1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan antara lain : 1. Wilayah studi meliputi wilayah Sumatera Utara.
2. Menggunakan data hujan dari pos-pos pengamatan hujan pada daerah yang terkena bencana banjir dan data variabel-variabel cuaca yang di peroleh
dari NCEPNCAR reanalisis. 3. Menggunakan Program GrADS.
4. Variabel-variabel cuaca yang dimaksud dalam penelitian ini adalah OLR Outgoing Longwave Radiation, anomali Sea Surface Temperatur SST
disekitar wilayah pantai timur Sumatera bagian utara Selat Malaka, Wilayah pantai barat dan Laut Cina selatan , anomali Sea Level Preasure
SLP, dan pola angin.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dilakukan antara lain : 1. Mencari variabel-variabel cuaca apa saja yang mempengaruhi cuaca
ekstrim di wilayah Sumatera Utara. 2. Mendapatkan hasil seberapa jauh variabel-variabel cuaca tersebut
mempengaruhi curah hujan ekstrim diwilayah Sumatera Utara. 3. Memperoleh indeks peringatan dini dari variabel-variabel cuaca tersebut.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian yang akan dilakukan antara lain : 1. Hasil penelitian diharapkan akan menjadi suatu informasi yang berguna
dalam menganalisis variabel-variabel cuaca yang dapat mempengaruhi cuaca ekstrim diwilayah sumatera utara dan dapat mengetahui seberapa
Universitas Sumatera Utara
kuat pengaruh dari variabel-variabel cuaca tersebut terhadap pembentukan cuaca ekstrim di wilayah Sumatera Utara.
2. Menghasilkan Suatu indeks yang dapat memberikan peringatan dini kepada masyarakat sebelum terjadinya kejadian cuaca ekstrim.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Curah Hujan
2.1.1. Pengertian Hujan
Endapan presipitasi didefenisikan sebagai bentuk air Cair dan padat es yang jatuh kepermukaan bumi. Meskipun kabut, embun dan embun beku
frost dapat berperan dalam alih kebasahan moisture dari atmosfer ke permukaan bumi, unsur tersebut tidak ditinjau sebagai endapan. Bentuk endapan
adalah hujan, gerimis, salju, dan batu es hujan hail. Hujan adalah bentuk endapan yang sangat sering dijumpai, dan di Indonesia yang dimaksud dengan
endapan adalah curah hujanBayong,2004. Curah hujan dan suhu merupakan unsur iklim yang sangat penting bagi
kehidupan di bumi. Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau milimeter 1 inci = 25.4 mm. Jumlah curah hujan 1mm, menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi
permukan 1mm , jika air tersebut tidak meresap kedalam tanah dan menguap ke atmosfer. Didaerah tropis hujannya lebih lebat dibandingkan dengan daerah
lintang tinggi.
2.1.2. Curah Hujan Di Indonesia
Sumber curah hujan di wilayah monsun Indonesia adalah pertumbuhan dengan konveksi dari awan konvektif atau gabungan dengan faktor lain seperti
konvergensi, orografik, atau arus siklonik. Awan-awan diatas Indonesia sering disebut ”awan panas” warm cloud karena suhu awan diatas -10˚C, hanya bagian
Universitas Sumatera Utara
atas menara awan yang kadang-kadang mempunyai suhu kurang dari - 10˚C.
Dalam awan panas sebagian pertumbuhan tetes hujan dan pembentukan curah hujan dilakukan melalui proses dua langkah, yaitu: pertama melibatkan proses
difusi dan kondensasi yang menghasilkan populasi tetes awan terbentuk, kedua melibatkan pertemuan tetes hujan melalui proses tumbukan dan tangkapan
collision and coalescence atau proses Bowen-Ludlam. Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan puncak awan diatas Indonesia
mempunyai suhu dibawah -1 0˚C yang berarti proses kristal es proses Bergeron-
Findeisen memainkan peranan penting dalam produksi curah hujan. Karena konveksi dan campuran proses awan panas dan dingin mendominasi produksi
curah hujan di Indonesia, maka karakteristik curah hujan sangat berbeda dengan curah hujan di lintang tengah terutama dalam hal: jumlah tahunan, intensitas,
durasi, frekuensi, dan distribusi hujan secara spasial dan temporal. Jenis curah hujan yang sering terjadi di wilayah Indonesia adalah:
a. Hujan Konvektif Curah hujan yang disebabkan oleh gaya apung konveksi akibat pemanasan
oleh radiasi matahari. Curah hujan konvektif biasanya terjadi pada skala ruang terbatas antara 10-20km
2
dan 200-300 km
2
, sehingga jenis curah hujan ini mempunyai variabilitas ruang yang besar. Skala ruang konveksional
bergantung pada apakah berbentuk sel konveksi badai guruh individu atau badai terorganisasi squal lines. Hujan konveksional mempunyai arus udara
keatas cepat, sehingga awan ini menjadi sangat tebal yang puncaknya dapat mencapai tropopause bahkan dapat menembus lapisan stabil stratosphere
bawah. Awan konvektif dapat menghasilkan hujan lebat, batu es hujan Hail Storm
, kilat dan guruh petir.
