Faktor Determinan Epidemiologi Abortus

15 mengalami penurunan dari 37 menjadi 31 per 1.000 wanita usia reproduksi, Di Asia dan Afrika juga mengalami penurunan dari 33 menjadi 29 per 1.000 perempuan usia reproduksi WHO, 2008

2.6.2 Faktor Determinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus ialah sebagai berikut: a Gangguan pada Perkembangan Zigot Adanya kelainan perkembangan zigot, mudigah, janin dini, atau kadang- kadang plasenta menjadi salah satu faktor yang meinyebabkan dilakukannya abortus. Tiga perempat dari aborsi aneuploidi terjadi sebelum 8 minggu. Pada abortus spontan 50- 60 penyebab utama adalah kelainan kromosom pada janin Cunningham dkk, 2013 b Faktor Kesehatan Ibu Pada kehamilan dini penyakit kronis yang melemahkan seperti tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus karena penderita seringkali meninggal sebelum melahirkan. Hipertensi jarang menyebabkan abortus, tetapi dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur. Abortus spontan secara independent berkaitan dengan antibodi virus imunodefisiensi manusia tipe 1HIV-1 pada ibu. Selain itu terdapat bukti yang mendukung peran Myccoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dalam abortus. Infeksi kronis oleh organisme seperti Brucella abortus, Campylobacter fetus, Toxoplasma gondii, Listeria monocytogenenes atau Clamydia trachomatis belum terbukti berkaitan dengan aborsi spontan Chalik, 1998 Universitas Sumatera Utara 16 Terdapat hubungan nyata antara abortus berulang dan penyakit autoimun, misalnya pada sistemik lupus eritematosus SLE dan antiphospolipid antibodiaPA. aPA merupakan antibodi spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE. Sebagian kematian janin dihubungkan dengan adanya aPA. Hipotiroidisme klinis tidak berkaitan dengan peningkatan insiden abortus. Akan tetapi wanita dengan Hipotiroidime subklinis dan dengan autoantibodi tiroid mungkin memperlihatkan peningkatan resiko. Abortus spontan dan malforasi kongenital mayor meningkat pada wanita diabetes tergantung insulin, dan risiko ini berkaitan dengan derajat pengendalian metabolik Cunningham dkk, 1991. c Faktor Sperma Sperma yang mengalami translokasi kromosom apabila berhasil menembus zona pellusida dari ovum akan menghasilkan zigot yang memiliki material kromosom yang tidak normal yang bisa menyebabkan keguguran. Jika pada analisis sperma terdapat lebih dari 50 spermatozoa yang berkepala abnormal, keguguran juga meningkat Royston,Armstrong,1994. d Faktor Lingkungan Dalam dosis memadai radiasi adalah suatu abortifasien, bukti bukti yang ada sekarang menyatakan bahwa tidak ada peningkatan risiko abortus dari dosis radiasi kurang dari 5 rad. Diperkirakan 1-10 malforasi janin diakibatkan karena paparan obat, bahan kimia, dan radiasi dan berakhir dengan abortus. Contohnya adalah paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau,begitu juga dengan paparan rokok yang mengandung banyak zat kimia yang mempunyai efek vasoaktif yang berakibat abortus Prawirohardjo, 1994. Universitas Sumatera Utara 17 e Umur Usia mempengaruhi angka kejadian abortus yaitu pada usia 20 tahun dan diatas 35 tahun, kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia muda, karena pada usia mudaremaja, alat reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil. Separuh dari abortus terjadi karena kelainan sitogenik pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Trisomi timbul karena nondisjunction meiosis selama gametosis. Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia. f Laparotomi Pada umumnya makin dekat tempat operasi dengan organ pelvis, makin besar kemungkinan untuk mengalami abortus. Trauma laparotomi terkadang menyebabkan abortus. Peritonitis meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus Macdonald dkk,1991. g Pendidikan Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan faktor pencetus yang berperan mempengaruhi keputusan seseorang berperilaku sehat. Kurangnya pengetahuan mengenai ketersediaan alat kontrasepsi yang mencegah kehamilan juga pelayanan keluarga berencana yang dapat menekan jumlah anak maka wanita akan terpaksa mengakhiri kehamilan yang yang tidak diinginkan dengan abortus Bensondkk, 2008. Menurut studi analisis di 3 klinik oleh Jakarta Population Council 1997-1998 terdapat kasus abortus 58,1 berpendidikan SLTA, 19,1 perguruan tinggi, 10,2 SLTP, 8,2 SD, dan 0,4 buta huruf. Universitas Sumatera Utara 18 Pasien yang melakukan abortus umumnya adalah perempuan yang sudah menikah dengan unmeet need untuk kontrasepsi. Dari penelititan-penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa sebagian besar perempuan yanng melakukan aborsi atau induksi haid di klinik atau rumah sakit memiliki profil khusus; mereka cenderung sudah menikah dan berpendidikan Guttmacher, 2008. h Sosial Ekonomi Kemiskinan dapat mempengaruhi terjadinya abortus dengan alasan kondisi ekonomi yang rendah sehingga wanita mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan sehingga wanita mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan dengan aborsi yang tidak aman yaitu dengan usaha sendiri, misalnya minum jamu, memijat perut, memasukkan benda-benda tertentu, dan meminta pertolongan dukun Koblinksy,1997. i Paritas Paritas 2-3 merupakan paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi karena keadaan rahim yang lemah, sehingga dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan. Penelitian yang dilakukan Viel di Amerika Latin 1997, bahwa risiko abortus provokatus 2,5 kali lebih tinggi pada wanita yang memiliki 5 orang anak dibandingkan dengan wanita yang memiliki 1 orang anak Wiknjosastro, 2002. Universitas Sumatera Utara 19 j Faktor Psikososial Menurut SKRT 1995 faktor penyebab seorang perempuan melakukan aborsi adalah faktor psikososial 57,5 yaitu hasil hubungan seksual di luar nikah, perkosaan, dan cacat janin. Perkosaan merupakan kejadian yang amat traumatis untuk perempuan yang menjadi korban. Jika perkosaan mengakibatkan kehamilan ternyata mengakibatkan pengalaman traumatis bertambah besar dan apabila dipaksakan melanjutkan kehamilannya hingga bayinya lahir maka perempuan tersebut dapat menjadi gila. Dalam kasus ini indikasi medis dapat dipertimbangkan, karena abortus buatan diperlukan untuk menjamin kesehatan jiwa ibu.

2.7 Pandangan Terhadap Abortus