13
2.6 Epidemiologi Abortus
2.6.1 Distribusi dan Frekuensi Aborsi
Kejadian abortus tidak dapat diketahui secara pasti seberapa sering terjadi karena:
1. Abortus yang terjadi hanya beberapa hari terlambat haid tidak dirasakan sebagai keguguran oleh wanita tersebut dan tidak ada yang mengetahui wanita tersebut
mengalami keguguran. 2. Karena aborsi ilegal kecuali dengan alasan medis, banyak wanita yang terlanjur
hamil, menggugurkan kandungannya secara sembunyi-sembunyi dan tidak pernah muncul ke permukaan kecuali komplikasi.
3. Pada beberapa kasus hiperplasia endometrium dinyatakan sebagai abortus. a. Berdasarkan Orang
Prevalensi abortus spontan bervariasi sesuai kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasinya.Menurut penelitian Gracia 2005, Warbuton, 1964, Wilson
1986, yang terdapat dalam William’s Obstetri frekuensi abortus meningkat dua kali lipat dari 12 persen pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26 persen pada
mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, namun belum diketahui apakah keguguran tersebut dipengaruhi oleh usia dan paritas.
Bou dan Boue 1978 melaporkan insidens rata-rata abortus spontan pada semua kehamilan yang didiagnosis adalah 15 persen. Menurut pengamatan mereka
bila kehamilan pertama terjadi abortus spontan, kemungkinan kehamilan berikutnya akan berakhir dengan abortus spontan adalah 15 persen tidak peduli bagaimana
kariotype abortus yang pertama.
Universitas Sumatera Utara
14
Therapel,dkk 1985 meringkaskan data dari 79 studi terhadap pasangan yang mengalami lebih dua kali keguguran. Data ini mencakup 8208 wanita dan 7834 pria,
dan kelainan kromosom terdeteksi pada 2,9 persen insiden yang lima kali lebih besar dari populasi umum.
Pada tahun 2005, total 1,22 juta abortus legal dilaporkan ke Center for Disease Control and prevention Gambel,dkk 2005. Jumlah total ini telah berkurang
setiap tahun sejak tahun 2002, tapi hal ini paling sedikit disebabkan oleh klinik-klinik yang memberikan laporan medis kasus abortus secara inkonsisten.
b. Berdasarkan Tempat Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 40-70 aborsi per 1.000
wanita usia reproduktif baik aborsi legal maupun ilegal. Seperlima dan sepertiga dari semua kehamilan diakhiri dengan aborsi Chalik, 1994. Di Negara berkembang dari
210 juta kehamilan yang terjadi tiap tahun, sekitar 40-50 juta diakhiri dengan abortus. Berdasarkan data Riskesdas 2010 angka kejadian abortus secara nasional di
Indonesia adalah 4, dimana dari semua kejadian abortus 6,54 diantaranya abortus yang disengaja.
c. Berdasarkan Waktu Angka absolute abortus mengalami penurunan tahun 1995 hingga 2003, dari
sekitar 45,5 juta tahun 1995 menjadi 41,6 juta pada tahun 2003 atau dari 35 kasus abortus per 1.000 wanita usia 15-44 tahun 1995 menjadi 29 per 1.000 wanita usia 15-
44 tahun pada 2003. Penurunan yang terbesar terjadi di Eropa Timur yang mengalami penurunan sebesar 51. Dari 90 per 1.000 wanita usia 15-44 tahun
menjadi 44 per 1.000 pada tahun 2003. Begitu juga di Amerika Latin, dan Karibia,
Universitas Sumatera Utara
15
mengalami penurunan dari 37 menjadi 31 per 1.000 wanita usia reproduksi, Di Asia dan Afrika juga mengalami penurunan dari 33 menjadi 29 per 1.000 perempuan usia
reproduksi WHO, 2008
2.6.2 Faktor Determinan