Gambar 2.1 Hujan Konvektif
Universitas Sumatera Utara
b. Hujan Orografik Curah Hujan orografik disebabkan oleh kondensasi dan pembentukan
awan udara lembab yang dipaksa naik oleh barisan pegunungan. Di Indonesia, pembentukan curah hujan orografik sering dibantu oleh proses konveksi.
Untuk lokasi pegunungan di daerah monsun atau musiman, maka distribusi geografik curah huja orografik dapat berubah secara tegas, karena lereng
diatas angin Wind Ward Slopes dapat menjadi lereng dibawah angin Lee Ward Side
dan sebaliknya.Curah hujan orografik terbatas pada pegunungan berbeda dengan curah hujan siklonik yang dapat bergerak seperti pada siklon
tropis.
Gambar 2.2 Hujan Orografis
c. Hujan Siklonik Curah hujan siklonik disebabkan oleh konvergensi horizontal udara
lembab dalam area sirkulasi dengan pusat tekanan rendah yang mempunyai vortisitas maksimum. Menurut dinamika atmosfir, vortisitas siklonik berkaitan
denga konvergensi atau penumpukan massa udara lembab penumpukan uap air. Contoh hujan siklonik adalah dalam siklon tropis dimana proses
gabungan arus siklonik dan konvesi menghasilkan curah hujan lebat. Curah hujan siklonik dapat mencapai area yang luas, karena selama hidupnya, 1-8
Hari siklon tropis bergerak ratusan sampai ribuan kilometer. Siklon tropis muncul pada laut yang panas 26
˚C pada parameter coriolis minimum diatas lintang 5˚ dan intensitasnya menguat pada lintang 10˚. Wilayah Indonesia
mempunyai parameter coriolos kecil, jarang dilalui jalur siklon tropis, tetapi
Universitas Sumatera Utara
dampak siklon tropis terhadap dampak cuaca diindonesia adalah meningkatkan jumlah curah hujan dan kecepatan angin terutama tempat-
tempat yang dekat dengan jalur siklon tropis. Ada tiga tingkat Taraf pertumbuhan awan, yaitu :
a. Taraf cumulus, awan terus tumbuh sampai gaya apung termal
menjadi nol atau suhu parsel udara sama dengan suhu udara lingkungan. Awan didominasi oleh arus udara ke atas UP Draft
dalam taraf ini, sedikit sekali bahkan tidak terjadi hujan dan kilat sangat jarang.
Gambar 2.3 Taraf Cumulusbeginning stage
b. Taraf dewasa Mature, awan menjadi berbahaya. Pada taraf ini
terjadi hujan lebat, turbulensi kuat, kadang-kadang batu es, guruh dan kilat. Awan didominasi oleh arus udara kebawah Down Draft
yang menghasilkan hujan dan arus udara keatas yang membawa uap air kedalam awan sebagai bahan bakar awan ketika berubah fasa
menjadi tetes-tetes awan. Awan konvektif dalam taraf dewasa merupakan ”jalur maut” bagi penerbangan. Awan Cumulonimbus
Cb sering mencapai paras 18 – 20 Km bagian bawah stratosfer
jika arus udara keatas sangat kuat, dan sering meninggalkan awan landasan cirus akibat geser angin wind shear troposferik atas.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 tahap dewasa mature stage
c. Taraf disipasi, ketika arus udara kebawah lebih 50 mendominasi
sel awan konfektif maka awan memasuki taraf disipasi lenyap. Pada taraf ini awan mengalami penurunan aktivitas, produksi hujan
melemah menjadi gerimis hujan ringan dan awan pada akhirnya akan mati.
Gambar 2.5 tahap mati dissipating stage
Jika ada konvergensi pada arus udara horizontal dari massa udara yang besar dan tebal, maka akan terjadi gerakan ke atas. Kenaikan udara di daerah
konvergensi dapat menyebabkan pertumbuhan awan dan hujan. Jika dua massa udara yang konvergen dan horizontal mempunyai suhu dan massa jenis
yang berbeda, maka massa udara yang lebih panas akan dipaksa naik di atas massa udara dingin. Bidang batas antara kedua massa udara yang berbeda sifat
fisisnya disebut front. Distribusi curah hujan kedaerahan biasanya dinyatakan dengan garis
kesamaan curah hujan isohyet. Distribusi curah hujan menunjukkan bahwa daerah udara naik, yaitu daerah tekanan rendah jumlah curah hujan besar.
