Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan

85 Menurut Heri Ariyanti 2014 Tidak adanya hubungan antara informasi oleh petugas lapangan KB dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita kawin usia dini di Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur disebabkan karena masih kurangnya petugas lapangan KB di desa sehingga petugas lapangan KB yang bertugas di desa memegang dua sampai empat desa binaan. Hal ini menjadi tidak efektifnya penyuluhan, pembinaan dan advokasi yang dilakukan oleh petugas lapangan KB di desa. Berdasarkan penelitian ini diketahui kurang aktifnya Petugas lapangan KB PLKB yang bertugas, dimana selain sumber informasi yang didapatkan WUS melalui media, petugas KB lapangan berperan penting dalam penyebaran informasi mengenai kontrasepsi. Petugas KB yang berkunjung ke rumah WUS berperan dalam memberikan informasi, penyuluhan dan penjelasan tentang alat kontrasepsi bagi calon akseptor. Perlunya informasi bagi masyarakat dikarenaakan dapat membantu kesuksesan program KB. Disamping itu masih banyak ibu-ibu yang menentukan metode yang dipilih hanya berdasarkan informasi dari akseptor lain berdasarkan pengalaman masing-masing. Sebagian petugas kesehatan kurang melakukan konseling dan pemberian informasi yang menyebabkan kurangnya pengetahuan WUS khususnya dalam memilih jenis kontrasepsi.

6.8 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar penggunaan alat kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 tidak menunjungi fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terakhir. Hasil ini didapatkan bahwa kunjungan fasilitas kesehatan memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi. 86 Kunjungan ke fasilitas kesehatan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri Notoatmodjo, 2005. Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya demi terwujutnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain, selain itu komunikasi juga merupakan pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antara dua orang atau lebih Effendy, 1998. Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi massa Notoatmodjo, 2003. Menurut Riskesdas 2010 tempat terbanyak masyarakat mendapatkan pelayanan kontrasepsi di sektor swasta adalah Bidan Praktek Mandiri yaitu 52,5. Fasilitas pelayanan pemerintah seperti rumah sakit, puskesmas, pustu dan poskesdes atau polindes digunakan oleh sekitar 23,9 peserta KB. Hasil Riset Fasilitas Kesehatan Rifaskes 2011, kegiatan pelayanan KIAKB telah dilaksanakan di 97,5 puskesmas. Pelayanan KIA dan KB termasuk 6 enam pelayanan wajib puskesmas. Besarnya proporsi WUS yang menggunakan kontrasepsi karena berkunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan bisa dikarenakan adanya program pelayanan KB pasca persalinan. Melalui program ini WUS sudah sejak kehamilan diperkenalkan dengan KB guna mencegah keterlambatan untuk mendapatkannya karena pada umumnya wanita mulai menggunakan kontrasepsi pada minggu keenam pasca persalinan. Seorang ibu 87 yang baru melahirkan bayi biasanya lebih mudah untuk diajak menggunakan kontrasepsi, sehingga waktu setelah melahirkan adalah waktu yang paling tepat untuk mengajak seorang ibu menggunakan kontrasepsi. Di samping hal-hal tersebut di atas, KB pasca persalinan diintegrasikan pula dalam P4K, Kelas Ibu Hamil dan pelayanan antenatal terpadu. Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan pemberi layanan antenatal berkewajiban memberikan konseling KB pasca persalinan kepada ibu hamil agar setelah bersalin ibu dapat segera mendapatkan pelayanan KB. Dalam Kelas Ibu Hamil, salah satu materi yang dibahas adalah tentang KB pasca persalinan, dan dalam empat kali pertemuan, minimal satu kali pertemuan, ibu hamil didampingi oleh suami atau keluarganya. Hal ini dimaksudkan agar kesehatan ibu selama hamil, bersalin, nifas, termasuk kesehatan bayi yang baru dilahirkannya dan kebutuhan akan KB pasca persalinan menjadi perhatian dan tanggung jawab seluruh keluarga. Dalam P4K, ibu hamil dan keluarga diberi penjelaskan tentang kesehatan maternal termasuk KB pasca persalinan dan diminta untuk menandatangani Amanat Persalinan yang salah satunya adalah kesepakatan tentang metoda KB yang akan dipakainya kelak setelah bersalin. Di samping itu, untuk menghilangkan hambatan pembiayaan dalam mengakses pelayanan KB pasca persalinan, Pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan mengintegrasikan pelayanan KB pasca persalinan dalam paket Jaminan Persalinan atau yang lebih dikenal dengan singkatannya Jampersal. Jadi banyaknya program yang terintegrasi dengan pelayanan KB di fasilitas kesehatan bisa mendorong WUS untuk memilih dan menggunakan alat kontrasepsi karena banyaknya informasi yang diserap WUS melalui kegiatan di fasilitas kesehatan Kemenkes RI, 2012. Dalam kebijakan dan strategi nasional, tentang kesehatan reproduksi disebutkan bahwa kualitas informasi dan pelayanan KB masih perlu ditingkatkan, misalnya 88 keterbukaan penyampaian informasi tentang efek samping dan komplikasi agar dapat menangkal rumor negatif Oktariana, 2009. Setiap fasilitas kesehatan seperti puskesmas terdapat pelayana Komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE, KIE bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap danpraktek KB sehingga tercapai penambaha peserta baru. KIE dapat dilakukan dengan cara masa, kelompok dan perorangan, dengan menggunakan alat bantu media seperti TV, radio, penerbitanpunlikasi, mobil unit penerangan, koran, film, pameran, yang mana dapat meningat pengetahuan tentang KB khususnya kontrasepsi. Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE, bila seseorang telah termotivasi melakukan KIE maka dia perlu diberikan konseling. Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif anatara klien dan petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih sosuli terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapai Kemenkes RI, 2012. Selain itu informasi melalui konseling bertujuan agar seseorang dapat memilih alatcara kontrasepsi yang sesuai dengan dirinya, maka dibutuhkan pengetahuan tentang alatcara KB yang menyeluruh. Diperlukannya peningkatan pelayanan khususnya Pelayanan KB yang berkualitas yang dapat berdampak pada kepuasan pada klien yang dilayani dan terpenuhinya tata cara penyelenggaraan Pelayanan KB sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Kompetensi tenaga yang memberikan Pelayanan KB merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas Pelayanan KB selain itu juga ketersediaan seperti prasarana dan sarana penunjang, alat dan obat kontrasepsi, ketersediaan pedoman pelayanan dan upaya untuk menjaga mutu juga diperlukan. 89

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

1 68 145

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Usia Menikah Pada Wanita Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

19 88 123

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

0 47 145

Analisa Pengaruh Pasangan Usia Subur Dan Pengguna Alat/Cara Kb Terhadap Angka Kelahiran Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 1995-2009

0 27 72

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) dalam Menentukan Masa Subur di Kelurahan Sari Rejo Medan Tahun 2010.

5 65 53

Analisa Pengaruh Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), Akseptor Dan Pendapatan Per Kapita Terhadap Tingkat Kelahiran Di Sumatera Utara

3 38 63

Pengaruh Persepsi Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Kanker Leher Rahim (KLR) dan Program Inspeksi Visual Asetat (IVA) Terhadap Pemanfaatan Pelayanan IVA Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tah

6 57 85

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita di Lingkungan VIII Kelurahan Kampung Lalang

2 45 86

99 DESKRIPTIF FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) TIDAK MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI

0 0 10