yang berada di wilayah selat malaka sangat mempengaruhi pembentukan awan di wilayah Sumatera.
4.1.1.4.5 Analisis Curah Hujan
Hal terpenting dan utama dalam membahas kejadian bencana terkait dengan iklim ekstrim adalah analisis curah hujan hasil pengamatan yang berada di
sekitar lokasi stasiun. Analisis ini dapat dilakukan dengan membuat plot diagram batang jumlah curah hujan harian dari 5 hari hingga saat kejadian. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah kejadian tersebut merupakan akibat dari curah hujan sesaat atau memang sudah terjadi penumpukan jumlah curah hujan dari
hari-hari sebelumnya, sehingga tanah sudah jenuh dan tidak mampu lagi menampung air. Jika tanah sudah tidak dapat menahan air, maka akan timbul
genangan di permukaan yang rata atau longsor jika terjadi di permukaan yang miring.
Curah Hujan Harian Pos Hujan BBI Murni
0.0 5.0
10.0 15.0
20.0 25.0
30.0 35.0
40.0
9 30
2 01
1 10
1 2
01 1
10 2
2 01
1 10
3 2
01 1
10 4
2 01
1 10
5 2
01 1
10 6
2 01
1 10
7 2
01 1
10 8
2 01
1 10
9 2
01 1
10 1
20 11
Tanggal C
ura h
H uj
a n
Series1
Gambar 4.8 Grafik Curah Hujan Harian Pos Hujan BBI Murni.
Berdasarkan data Curah hujan yang di peroleh dari pos hujan BBI Murni dapat di lihat curah hujan pada saat kejadian banjir tercatat 37.0 mm, hujan juga
terjadi pada 5 hari sebelum kejadian pada tanggal 30 september tercatat curah hujan sebesar 15 mm, tanggal 2 dan 3 oktober curah hujan tercatat 20mm dan
27mm, dari data pos hujan yang di peroleh dapat disimpulkan bahwa kejadian
Universitas Sumatera Utara
banjir yang terjadi disebabkan terjadi penumpukan jumlah curah hujan dari hari- hari sebelumnya.
Berdasarkan analisis dinamika atmosfer yang dilakukan terhadap beberapa variabel baik komponen atmosfer maupun komponen laut dan analisis curah hujan
dapat dibuat kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya curah hujan ekstrim diwilayah Sumatera Utara khususnya wilayah kec Tanjung morawa
dan sekitarnya , dari tabel 4.4 dapat dilihat nilai anomali OLR pada 5 hari sebelum kejadian banjir, nilai anomali OLR cendrung menurun hingga puncaknya pada
tanggal 4 Oktober 2011 mencapai nilai -45.57 dan pada hari ketiga setelah kejadian dengan anomali -45,42.
Dilihat dari analisis suhu permukaan laut nilai anomali suhu permukaan laut menunjukkan nilai negatif diwilayah selat malaka dan laut cina selatan , hal
ini berarti anomaly suhu permukaan laut lebih dingin dibandingkan dengan klimatologisnya. Diwilayah pantai barat Sumatera Utara anomali suhu permukaan
laut menunjukkan nilai positif hal ini berarti anomali suhu permukaan laut lebih hangat dari klimatologisnya, sehingga kandungan uap air di atmosfer lebih
banyak, hal ini didukung dengan analisis dari tekanan permukaan laut, Tekanan Permukaan Lautmenunjukkan anomaly negatif yang berarti Tekanan Permukaan
Lautlebih rendah dari klimatologisnya yang berarti peluang pembentukan awan lebih besar.
Dari analisis pola angin 5 Oktober 2011 dapat dilihat komponen Meridional Utara
– Selatan lebih dominan dibandingkan dengan komponen Zonal Timur
– Barat dengan nilai anomaly komponen V negatif, ini berarti pola angin pada saat kejadian di dominasi oleh angin dari Selatan. Dilhat dari
anomali Tekanan Permukaan Lautdi laut cina selatan negatif, ini berarti terdapat sel tekanan rendah di wilayah laut cina selatan hal ini dapat membawa massa
udara dari selatan ke utara. Curah hujan yang terjadi pada kejadian ini banyak di pengaruhi oleh variabel-variabel cuaca di pantai barat Sumatera, hal ini dapat
dilihat dari anomali suhu permukaan laut positif, anomali Tekanan Permukaan Lautnegatif dan pola angin yang dominan dari selatan dengan sel tekanan rendah
Universitas Sumatera Utara
di wilayah laut cina selatan, sehingga pola angin membawa massa udara dari wilayah pantai barat ke wilayah Sumatera Utara.
4.1.1.5 Analisis Kejadian Tanggal 5 November 2011