Sebaliknya, di daerah udara turun seperti di daerah tekanan tinggi subtropis,
Universitas Sumatera Utara
jumlah curah hujan jauh lebih kecil. Didaerah lintang tinggi udara yang dingin mempunyai kapasitas air terbatas dan daerah ini kurang sekali mendapat aliran
udara tropis lembab sehingga jumlah curah hujan sangat sedikit. Lagipula konveksi termal sangat sedikit di daerah kutub dibandingkan di daerah tropis
Rudolf, 2006. Daerah hujan berkaitan dengan sabuk belts konvergensi yang cenderung
bergerak ke utara jika belahan bumi utara musim panas dan bergerak ke selatan jika belahan bumi selatan musim panas. Di daerah ekuator yang secara
tetap dibawah pengaruh konvergensi ekuator, jumlah curah hujan berlimpah sepanjang tahun, tetapi pada daerah beberapa derajat di utara atau selatan
ekuator, secara bergantian dikuasai oleh konvergensi ekuator, yaitu basah pada musim panas dan kering pada musim dingin.
Sirkulasi monsun mempengaruhi jumlah curah hujan musiman secara tegas yang menghasilkan periode hujan jika angin berhembus menuju ke
pantai pada waktu musim panas dan periode kering jika angin berhembus menuju ke lepas pantai pada waktu musim dingin. Ragam curah hujan akibat
monsun sangat jelas di daerah Asia Tenggara seperti di Indonesia.
a. Pola Curah Hujan Jenis Monsun Karakteristik dari jenis ini adalah distribusi curah hujan bulanan berbentuk
“V” dengan jumlah curah hujan minimum pada bulan juni, Juli atau Agustus. Saat monsun barat jumlah curah hujan berlimpah, sebaliknya pada saat
monsun timur jumlah curah hujan sangat sedikit. Daerah yang mempunyai curah hujan jenis monsun sangat luas terdapat di Indonesia.
b. Pola curah hujan jenis ekuator Distribusi curah hujan bulanan mempunyai dua maksimum. Jumlah curah
hujan maksimum terjadi setelah ekinos. Tempat di daerah ekuator seperti Pontianak dan Sumatera Utara mempunyai pola hujan jenis ekuator. Pengaruh
monsun di daerah ekuator kurang tegas dibandingkan pengaruh insolasi pada waktu ekinoks. Ekinoks adalah kedudukan matahari tepat berada di atas
ekuator terjadi pada 21 Maret dan 23 September.
Universitas Sumatera Utara
c. Pola curah hujan jenis lokal Distribusi curah hujan bulanannya kebalikan dari jenis monsun. Pola curah
hujan jenis lokal lebih banyak dipengaruhi oleh sifat lokal.
2.2 Sirkulasi Atmosfer
Diatas daerah-daerah lintang rendah, pola arus atmosferik sangat serbasama atau variasi dari hari kehari kecil. Diatas lintang menengah, migrasi
siklon dan anti siklon menyebabkan variasi angin terus menerus. Dengan meninjau gerak udara pada lintang-lintang rendah yang serbasama dan rata-
rata angin yang berubah pada lintang-lintang yang lebih tinggi, maka dapat dikembangkan gambaran angin rata-rata diatas bumi.
Perubahan panas antara siang dan malam merupakan gaya gerak utama sistem angin harian, karena ada beda panas yang kuat antara udara diatas darat
dan laut atau antara udara di atas tanah tinggi pegunungan dan tanah rendah lembah. Karena durasinya terbatas, maka sistem angin harian biasanya hanya
efektif pada area relatif kecil, sehingga sistem angin ini menyebabkan variasi iklim lokal. Ada dua tipe utama lokasi angin harian yaitu daerah pantai dengan
sistem angin darat-laut, dan daerah pegunungan dengan sistem angin lembah- gunung.
2.2.1 Gerak Fluida Atmosfer Gerak atmosfer dapat dibagi menjadi dua kelas besar, keduanya disebabkan
oleh adanya distribusi pemanasan diabatik yang tidak merata dalam atmosfer; a. Gerakan akibat gradien pemanasan horizontal baik secara langsung
maupun tak langung, menyebabkan lebih dari 98 energi kinetik atmosferik. Hampir semua energi kinetik ini dikaitkan dengan medan
angin horizontal skala-sinoptik dan planeter. b. Gerakan akibat kelabilan instability konvektif menyababkan kurang dari
2 energi kinetik atmosferik. Konveksi disebabkan oleh gradien pemanasan diabatik vertikal. Gerak konvektif mempunyai skala ruang
dengan jangka ranging dari sekitar 30 km dalam badai guruh yang
Universitas Sumatera Utara
terbesar turun sampai kurang dari 1mm dalam gerak skala mikro pada lapisan permukaan. Meskipun gerak konvektif kontribusinya kecil
terhadap energi knietik atmosferik, tetapi gerakan ini memainkan peranan penting dalam transport panas terselubung latent heat dan panas terasa
sensible heat.
