Analisis Anomali Sea Level Preasure SLP Analisis Pola Angin

4.1.1.1.3 Analisis Anomali Sea Level Preasure SLP

Variabel selanjutnya yang perlu dianalisis adalah kondisi anomali Sea Level Preasure laut di wilayah Sumatera Utara, terutama di sekitar lokasi kejadian. Hal ini dilakukan dengan asumsi anggapan bahwa jika anomali Sea Level Preasure di sekitar lokasi kejadian negatif , sehingga sehingga tekanan udaranya lebih rendah dari klimatoligisnya. Hal ini berdampak pada penambahan peluang terbentuk awan di sekitar wilayah Sumatera Utara. Dalam penelitian ini di ambil 3 titik secara acak yang mewakili wilayah perairan di wilayah sumatra utara yaitu: 8 – 10 ˚ LU dan 108 – 112 ˚ BT wilayah laut cina selatan, 2 – 4 ˚ LU dan 99 – 102 ˚BT wilayah selat malaka dan 2 – 4˚ LU dan 93 – 96 ˚BT wilayah pantai barat sumatera . Berdasarkan hasil Gambar 4.1 dan tabel 4.1 diatas dapat kita lihat untuk wilayah laut cina selatan,wilayah selat malaka dan wilayah pantai barat Sumatera Utara, anomali Sea Level Preasure menunjukkan nilai negatif sehingga anomali Sea Level Preasure lebih rendah dari pada klimatologisnya, Hal ini berdampak pada penambahan peluang terbentuk awan di sekitar wilayah Sumatera Utara. Hasil ini sesuai dengan Analisis yang dilakukan oleh Amsari 2012 anomali tekanan udara permukaan laut di perairan selatan dan utara Jawa negatif, sehingga tekanan udaranya lebih rendah dari klimatoligisnya. Hal ini berdampak pada penambahan peluang terbentuk awan di sekitar pulau jawa.

4.1.1.1.4 Analisis Pola Angin

Berdasarkan Gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwa sejak 5 hari sebelum terjadinya kejadian banjir terdapat pola-pola gangguan cuaca di utara Sumatera, dari pola siklonik yang terbentuk dapat menyebabkan massa udara yang terdapat di samudra hindia mempengaruhi wilayah Sumatera Utara. Dari pola angin yang terbentuk sejak 5 hari sebelum kejadian, dapat dilihat wilayah Sumatera Utara di lewati daerah konvergensi dan pembelokan angin, sehingga dapat dianalisis pembentukan awan lebih aktif di wilayah Sumatera Utara sejak 5 hari sebelum kejadian. Hal ini juga dapat dilihat dari data hujan di Universitas Sumatera Utara beberapa stasiun pangamatan dan pos hujan pada tabel 4.1 5 hari sebelum kejadian banir 1 April 2011 Curah hujan yang tercatat di beberapa stasiun pengamatan dan pos hujan menunjukkan nilai yang signifikan 50mmhari.

4.1.1.1.5 Analisis Curah Hujan