77
6.5 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Tingkat Kekayaan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 sebagian besar berada pada tingkat
kekayaan tinggi, dibandingkan WUS yang tingkat kekayaannya rendah. Berdasarkan hasil ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat
kekayaan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi. Dalam penelitian ini tingkat kekayaan rumah tangga pada SDKI 2012 dihitung
berdasarkan kepemilikan rumah tangga terhadap sejumlah aset yang digunakan di rumah tangga seperti fasilitas sanitasi, sumber air minum, barang tahan lama, bahan lantai
rumah dan lain lain. Skor tingkat kekayaan dibagi kedalam lima kuintil kekayaan dari mulai skor tingkat kekayaan terendah sampai dengan tertinggi yang terdiri dari 20
penduduk pada setiap kuintil. Lima kuintil tersebut yaitu terbawah, menengah bawah, menengah, menengah atas, dan teratas BPS, BKKBN, Kemenkes ICF International,
2013. Penelitian ini sejalan dengan Mashfufah 2006 bahwa ada hubungan yang sangat
signifikan antara tingkat ekonomikekayaan dengan pemakaian kontrasepsi. Berdasarkan nilai kekuatan hubungan OR diketahui bahwa responden yang tingkat ekonomi rendah
mempunyai peluang menggunakan kontrasepsi 2,66 kali. Sedangkan responden yang tingkat ekonominya tinggi mempunyai peluang menggunakan kontrasepsi 2,85 kali.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Adam 2010 berdasakan indeks kesejahteraan memperlihatkan bahwa semakin tinggi tingkat kesejahteraannya maka
keikutsertaan wanita menggunakan kontrasepsi akan meningkatkan. Indeks kesejahteraan dengan kategori termiskin dan miskin adalah 27 dibandingkan dengan kategori kaya-
terkaya sebanyak 47.
78
Pendapatan suatu keluarga berhubungan erat dengan kebutuhan – kebutuhan keluarga. Penghasilan seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
penerimaan dan pengambilan keputusan terhadap inovasi baru. Tingkat pendapatan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis kontrasepsi, berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa responden menggunakan kontrasepsi hormonal lebih banyak yang berpendapatan keluarga rendah, sedangkan responden yang menggunakan kontrasepsi
non hormonal lebih banyak yang berpendapatan tinggi. Hal ini menunjukan bahwa keinginan pasutri untuk menjadi akseptor KB masih tinggi meskipun pendapatan mereka
tergolong rendah karena dilihat dari segi biaya, kontrasepsi hormonal yang digunakan cenderung lebih murah dibanding dengan kontrasepsi non hormonal Arliana, dkk, 2013.
Dari hasil yang didapatkan bahwa sebagian besar di Sumatera Utara WUS yang menggunaan kontrasepsi berada pada tingkat kekayaan teratas. Dan WUS pada tingkat
kekyaan terendah paling sedikit yang menggunakan kontrasepsi, dimana hal ini salah satunya dapat terjadi karena biaya yang harus mereka keluarkan. Pelayanan KB
hendaknya diberikan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat, sebagaimana diakomodir dalam hukum positif. Dalam hal biaya, pemerintah telah mengatur dan
memberikan pelayanan gratis untuk kelompok keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I. Bagi kelompok keluarga dengan ekonomi baik Sejahtera II dan di atas nya, diharapkan
mau membiayai pelayanan KB secara Mandiri BKKBN, 2010. Perlunya petugas lapangan KB maupun petugas di fasilitas kesehatan untuk
memberikan arahan dan informasi terkait kontrasepsi, khususnya bagi kalangan tingkat kekayaan rendah dimana dapat memungkinkan bagi mereka untuk memanfaatkan dan
mendapatkan pelayan KB berdasarkan kemampuan mereka.
79
6.6 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Sumber Informasi