beberapa stasiun pangamatan dan pos hujan pada tabel 4.1 5 hari sebelum kejadian banir 1 April 2011 Curah hujan yang tercatat di beberapa stasiun
pengamatan dan pos hujan menunjukkan nilai yang signifikan 50mmhari.
4.1.1.1.5 Analisis Curah Hujan
Hal terpenting dan utama dalam membahas kejadian bencana terkait dengan iklim ekstrim adalah analisis curah hujan hasil pengamatan yang berada di
sekitar lokasi stasiun. Analisis ini dapat dilakukan dengan membuat plot diagram batang jumlah curah hujan harian dari 5 hari hingga saat kejadian. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah kejadian tersebut merupakan akibat dari curah hujan sesaat atau memang sudah terjadi penumpukan jumlah curah hujan dari
hari-hari sebelumnya, sehingga tanah sudah jenuh dan tidak mampu lagi menampung air. Jika tanah sudah tidak dapat menahan air, maka akan timbul
genangan di permukaan yang rata atau longsor jika terjadi di permukaan yang miring.
Curah Hujan Harian Pos Hujan Binjai Kota
0.0 20.0
40.0 60.0
80.0 100.0
120.0
3 27
2 01
1 3
28 2
01 1
3 29
2 01
1 3
30 2
01 1
3 31
2 01
1 4
1 20
11 4
2 20
11 4
3 20
11 4
4 20
11 4
5 20
11 4
6 20
11
Tanggal C
ura h
H uj
a n
m m
Series1
Gambar 4.2 Grafik Curah Hujan Pos Hujan Binjai Kota
Berdasarkan data Curah hujan yang di peroleh dari pos hujan Binjai kota dapat di lihat kejadian banjir yang terjadi pada tanggal 1 April 2011 disebabkan
oleh curah hujan yang tinggi yang terjadi pada hari tersebut yaitu sebesar 109 mm dalam satu hari di wilayah Binjai dan sekitarnya. Berdasarkan analisis dinamika
atmosfer yang dilakukan terhadap beberapa variabel baik komponen atmosfer
Universitas Sumatera Utara
maupun komponen laut dan analisis curah hujan dapat dibuat kesimpulan faktor- faktor yang mempengaruhi terbentuknya curah hujan ekstrim diwilayah Sumatera
Utara khususnya wilayah Binjai, dari tabel 4.1 dapat dilihat nilai anomali OLR pada 5 hari sebelum kejadian sempai dengan hari kejadaian menunjukkan nilai
negatif hal ini berarti tutupan awan selama 5 hari sebelum hingga pada saat kejadian cukup tebal dan luas, dilihat dari nilai suhu permukaan laut di sekitar
wilayah Sumatera Utara dalam hal ini di pilih 3 titik grid yang mewakili wilayah perairan di sekitar wilayah sumatera utara yaitu wilayah perairan sebelah barat
Sumatera, selat malaka pantai timur Sumatera dan wilayah laut cina selatan. Dari nilai suhu permukaan laut yang di peroleh pada tabel 4.1 dapat dilihat
anomali suhu permukaan laut di wilayah selat malaka dan laut cina selatan menunjukkan nilai anomali yang negatif,hal ini menunjukkan bahwa anomali
suhu permukaan laut lebih dingin dari klimatologisnya sehingga ketersediaan uap air di atmosfer pada kedua wilayah ini lebih sedikit dibanding klimatologisnya,
sedangkan di wilayah pantai barat Sumatera, dapat dilihat anomali suhu permukaan laut menunjukkan nilai positif, hal ini menunjukkan bahwa nilai
anomali suhu permukaan laut di wilayah ini lebih hangat dari klimatologisnya ,hal ini berarti ketersediaan uap air di atmosfer lebih banyak dibandingkan
klimatologisnya. Dari nilai anomali Tekanan Permukaan Laut menunjukkan nilai anomali
negatif diwilayah perairan barat sumatera, selat malaka dan laut cina selatan hal ini berarti peluang pembentukan awan lebih besar terutama diwilayah pantai barat
Sumatera, hal ini dapat dilihat dari nilai anomali suhu permukaan laut di wilayah perairan barat Sumatera dengan anomali yang positif.
Dari pola angin yang terbentuk sejak 5 hari sebelum kejadian, dapat dilihat wilayah Sumatera Utara di lewati daerah konvergensi dan pembelokan
angin serta terdapat area tekanan rendah Low Preasure Area diutara Sumatera, sehingga dapat dianalisis pembentukan awan lebih aktif di wilayah Sumatera
Utara sejak 5 hari sebelum kejadian. Hal ini juga dapat dilihat dari data hujan di beberapa stasiun pangamatan dan pos hujan pada tabel 4.1 5 hari sebelum
kejadian banir 1 April 2011 Curah hujan yang tercatat di beberapa stasiun
Universitas Sumatera Utara
pengamatan dan pos hujan menunjukkan nilai yang signifikan 50mmhari, Hasil ini sesuai dengan Amsari M 2012 yang melakukan analisis kejadian bencana
yang terjadi di wilayah pacet 2012.
4.1.1.2 Analisis Kejadian Tanggal 19 April 2011