2.2.2 Sistem Angin Gambar 2.6 menunjukkan gambaran umum distribusi angin-tekanan
terestrial bumi. Pola sebenarnya sangat berbeda daripada ditunjukkan pada gambar , akibat ketidakteraturan irregular pemanasan permukaan bumi dan efek
perpindahan migration daerah tekanan rendah dan daerah tekanan tinggi. Perlu dicatat bahwa angin memusat convergence pada pita band tekanan rendah,
yang ditandai oleh gerak udara naik, dan menyebar divergence dari sabuk tekanan tinggi, yang ditandai oleh gerakan udara turun secara vertikal.
Gambar 2.6 Sistem Angin dan Tekanan Terestrial Idaman ideal.
Karena sifat permukaan bumi yang tidak homogen, maka proses skematik pada gambar mengalami banyak modifikasi seperti terlihat pada gambar.... yang
menunjukkan angin rata-rata untuk bulan januari dan juli di Indonesia. Peta angin menunjukkan kondisi rata-rata. Sabuk belt tekanan dan angin pada umumnya
dari hari ke hari kondisinya dapat sangat berbeda. Akan sangat bermanfaat untuk
Universitas Sumatera Utara
meninjau sabuk tekanan dan angin dengan menunjukkan pada kondisi rata-rata rill dan kondisi ideal, agar dapat menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan
perbedaan pola angin ideal idaman dan angin rata-rata riil. Sabuk belt tekanan planeter terdiri dari:
a. Daerah Angin Tenang Ekuatorial Sepanjang tahun terdapat sabuk tekanan rendah mengelilingi bumi dalam
daerah ekuatorial akibat pemanasan bumi berlebihan pada daerah ini. Setelah tengah hari sore hari biasanya terjadi hujan deras shower dari konveksi kuat
dan pendinginan adiabatik dimana temperatur hariannya paling tinggi. Kebanyakan gerak udara disini adalah vertikal dengan angin lemah dan berubah-
ubah Variabel, yang biasanya mempunyai gerakan ke arah barat. Jadi daerah ini dikenal sebagai sabuk angin tenang ekuatorial belt of equatorial calm. Atmosfer
terik hot, lembab, lengket sticky dan menyesakkan nafas dan laut seperti kaca yang licin disebut melempem atau daerah angin tenang doldrums. Selama
musim dingin belahan bumi utara BBU, tekanan rendah ekuatorial bergerak ke selatan akibat efek pemanasan benua Australia dalam musim panas belahan bumi
selatan BBS. Tetapi selama musim panas BBU ketika matahari berada di utara ekuator, terjadi gerakan sabuk tekanan rendah agak jauh ke utara akibat
pemanasan daerah-daerah kontinental yang luas. Perlu diperhatikan bahwa posisi daerah melempem doldrums rata-rata tahunan pada umumnya terletak di utara
ekuator atau di belahan bumi utara BBU.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7 Angin rata-rata pada ketinggian 5.000 kaki diatas Indonesia Atas : Januari, dan bawah : Juli.
b. Sabuk Angin Tenang Subtropis. Dalam gambar ideal Gambar 2.6 ada dua sabuk yang ditandai oleh
tekanan tinggi Sering disebut dengan tekanan tinggi subtropis dan angin relatif lemah atau tenang yang terjadi secara simetris terhadap ekuator pada lintang 30
˚ U dan 30˚ S. Subsidensi penurunan udara yang mempertahankan pola tekanan
tinggi dipanasi secara adiabatik, sehingga menghasilkan kelembbaban relatif rendah dan langit cerah. Sifat kering udara yang turun ini menyebabkan gurun-
gurun besar pada atau disekitar lintang-lintang kuda horse latitudes yaitu lintang 30˚ Utara dan Selatan. Pada BBS, lintang kuda kebanyakan berada di atas laut,
sehingga kondisinya agak serbasama uniform sepanjang tahun. Konfigurasi tahunan hampir serupa dengan pola idaman, kecuali pada kontinental yang
mematahkan punggung tekanan tinggi. Patahan-patahan ini menjadi kurang nyata dalam musim dingin BBS juli akibat pendinginan daratan yang meningkatkan
subsidensi udara dan memperbesar sabuk tekanan tinggi. Pada BBU terjadi modifikasi pola idaman tahunan lebih drastis tegas yang mengikuti variasi
temperatur di lautan osean.
