Tengah, Tuanku Imam Bonjol Sumatera Barat, Tengku Umar dan Cut Nyak Dien Aceh, Sultan Hasanuddin Sulawesi serta Pattimura Maluku selama tiga setengah
abad lamanya. Belanda juga mampu mengintensifkan kebijakan Cultur Stelsel atau tanam paksa
sebagai upaya menutupi kas yang telah digunakan sebagai ongkos perang. Atas kesengsaraan itulah produk intelijen yang disetujui untuk dilaksanakannya politik etis
atau politik balas budi. Belanda kemudian menjalin kerjasama dengan para pangreh praja yang difungsikan sebagai jaringan “Telik Sandi”, dengan kemampuan dan
kewenangan dalam counter Inteligence, counter spionase, serta menjaga keamanan dan menegakkan kekuasaan Belanda.
Pada perkembangannya, secara tidak resmi Voor Inlandsche dan Cheneesche Zaken
difungsikan sebagai badan intelijen bagi pemerintah kolonial Belanda, dan baru pada tahun 1920 Belanda mendirikan Politieke Inlictingen Dienst PID sebagai dinas
intelijen resmi dan di bawah pemerintah dalam negeri Belanda, yang bertujuan memata-matai pergerakan nasional Indonesia.
4. Zaman Pendudukan Jepang
Kedatangan Jepang ke Indonesia sebenarnya dipicu dari kebutuhan akan banyak bahan baku alat perang, personil perang dan logistik untuk menyokong Perang Asia
Timur Raya. Semua itu dibungkus dengan hukum perang yang penuh dengan kecurigaan dan kewaspadaan yang tinggi dan hasilnya kekejaman dan perampasan
hak-hak rakyat, lebih dashyat dari penjajahan Belanda. Intelijen Jepang yang bertugas sebagai counter spionase berklasikasi sebagai
Polisi Rahasia bernama Ken Pe Tai yang berfungsi memelihara keamanan dan ketertiban. Bahkan Jepang saat itu juga dapat menggempur markas besar AS pada
Perang Dunia II di Pearl Harbour tanpa diketahui oleh intelijen AS.
Pada zaman pendudukan Jepang, pontesi intelijen perorangan Indonesia dilakukan dengan mendengarkan radio sekutu dan komunikasi dari mulut ke mulut agar prediksi
ke depan dapat dilakukan. Pada saat itu nampak jelas bahwa perang intelijen perorangan atau mengadu
kecerdasan untuk memperoleh keunggulan tidak terkoordinasi dengan baik. Walapun masing-masing hanya mengejar informasi dan berupaya mengolah serta mengevaluasi
sendiri atau dengan kawan-kawan.
52
5. Pasca Kemerdekaan
Setalah pada tanggal 17 Agustus Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerderdekaan RI, tidak serta merta cengkraman penjajah lepas
dari bumi pertiwi. Bahkan setelah detik-detik proklmasi suasana semakin mencekam. Karena NICA Nederland Indies Civil Administration membonceng sekutu pada 08
September 1945 dengan alasan Jepang menyerah kepada sekutu bukan kepada Indonesia. Sehingga dua tahun pertama pemerintahan RI selalu diguncang berbagai
pertempuran.
53
Sejalan dengan itu, pemerintah tetap melengkapi alat perlengkapan negara
54
sampai pada masa tiga tahun berikutnya 1947-1949 yang masih diwarnai perjuangan berupa pertempuran membangun kemantapan kehidupan bernegara.
Mengingat intelijen pada saat itu masih belum tertata dengan baik, maka pertempuran intelijen sangat hebat. Di lain pihak, intelijen juga selalu aktif melihat
gerak langkah Belanda dengan jelas. Melalui ketajaman intelijen, pasukan gerilya di
52
Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 482
53
Insiden bendera di Surabaya 19091945, pertempuran lima hari di Semarang 15101945, serangan Umum 10 November di Surabaya 10111945, perang Amabarawa 21111945, pertempuran
medan Area 1012, Karawang-Bekasi 19121945, bandung lautan api 23031946pereng Puputan Bargarana di Bali 29111946pembantaian oleh westerling 07121946 dan lain-lain, Lihat Kunarto,
Ibid. , h. 484
54
Setelah proklamasi 17-08-1945, pengesahan UUD 18-081945, BKR ditetapkan menjadi TKR 05-10-1945, pengangkatan panglima TKR 18-12-1945 . Pembentukan cabinet I, II, dan III, mendirikan
akademi militer, mendirikan perguruan tinggi Gajah mada, BNI 46, TNI AU, Polisi di keluarkan dari Depdagri, penerbitan Uang RI, Lihat Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 484
bawah komando Jendral Soedirman tidak dapat dihancurkan oleh Belanda dengan teknik perang gerilya.
Selanjutnya, taktik Devide et Impera juga diberlakukan pada masa demokrasi liberal 1950-1959 yang ahnya enam bulan dengan usulan intelijen Belanda.
Indonesia dalam hal ini akhirnya menyadari bahwa RIS Repuplik Indonesia Serikat, merupakan bagian upaya pelestarian strata politik pecah belah yang sewaktu-waktu
bisa menjadi “bom waktu”. Kemudian pada masa demokrasi terpimpin, terjadilah konfrontasi dengan
Malaysia, yang dipertegas dengan Dwi Kora Dwi komando Rakyat pada 03 Mei 1964 yang kemudian menjadi perang terbuka. Dalam hal ini, Malaysia yang dibantu
oleh intelijen Inggris luput menilai bahwa pasukan RI mempunyai semangat juang yang tinggi dan berani mati.
Perkembangan selanjutnya adalah masa kelahiran Orde Baru Orba yang ditandai dengan peristiwa perebutan kekuasaan atas perintah RI oleh PKI G 30 SPKI. Surat
perintah sebelas Maret Supersemar adalah alat yang memberikan kekuasaan penuh kepada Jendral Soeharto menumpas kekuatan PKI sampai ke grass root, menangani
masalah sosial politik, ekonomi dan budaya secara simultan, sehingga membuahkan hasil yang luar biasa..
Melalui dukungan ABRI, Soeharto semakin menjadi Orba mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi peristiwa huru-hara Malari pada
15 Januari 1974, yang dapat diatasi dengan sistem Intelijen yang kuat. Ia juga membentuk KOPKAMTIB Komando Keamanan dan Ketertiban pada 03 Maret 1969
yang bermakna operasi intelijen diperkuat dan dipertajam. Pada tahun 1971 diadakan pemilihan umum kedua bagi bangsa Indonesia yang
dimenangkan oleh Partai Nasional Indonesia PNI. Melalui operasi intelijen yang intensif, kemenangan ini dapat merubah keadaan 180 derajat dengan menjadikan
Golkar sebagai pemenag dan mengantarkan Soeharto pada suksesi pelantikan presiden pada 24 Maret 1973 dimana sampai lima pemilu berikutnya pola operasi
yang sama terus ditingkatkan.
C. Organisasi dan Jenis Intelijen Negara 1. Organisasi Intelijen Negara