Intelijen Kejaksaan Intelijen dalam Lembaga Negara

scrambling system yang memungkinkannya ID pesawat telepon tidak bisa dilacak dari tempat lain karena seolah-olah berpindah terus atau bisa jadi menggunakan ID nomor telepon lain yang tidak aktif. Oleh karena itulah pada saat ini banyak orang beralih ke sistem global system for Mobile-communication GSM, code division multiple access CDMA; personal communication system PCS berteknologi digital yang jauh dikenal lebih aman dari berbagai teknologi penyadapan. Tentunya laboratorium antikorupsi mampu “menjebol” teknologi di atas. Karena secanggih apapun teknologi komunikasi yang dibuat tentunya memiliki kekurangan.

4. Intelijen Kejaksaan

Pada dasarnya dalam lembaga kejaksaan, telah ada struktur intelijen kejaksaan. 83 Namun jika diukur dengan konteks sekarang, keberadaan intelijen di dalam lembaga tersebut sudah tidak sesuai lagi, dalam arti diperlukan pembenahan dan pembaharuan. Apalagi kapasitas yang ada saat ini sudah tidak memadai lagi untuk mengantisipasi berbagai jenis dan modus kejahatan tersebut. Seperti halnya jenis kejahatan dan modus operandi yang kian canggih mengharuskan aparat intelijen segera menyesuaikan kapasitas kelembagaan dan personal. Sebut saja terorisme, illegal logging, money laundring dan cyber crime. Selama ini tampak bahwa kinerja satuan- satuan intelijen belum dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam mendukung misi organisasi. Untuk itu, perlu disusun program strategis intelijen kejaksaan agar sejalan dengan kebutuhan dan tantangan. Salah satu yang menjadi fokus perhatian pembaharuan adalah restrukturisasi organisasi intelijen Kejaksaan. 84 83 Lihat Lampiran Struktur Organisasi Kejaksaan Republik Indonesia 84 Anonim, Organisasi Intelijen Yustisial Kejaksaan Perlu Direstrukturisasi http:www.hukumonline.comdetail.asp?id=13948cl=Berita . Artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2009. Selama ini kebaradaan intelijen dalam lembaga kejaksaan masih didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 1999. Ketentuan ini masih mengacu pada UU Kejaksaan 1991. Padahal, yang berlaku sekarang adalah UU No. 16 Tahun 2004. Sebenarnya, Kejaksaan pernah memiliki Pusat Operasi Intelijen Pusopsin. Advokat LMM Samosir pernah menduduki jabatan ini semasa masih bertugas di Kejaksaan Agung. Tetapi kemudian dibubarkan karena ditengarai banyak disalahgunakan. Aparat intelijen diduga berlindung di balik kewenangannya menyelidiki tindak pidana korupsi untuk memeras. Akibanya, muncul kesan negatif terhadap Pusopsin. Munculnya kesan miring itu diakui juga oleh Muchtar Arifin Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen Jamintel. Jaksa kelahiran Aceh, Mei 1949, ini berharap struktur yang baru harus bisa mengantisipasi kelemahan dan penyimpangan yang muncul sewaktu Pusopsin masih berdiri. Namun ia belum bisa memastikan apakah model Pusopsin akan dihidupkan atau mencari struktur yang lebih fleksibel. Masalah ini masih harus dikaji bersama tim independen pembaharuan Kejaksaan. Intelijen Kejaksaan merupakan bagian dari lembaga intelijen nasional. Di Kejaksaan, intel yustisial antara lain melakukan penyelidikan awal terhadap dugaan adanya tindak pidana korupsi. Jajaran intel pula yang akan menjadi clearing house terhadap barang-barang cetakan atau ajaran yang dianggap membahayakan negara. Masalahnya, terkait dengan barang cetakan seperti buku, aparat intelijen dihadapkan pada semangat reformasi yang memunculkan banyak jenis buku. Buku “Aku Bangga Jadi Anak PKI”, karangan dr Tjiptaning Proletariati atau sebuah buku karangan Imam Samudera, terpidana terorisme, sempat masuk clearing house. Tetapi hasilnya hingga kini tak jelas.

BAB III INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN ISLAM

A. Sejarah Intelijen Dalam Islam Pra Kenabian 1. Pengertian Intelijen dalam Islam

Dalam literatur Islam, intelijen merupakan sinonim dari tajassus, yang berarti mengorek-orek suatu berita. 1 Secara bahasa, bila dikatakan jassa al-akhbar wa tajassaha ”, artinya adalah mengorek-orek suatu berita. Jika seseorang mengorek- orek berita baik berita umum maupun rahasia, maka ia telah melakukan aktivitas tajassus spionase. 2 Sedangkan orang yang melakukan perbuatan tajassus disebut jassus. Selain itu, kata tajassus memata-matai yang berasal dari kata ‘Jassa’ dapat diartikan menyentuh dengan tangan. Yajussuhu-Jassan berarti menyentuh dengan suatu sentuhan. Jassasy-Syakshu bi ainaihi, berarti seseorang yang menyelidiki 1 Suatu aktivitas dapat digolongkan sebagai perbuatan tajassus spionase jika didalamnya ada unsur mencari-cari berita, baik berupa berita rahasia maupun berita umum, namun apabila suatu berita bisa didapatkan secara alami tanpa perlu mengorek-orek tafahhahu atau tanpa memerlukan aktivitas tajassus, misalnya hanya sekedar mengumpulkan, menyebarkan dan menganalisa suatu berita maka tidak termasuk ke dalam kategori perbutan tajassus spionase. Seperti redaktur koran atau wakil-wakil kantor berita. Namun apabila profesinya digunakan sebagai media melakukan tajassus, maka orang tersebut disebut jassus mata-mata. Orang tersebut disebut mata-mata, bukan karena posisinya sebagai redaktur koran yang mencari berita, akan tetapi karena aktivitas mata-mata yang dilakukan dengan menyeru sebagai wartawan sudah masuk kategori aktivitas sponase tajassus. Lihat: Fauzan al-Anshari, Awas Operasi Intelijen , Tangerang: Ar-Rahman Media, 2006, h. 203-204 2 Fauzan al-Anshari, Ibid., h. 202 57