Universitas Sumatera Utara
Selama musim dingin BBU, sabuk tekanan tinggi secara kasar mengelilingi bumi, meskipun posisinya diatas kontinen bergeser ke utara dan
diatas osean kesela tan dari lintang paralel 30˚. Juga tekanan tinggi secara rata-rata
diperkuat diatas kontinen, terutama diatas Asia, dimana tekanan tinggi diatas Siberia sangat kuat sebagai konsekuensi pendinginan refrigeration yang nyata
massa daratan luas ini. Selama musim panas BBU ada sebagian pembalikan tekanan diatas Amerika Utara dan pembalikan sangat kuat diatas Asia. Pada
waktu bersamaan, intensifikasi sabuk tekanan tinggi terjadi diatas lautan kerena relatif dingin terhadap kontinen. Daerah tekanan tinggi sebelah barat Amerika
Serikat dikenal sebagai tekanan tinggi Pasifik, sedangkan diatas Samudera Atlantik sering menunjukkan ganda doublet yang dikenal sebagai tekanan tinggi
bermuda dan Azores. c. Sabuk Tekanan Rendah Subpolar
Meskipun observasi pada lintang-lintang oseanik tinggi BBS relatif jarang, tetapi cukup memberi indikasi bahwa ada perubahan kecil dari musim panas ke
musim dingin. Keadaan ini diduga terjadi pada daerah lautan BBS yang menempati cukup besar pada lintang-lintang Subpolar. Tetapi di BBU terjadi
perubahan tahunan yang cukup besar pada daerah ini akibat perubahan temperatur yang nyata antara darat dan air. Dalam bulan Januari, tekanan rendah membalik
menjadi tekanan tinggi diatas darat untuk membentuk tekanan tinggi Kanada dan Siberia, tetapi menjadi daerah tekanan rendah sangat kuat dan berpotensial
menjadi badai stormy diatas Samudera Atlantik Utara dan Pasifik Utara yang relatif panas dengan memakai referensi tekanan rendah Iceland dan Aleutian.
d. Tekanan Tinggi Polar Secara rata-rata daerah tekanan tinggi berada diatas kedua daerah polar
kutub. Tetapi, intensitas dan lokasi pusat tekanan tinggi ini diketahui berubah, jarang terpusat pada kutub-kutub geografis.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Faktor terjadinya angin
Faktor terjadinya angin yaitu: 1.Gradien Barometris : Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara
dari 2 isobar yang jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya semakin cepat tiupan angin.
2. Letak tempat : kecepatan angin di dekat katulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari garis khatulistiwa.
3. Tinggi tempat : semakin tinggi tempat semakin kencang pula angin yang bertiup, hal ini disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju
udara. 4. Waktu : Di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada pada malam hari.
2.2.4 Jenis-jenis Angin
Jenis-jenis angin antara lain : a. Angin Monsun
Angin monsun disebabkan oleh beda sifat fisis antara osean dan kontinen; kapasitas panas osean lebih besar daripada kontinen. Permukaan osean
memantulkan radiasi matahari lebih banyak permukaan daratan kontinen, dan radiasi matahari dapat memasuki air sampai dalam dengan bantuan
gerakan air arus laut, sedangkan di darat panas hanya mencapai beberapa sentimeter saja. Hasil dari beda fisis ini adalah osean lambat panas bila ada
radiasi matahari dan lambat dingin bila tidak ada radiasi matahari, dibandingkan dengan kontinen. Akibatnya, osean akan lebih dingin dalam
musim panas dan lebih panas dalam musim dingin dibandingkan dengan kontinen. Pergantian dari musim dingin ke musim panas atau sebaliknya,
dapat membalikkan arah gaya gradien tekanan, dengan demikian angin monsun mengalami pembalikan arah.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8. Gaya Gradien Tekanan Dalam Musim Dingin dan Musim Panas.
Secara latitudinal melintang dan longitudinal membujur, Indonesia di bawah pengaruh kekuasaan regime sirkulasi ekuatorial dan
monsunal yang sangat berbeda karakteristiknya. Monsun dapat digambarkan sebagai fenomena angin laut raksasa akibat beda panas BBU-
BBS yang dikaitkan dengan migrasi matahari tahunan. Anggap bahwa udara dingin di BBS belahan bumi selatan dipisahkan oleh udara panas
di BBU belahan bumi Utara oleh sebuah dinding yang berdiri pada ekuator, seperti yang ditunjukkan secara bagan pada gambar 2.9.
Gambar 2.9. Bagan Gaya Gravitasional Monsun Tekanan permukaan berat kolom udara persatuan luas lebih besar
di BBS dari pada di BBU. Gradiaen tekanan dari selatan ke utara mnunjukkan adanya energi potensial. Jika dinding diambil maka udara
Universitas Sumatera Utara
dingin mulai turun dan bergerak ke utara, sedangkan udara panas naik dan bergerak keselatan, jadi ada kenaikan energi kinetik akibat energi
potensial. Jungkir balik vertikal ini bergantung pada musim yang mendefenisikan sirkulasi monsun. Beda panas antara utara-selatan yang
sangat penting diperkirakan antara benua Asia dan osean Hindia. Selama musim panas boreal BBU, benua asia dipanasi secara efektif dan luas.
