Gambar 4.1 Gambar Anomaly SPL,SLP,OLR, UV Wind 27 Maret – 6 April
2011.
4.1.1.1.1 Analisis Anomali OLR
Berdasarkan hasil Gambar 4.1 diatas dapat dapat dilihat bahwa sejak 5 hari sebelum kejadian nilai anomali OLR menunjukkan penurunan hingga puncaknya
pada tanggal 1 april 2011 mencapai nilai -75.38 yang merupakan nilai minimum terendah dan kemudian 5 hari sesudah tanggal 1 April 2011 nilainya mengalami
kenaikan. Sehinggga dapat disimpulkan bahwa di sekitar lokasi kejadian banjir terdapat anomali OLR negatif yang artinya terdapat lebih banyak awan dibanding
Universitas Sumatera Utara
rata-ratanya. Hal ini sejalan dengan kenaikan nilai curah hujan harian di wilayah Binjai dan Polonia, yang mewakili wilayah Medan dan sekitarnya.
4.1.1.1.2 Analisis Anomali Sea Surface Temperature SST
Variabel selanjutnya yang perlu dianalisis adalah kondisi anomali Sea Surface Temperature SSTdi wilayah Indonesia, terutama di sekitar lokasi
kejadian. Hal ini dilakukan dengan asumsi anggapan bahwa jika SST di sekitar lokasi kejadian tinggi, maka penguapan tinggi sehingga tersedia supplay uap air
yang cukup untuk dapat tumbuh awan yang berpotensi hujan. Dalam penelitian ini di ambil 3 titik secara acak yang mewakili wilayah perairan di wilayah sumatra
utara yaitu: 8 – 10 ˚ LU dan 108 – 112 ˚ BT wilayah laut cina selatan, 2 – 4 ˚
LU dan 99 – 102 ˚BT wilayah selat malaka dan 2 – 4˚ LU dan 93 – 96 ˚BT
wilayah pantai barat sumatera . Berdasarkan hasil Gambar 4.1 dan tabel 4.1 diatas dapat kita lihat untuk wilayah laut cina selatan dan wilayah selat malaka
anomali suhu permukaan laut menunjukkan nilai anomali yang negatif sehingga anomali suhu permukaan laut lebih dingin dari pada klimatologisnya, analisis
yang dilakukan oleh Dian 2011 dalam analisis kejadian banjir halong dan juai Kalimantan Selatan menyatakan anomali positif lebih dari 1°C terjadi pada laut
cina selatan dan selat karimata hal ini menunjukkan adanya penambahan tingkat penguapan sehingga peluang pembentukan awan pada wilayah tersebut
bertambah. Pada wilayah pantai barat Sumatera dapat kita lihat nilai anomali dari suhu permukaan laut menunjukkan nilai positif yang sehingga anomali suhu
permukaan laut di wilayah pantai barat Sumatera Utara lebih hangat dari klomatologisnya hal ini berarti wilayah pembentukan awan terdapat di wilayah
barat Sumatera dibandingkan dengan wilayah Timur Sumatera. Analisis yang di lakukan oleh Bayong 1999 Sirkulasi walker merupakan sirkulasi Zonal yang di
pengaruhi oleh Sea Surface Temperature SST Samudera Pasifik dan Hindia, Pada kondisi normal, sirkulasi walker di ketahui konvergen diatas BMI Benua
Maritim Indonesia yang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap aktivitas curah hujan.
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.1.3 Analisis Anomali Sea Level Preasure SLP