaq: 6, at-Taubah: 24.
97
Abdurrahman al-Maliki, Politik Ekonomi Islam, hal. 168 dan 186.
a. negara Islam melihat permasalahan kemiskinan yang harus dipecahkan adalah kemiskinan yang menimpa individu bukan kemiskinan yang menimpa
Negara.
98
b. negara Islam menempatkan masalah kemiskinan sebagai masalah ekonomi yang krusial dan mendesak untuk dipecahkan.
c. kebijakan untuk memecahkan masalah kemiskinan secara langsung diarahkan kepada individu, yakni setiap warga negara yang masuk katagori miskin.
99
d. kebijakan menjamin pemenuhan kebutuhan pokok ditujukan kepada seluruh warga negara tanpa memandang agama, warna kulit, suku bangsa, dan status
sosial. Hanya saja intervensi negara melalui kebijakan fiskal berupa jaminan pemenuhan akan pangan, sandang dan papan khusus ditujukan kepada warga
negara miskin yang kepala keluarga dan ahli warisnya tidak mampu lagi memberikan nafkah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan pokok
keluarganya. Sedangkan warga negara yang berasal dari keluarga mampu
98
Pandangan ini bukan pandangan yang mengedepankan individu individualistik, tapi realitanya memang yang ditimpa kemiskinan itu adalah si individunya, yakni si A, si B, si C, dan lain-
lainnya.
99
Negara Islam langsung mengarahkan kebijakan fiskalnya kepada warga masyarakat yang ditimpa kemiskinan. Arah ini berbeda 180 derajat sengan kebijakan fiskal konvensional yang untuk
memecahkan kemiskinan harus menggemukkan golongan kaya dulu baru kemudian kekayaan yang dipupuk secara nasional dialirkan dari golongan kaya tersebut ke golongan miskin trickle down effect
melalui mekanisme pasar.
tidak mendapatkan subsidi negara. Selanjutnya intervensi negara dalam pengadaan jaminan dan pelayanan keamanan, kesehatan dan pendidikan
public utilities secara cuma-cuma ditujukan kepada seluruh warga negara tanpa memandang apakah warga tersebut dari golongan kaya atau tidak.
Artinya dalam katagori ini subsidi diberikan kepada seluruh rakyat. e. negara memahami bahwa setiap warga masyarakat berhak untuk mendapatkan
kekayaan dan meningkatkan kekayaan yang dimilikinya asalkan diperoleh dengan jalan yang dibenarkan syara. Karena itu, negara Islam melakukan
intervensi dengan tujuan mendorong warga masyarakat memperoleh kekayaan yang dapat mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan
tersiernya secara maruf.
100
Sesuai dengan kemampuan warga itu sendiri. Bentuk-bentuk intervensi ini disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, sumber
daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi warga masyarakat setempat. Maksudnya pola kebijakan yang diterapkan tidak pukul
rata dan tidak sentralistik, tetapi bersifat bottom up sesuai kondisi dan harapan warga masyarakat setempat. Intinya pola kebijakan yang diterapkan ditujukan
untuk mencapai kemaslahatan warga masyarakat f. intervensi pemerintah dalam bentuk kebijakan fiskal adalah kebijakan makro
ekonomi. Kebijakan pada level makro ini harus diturunkan dijabarkan ke
100
Secara baik di mana perkembangan kebutuhan sekunder dan tersier mengikuti perkembangan sarana kehidupan dan teknologi, serta kebiasaan masyarakat setempat lokal.
dalam level mikro yang bersentuhan langsung dengan aktivitas riil ekonomi masyarakat. Karena itu agar efek fiskal berdampak positif bagi peningkatan
taraf hidup masyarakat secara luas dan menyeluruh, pemerintah harus mengembangkan pola-pola kebijakan skema mikro yang bottom up dengan
menyesuaikannya dengan potensi, kondisi, dan aspirasi warga masyarakat. Dari sisi permodalan negara dapat mengembangkan pola pinjaman tanpa
bunga, subsidi, atau pola patnership seperti mudharabah dan musyarakah. Di sisi lain negara juga harus menyediakan infrastruktur, sarana dan pra sarana
yang menunjang kegiatan produksi, jasa dan perdagangan masyarakat, seperti listrik, sarana komunikasi, jalan umum dan sarana transportasi, serta
bangunan pasar. Juga negara harus memberikan kemudahan akses bahan baku, menyediakan informasi dan membantu pemasaran, termasuk
memperkerjakan tenaga ahli dan konsultan untuk melatih dan membentuk jiwa wira usaha interprenurship ataupun keahlian teknis bagi para pekerja.
g. negara harus mampu menjalankan politik pertanian dan politik industri yang sesuai tuntutan syara untuk mencapai kemandirian ekonomi. Sebab
penguasaan dua pilar perekonomian ini sangat menentukan kekuatan ekonomi nasional dari segi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pangan
nasional, dan pasokan alat-alat pertanian untuk meningkatkan produktivitas pertanian, dan pasokan mesin-mesin pabrik dan industri.
h. negara Islam wajib mengadakan fasilitas umum dan pelayanan publik yang sangat dibutuhkan oleh warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga berbagai kepentingan dan urusan masyarakat terpenuhi dengan lancar.
i. agar pejabat dan aparatur negara termasuk tenaga ahli yang dikontrak pemerintah dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, dan
juga supaya kewenangan yang mereka miliki tidak disimpangkan untuk kepentingan pribadi dan kelompok, maka negara wajib memberikan santunan
dan gaji yang layak kepada mereka. j. sebagaimana yang dipaparkan Zallum bahwa kebijakan fiskal tidak hanya
berfungsi dalam tataran ekonomi, tetapi juga untuk pertahanan dan keamanan, serta penyebaran agama Islam ke seluruh penjuru dunia. Karena itu kebijakan
fiskal Islam juga difokuskan untuk mendukung dan menjaga kesinambungan sustainability jihad fi sabilillah dan dakwah Islamiyah.
2. Sukuk sebagai pengganti utang