Puncak gunung yang tinggi seperti dataran tinggi plateau Tibet, memberi kontribusi secara langsung udara troposferis tengah.
Daerah monsun adalah daerah dimana sirkulasi atmosfer permukaan dalam bulan januari dan juli memenuhi persyaratan berikut.
a. Arah angin utama pada bulan Januari dan Juli berbeda paling sedikit 120
˚. b. Frekuensi angin utama rata-rata dalam bulan Januari dan Juli lebih dari
40. c. Kecepatan angin paduan rata-rata sekurang-kurangnya satu bulan
melebihi 3ms
1
. d.
Indeks monsun ≥ 40, daerah non monsunal mempunyai indeks monsun 40.
Monsun adalah angin periodik dengan perioda musiman. Daerah monsun dibatasi oleh garis bujur 30˚ B dan 170˚T dan oleh garis lintang 35˚U dan
25˚S . Jadi jelas benua maritim Indonesia termasuk dalam daerah monsun.
b. Angin Darat dan Angin Laut. Proses terjadinya angin darat dan angin laut pada dasarnya sama dengan
angin monsun yaitu disebabkan oleh beda sifat fisis antara permukaan darat dan laut. Periode angin mosun adalah musiman, sedangkan angin darat dan
laut adalah harian. Beda panas antara permukaan darat dan air adalah penyebab utama pembentukan angin darat dan laut. Pada siang hari, daratan
agak cepat panas jika ada radiasi matahari sedangkan permukaan air lebih dingin, karena panas hilang pada lapisan air yang lebih tebal oleh turbulensi
dan gelombang dan oleh penetrasi langsung dan absorpsi. Akibatnya terjadi sel konveksi kecil sehingga angin dekat permukaan bumi berhembus ke darat
Universitas Sumatera Utara
disebut angin laut the sea breeze. Pada malam hari , darat lebih cepat dingin akibat kehilangan radiasi gelombang panjang, sedangkan air karena inersia
thermalnya menjadi tetap panas dengan temperatur hampir sama seperti ketika siang hari, sehingga pola tekanan harian terbalik dan terbentuk angin darat
the land breeze karena udara darat yang relatif dingin bergerak ke arah tekanan lebih rendah diatas laut.
Gambar. 2.10. Pola Dasar Angin Darat dan Angin Laut : a Angin Laut Siang Hari dan b Angin Darat Malam Hari. Garis-garis Horizontal
Menunjukkan Permukaan Isobaris. Angin laut biasanya lebih kuat dibandingkan angin darat, kecepataannya
mencapai 4-8 ms
1
dan ketebalan lapisan udara mencakup ketinggian 1000m. Angin laut di tropis dapat masuk ke darat sejauh 100 km.
Angin laut biasanya muncul di dekat pantai beberapa jam setelah matahari terbit dan mencapai maksimum ketika beda temperatur darat-laut mencapai
maksimum. Secara musiman angin laut paling kuat jika insolasi kuat, karena itu pertumbuhan angin laut paling baik selama musim kering. Di luar tropis,
musim panas merupakan musim angin laut kuat karena kecepatan angin sirkulasi umum lemah dan massa udara labil menguntungkan pembentukan
angin laut. Kekuatan dan arah angin laut dikendalika oleh faktor-faktor lokal ;
Universitas Sumatera Utara
temperatur air permukaan dingin disebabkan oleh arus laut dingin atau kenaikan upwelling air dari bawah akan meningkatkan kekuatan angin laut.
Faktor-faktor yang meningkatkan temperatur diatas darat pada siang hari, misalnya kurangnya tanaman dan permukaan kering mempunyai efek yang
sama. Tutupan tanaman lebat, rawa atau sawah yang kebanjiran flooded ricefield
biasanya menurunkan kekuatan anginlaut karena kondisi ini akan menurunkan beda temperatur darat-laut. Adanya gunung dekat pantai sering
menimbulkan sistem angin gabungan angin laut-lembah. Jika angin laut memusat konvergen dengan angin dari arah yang berbeda
maka sering terbentuk „front angin laut“ yang dapat menyebabkan pembentukan awan lokal dan hujan.
Angin darat lebih lemah daripada angin laut dalam kebanyakan iklim tropis. Ini disebabkan beda temperatur darat-laut di tropis jauh lebih besar
akibat pemanasan siang hari dari pada akibat pendinginan waktu malam hari. Penyebab utamanya adalah pendinginan cepat permukaan darat sepanjang
malam hari. Pengaruh pendinginan ini terbatas pada lapisan udara permukaan yang tipis, sehingga angin darat jarang mempunyai kecepatan lebih dari
3ms
1
, tetapi kecepatannya dapat meningkat oleh arus katabatik katabatik flow
. Ketebalan lapisan udara dalam angin darat biasanya hanya beberapa meter. Angin darat secara normal tidak mencapai lebih dari 15-20 km ke laut.
