Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder

21 Sanberg 1980 mengemukakan bahwa wanita yang melakukan aborsi mengalami dampak psikologi depresi, takut, cemas, insomnia, serta ketergantungan alcohol dan obat. Reardon 2002 juga menyatakan bahwa secara psikologis aborsi menyebabkan perasaan malu, takut dan depresi. Wanita yang mengalami aborsi sering mengalami gejala PASS Post-Traumatic Stress Disorder gejala PASS antara lain depresi, ketidakmampuan untuk berfungsi secara normal, tidak bertanggungjawab, menyakiti diri sendiri, dan pikiran untuk mengakhiri hidup.

2.9 Pencegahan Abortus

2.9.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang berperan dalam terjadinya abortus, agar wanita terhindar dari abortus dan tidak melakukan abortus ilegal. Pencegahan primer yang lebih diutamakan adalah promosi dan pendidikan kesehatan mengenai abortus. Terjadinya abortus sering dikaitkan dengan kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dicegah dengan penggunaan kontarasepsi yang tepat dan adekuat. Dengan demikian diperlukan promosi kepada pasangan maupun individu tentang pilihan luas metode kontrasepsi, termasuk kontrasepsi darurat yang sesuai. Pendidikan tentang abortus dapat dilakukan dengan memberikan informasi tentang status abortu legal, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, dan bagaimana mengakses layanan berkualitas tinggi untuk manajemen komplikasi akibat abortus dan metode keluarga berencana pasca abortus WHO, 2008. Universitas Sumatera Utara 22

2.9.2 Pencegahan Sekunder

Pada pencegahan sekunder dilakukan dengan cara menegakkan diagnosa secara tepat, dan mengadakan pengobatan yang cepat untuk menghindari kemungkinan terjadinya komplikasi akibat keterlambatan penanganan. a. Diagnosis Terdapat tiga dasar dalam diagnosa klinis abortus yaitu; anamnesis, pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis didasarkan akan adanya perdarahan dari jalan lahir serta nyeri perut. Pemeriksaan dalam didasarkan pada ditemukannya fluksus, ostium uteri tertutup, dan ukuran uterus sesuai usia kehamilan, sementara pemeriksaan penunjang didasarkan atas ditemukannya tanda- tanda keberadaan janin dengan menggunakan USG Krisnadi dkk, 2013. b. Penanganan abortus Penanganan abortus dapat dilakukan dengan istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur terpenting dalam pengobatan ,karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. Apabila hasil konsepsi sudah keluar tapi masih ada yang tertinggal dalam uterus, maka harus segera dikeluarkan karena perdarahan tidakakan berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan. Secara umum ada dua tindakan yang dilakukan oleh tenaga media suntuk menangani penderita abortus yaitu: 1. Bedah Tindakan bedah yang sering dilakukan oleh tenaga medis dilakukan dengan cara kuretasi, dilatasi dan evakuasi. Pada beberapa kasus yang langka penderita Universitas Sumatera Utara 23 abortus juga ditangani dengan cara laparotomi. Pengeluaran hasil konsepsi dilakukan dengan pembedahan seperti bedah ceaser. 2. Konservatif Abortus medis dilakukan dengan cara memberikan obat abortifasien yang efektif dan aman yang biasanya dilakukan pada masa kehamilan dini. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan RU486 mifepristin, infus intra-amnion, dan prostaglandin. Penanganan abortus yang baik setelah pengeluaran hasil konsepsi adalah istirahat-baring Wiknjosastro, 2002.

2.9.3 Pencegahan Tersier