Semua sirkulasi lokal dipangaruhi oleh angin sirkulasi general tanpa terkecuali angin laut dan darat. Jika angin skala sinoptik kuat, maka angin darat dan laut
tidak terjadi, karena turbulensi mencegah beda temperatur dan tekanan lokal antara permukaan air dan darat. Untuk angin general yang lebih lemah, maka
angin laut dan darat umumnya tidak berubah baik arah maupun kecepatannya. Di daerah angin melempemdoldrum dan dekat ekuator dimana angin skala
sinoptik sangat lemah maka sirkulasi lokal mendominasi. Variasi lain angin laut dan darat dikaitkan dengan bentuk umum garis
pantai yang dapat menyebabkan konvergensi atau divergensi. Konvergensi dan pembentukan awan di dukung di atas tanjung headlands sedangkan
divergensi dan garis-garis patah pembentukan awan lebih di dukung diatas
Universitas Sumatera Utara
teluk bays. Sistem angin laut-darat terjadi diatas pulau yang tidak sangat kecil minimum diameter sekitar 15 km. Di atas laut, seperti selat malaka,
konvergensi angin darat yang berlawanan dapat terjadi pada malam hari yang menimbulkan hujan.Kekuatan angin laut bergantung pada perbedaan
temperatur antara darat dan laut, makin besar perbedaannya makin kuat anginnya.
c. Angin Gunung dan Lembah Di daerah pegunungan tropis seringterjadi sistem angin harian yang kuat
dan reguler, yang disebabkan oleh pemanasan dan pendinginan udara pada lereng. Pada siang yang bermatahari lereng gunung mendapat panas secara
cepat akibat radiasi yang di terima besar. Atmosfer bebas di dataran rendah kurang di pengaruhi oleh masukan insolasi besar ini sehingga udara sedikit
lebih dingin dibandingkan udara diatas lereng gunung. Karena itu udara lereng gunung menjadi lebih labil dan cenderung menaiki lereng disebut angin
lembah valley wind atau arus anabatik .Angin lembah dapat dengan mudah dikenali karena sering dibarengin dengan formasi awan cumulus dekat puncak
gunung atau diatas lereng gunung. Pada malam hari, terjadi perbedaan temperatur kebalikannya, ketika dataran tinggi menjadi dingin secara cepat
akibat kehilangan radiasi gelombang panjang. Udara yang lebih dingin densitas lebih besar kemudian gerak menuruni lereng di bawah pengaruh
gravitasi dan di sebut angin gunung mountain wind atau arus katabatik Arus anabatik anabatic flows biasanya lebih kuat dan lebih presisten
tidak berubah-ubah daripada arus katabatik. Arus anabatik cendrung lebih kuat di daerah tropis pada musim panas, ketika insolasi sangat kuat dan
malamnya pendek. Dalam keadaan demikian angin anabatik anabatic winds dapat kontinyu sepanjang malam jika terjadi pada skala yang luas. Angin
anabatik biasanya memperkuat monsun atau angin pasat pada lereng diatas angin windward side gunung. Angin ini dapat memberikan kontribusi pada
curah hujan orografik, dan daerah ini sering memperlihatkan cuarah hujan maksimum pada sore hari.
Universitas Sumatera Utara
d. Angin Fohn Angin fohn dikenal di Austria dan Jerman dimana angin ini sering
ditemukan pada lereng utara pegunungan Alpen. Di sebelah barat Amerika Serikat dan Kanada, angin ini disebut chinook. Biasanya angin chinook disertai dengan
aktifitas siklonik yang menghasilkan awan dan endapan pada lereng diatas angin windward. Setelah angin fohn turun pada lereng dibawah angin leeward, maka
udara mengalami pemanasan secara adiabatik sehingga kelembabannya kecil dan temperaturnya semakin panasGambar 2.12. Angin yang lembab jika menaiki
gunung akan menghasilkan hujan, kemudian pada waktu turun dari pegunungan akan bersifat panas dan kering.
Tinjauan proses terjadinya angin fohn pada gambar 2.12 . Anggap bahwa angin relatif lembab menaiki daerah pegunungan dengan puncak 4000 m. Setelah
udara naik setinggi 1500 dasar awan maka udara akan mengalami kondensasi dan terjadi pembentukan awan. Jika temperatur permukaan tanah adal
ah 10˚c, maka udara akan mengalami pendinginan 1˚C100 m, yaitu pada susut temperatur
lapse rate adiabatik kering, dan temperaturnya menjadi - 5˚C pada dasar awan.
Kenaikan udara selanjutnya menyebabkan pendinginan 0,6˚ C100 m pada susut temperatur adiabatik jenuh karena adanya panas laten kondensasi yang diberikan
pada udara.
Gambar 2.11. Terjadinya Angin Fohn Fohn yang sangat kuat tidak menyenangkan, karena angin tersebut panas,
kering dan kencang, sehingga dapat mempengaruhi macam-macam reaksi fisiologis fisik psikologis jiwa misalnya dapat lekas marah, sakit kepala dan
sebagainya. Selain itu juga dapat menyebabkan kekeringan pada tanah, pohon- pohon, ranting, sehingga mudah menimbulkan kebakaran hutan.
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia angin Fohn sering terjadi pada musim kemarau atau musim timur, misalnya : ”angin Gending” di Probolinggo, ”angin Kumbang” di
TegalBrebes, ”angin Bahorok” di Deli, ”angin Padang Lawas” di Sumatera Barat dan ”angin Brubu” di Sulawesi Tenggara.
Umumnya pegunungan di pulau Jawa berderet dari barat ke timur. Pada musim kemarau angin timur membelok ke utara, kemudian turun di sebelah utara
pegunungan yang bersifat kering, panas dan kencang. Sedangkan di lereng bagian selatan pegunungan angin akan naik dan akibat pengaruh orografi maka angin ini
dapat mendatangkan hujan di lereng bagian selatan.
2.2.3 Alat Ukur Angin
Meskipun pada kenyataannya angin tidak dapat dilihat bagaimana wujudnya, namun masi dapat diketahui keberadaannya melalui efek yang
ditimbulkan pada benda-benda yang mendapat hembusan angin. Seperti ketika kita melihat dahan-dahan pohon bergerak atau bendera yang berkibar dan berapa
kecepatannya dapat diketahui dengan menggunakan alat-alat pengukur angin. Alat-alat pengukur angin tersebut adalah:
a. Anemometer, Yaitu alat yang mengukur kecepatan angin. b. Wind Vane, yaitu alat yang mengetahui arah angin.
c. Windshock, yaitu alat untuk mengetahui arah angin dan memperkirakan besar kecepatan angin.
2.3 Sea Surface Temperature SST
Samudera mempunyai fungsi untuk menstabilkan suhu permukaan bumi. Ada beberapa referensi yang menjelaskan mengenai kemampuan samudera untuk
mengatur pemanasan dan untuk mengatur distribusi uap air yang di control oleh suhu permukaan laut. e.g Duxbury et al;Tomczak Godfrey 2003. Penelitian
khusus lainnya dilakukan oleh Nicholls 1981,1984 yang menunjukkan bahwa hubungan antara laut dan udara di Indonesia terkait dengan anomalykeganjilan
suhu permukaan laut dan hal itu mempunyai hubungan seasonal yang kuat dengan Samudra Pasifik. Penemuan terakhir menjelaskan bahwa anomalykeganjilan suhu
permukaan laut di Samudera India juga ada hubungannnya dengan hujan di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Penjelasan tersebut diatas memberikan argument yang jelas bahwa Suhu Permukaan Laut merupakan parameter kunci dalam hubungan antara
atmosfer dan samudera.Suhu Permukaan Laut yang menyeberang wilayah Indonesia itu merupakan hal yang penting untuk distribusi hujan. Hubungan ini
telah di selidiki dan di pelajari oleh beberapa model Miller et al.,1992 atau oleh observasi McBride et al.,1995. Untuk menjelaskan semua itu, Qu et al. 2005
menggunakan eksperiment modeling untuk menyelidiki sensivisitas atmosfer dan suhu permukaan laut. Hasilnya menunjukkan bahwa suhu permukaan laut di
wilayah ini menentukan kegiatan konvektif dan proses penguapan diseluruh wilayah.
Berdasarkan Rangkaian Data InterpolasiPenambahan Tertinggi tentang Samudera dan atmosfer Nasional NOAA, Awaluddin, et al 2010 menghitung
nilai rata-rata tahunan di Indonesia dari tahun 1982 sampai 2007 gambar 2.12. Dapat dilihat dengan jelas bahwa perputaran tahunan suhu permukaan laut di
Indonesia meningkat dari bulan Maret dan mencapai puncaknya pada suhu 29.5 derajat Celsius pada bulan April. Akan tetapi, untuk lima bulan kedepan, suhu
permukaan laut menurun secara terus menerus sampai mencapai suhu terendah tahunan di suhu 28,2 derajat Celsius pada bulan Agustus. Hasil ini telah mendapat
persetujuan dengan penemuan terakhir oleh Setiawan dan kawamura 2010. Hasil tersebut difokuskan pada coolingpendinginan suhu permukaan laut di laut-laut
Indonesia yang berkaitan dengan hubungan antara suhu permukaan laut dan angin selama periode monsoonal; puncak fenomena ini terjadi pada bulan Agustus.
Gambar 2.12 Peredaran Tahunan Suhu Permukaan Laut dari Tahun 1982 Sampai 2007 Berdasarkan NOAA
Universitas Sumatera Utara
2.4 Karakteristik Hujan