82
tentang kontrasepsi dari berbagai media. Sedangkan hasil penelitian ini didapatkan, sebagian besar WUS yang memiliki tingkat kekayaan terendah tidak mengakses media
informasi Dari hasil penelitian banyak WUS yang tidak mengakses media informasi tentang
kontrasepsi baik dari media cetak maupun media elektronik sebagai sumber informasi. Hal ini dikarenakan masih kurangnya media informasi yang mengedukasi tentang
kontrasepsi. Perlunya media promosi kesehatan seperti poster yang ditempelkan di fasilitas-fasilitas kesehatan ataupun leaflat-leaflet, kemudian bagi pemerintah di
harapkan lebih menggencarkan melaui media iklan baik dari TV maupun radio tentang kontrasepsi, hal ini juga dapat membantu petugas kesehatan dalam penyampaian
informasi tentang kontrasepsi sehingga dapat membantu meningkan kesadaran dan pengetahuan WUS.
6.7 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan Petugas KB
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa WUS yang menggunakan alat kontrasepsi sebagian besar dikunjungi petugas KB dalam 6 bulan terakhir. Dari hasil
tersebut didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku penggunaan kontrasepsi dengan kunjungan petugas KB dalam 6 bulan terakhir.
Pemberian informasi dalam program KB dikenal dengan nama KIE KB. KIE adalah suatu kegiatan dimana terjadi proses komunikasi dengan penyebaran informasi
yang mempercepat terjadinya perubahan prilaku dari masyarakat. Adapun bentuk dari KIE KB dapat berupa penyuluhan dan kunjungan oleh petugas KB Lina, dkk, 2012.
Dalam hal ini, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arliana dkk. 2012 di Sulawesi Tenggara, mengatakan bahwa dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa
tidak ada hubungan antara pemberian informasi oleh petugas KB dengan penggunaan metode kontrasepsi hormonal.
83
Namun, Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi 2012 yang dilakukan di Kabupaten Gayo Lues, Sumatera Utara, yang menyatakan bahwa
terdapat perbedaan antara perilaku penggunaan KB antara yang dikunjungi petugas KB dengan yang tidak dikunjungi dengan p-value = 0,020. Menurut Musdalifah, dkk,2013
mengatakan bahwa umur, dukungan suami, efek samping dan pemberian informasi petugas KB berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi hormonal. Perbedaan hasil
penelitian ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti tingkat pendidikan reponden maupun sumber informasi yang sudah didapatkan responden selain informasi tentang
kontrasepsi memalui petugas KB. Selain itu berdasarkan hasil penelitiaan yang dilakukaan oleh Iswarti 2009 di
Indonesia, dengan adanya kunjungan petugas lapangan KB PLKB dalam 6 bulan terakhir kepada klien berpengaruh secara signifikan terhardap kesertaan ber KB dengan
p-value = 0,018. Dalam pemilihan alatcara KB seharunya melalui konseling. Konseling sangat penting sebagai bagian dari pelayan KB dan kesehatan reproduksi. Melalui
konseling berarti petugas telah membantu klien memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang di pilih dan digunakan. Hal ini dikuatkan hasil penelitian lain yang
menyatakan bahwa konseling yang baik akan memberi kepuasan kepada klien dan akan membantu keberhasilan KB karena klien mau menggunakan kontrasepsinya lebih lama
Saifudin, 2006. Tidak ada hubungan antara perilaku pengguna KB yang dikunjungi petugas KB
dengan yang tidak dikunjungi bisa dikarenakan sebanyak 80,1 masyarakat Sumatera Utara memilliki tingkat pendidikan menengah. Menurut Rohmawati, dkk, 2011 yang di
lakukan di Semarang, ketidaktahuan wanita usia subur tentang kontrasepsi dipengaruhi oleh kurangnya informasi serta sebagian besar berpendidikan sekolah dasar. Semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima informasi.
84
Selain hal di atas, tidak adanya hubungan antara perilaku pengguna KB yang dikunjungi petugas KB dengan yang tidak dikunjungi ini dapat dikarenakan responden
sudah mengetahui informasi tentang kontrasepsi yang digunakan dari sumber lain, seperti pendidik sebaya, ibu mertua, maupun tetangga sekitar. Dari hasil penelitian yang
dilakukan secara kualitatif oleh Handayani, dkk, 2012 bahwa masih banyak akseptor yang menentukan metode yang dipilih hanya berdasarkan informasi dari akseptor lain
berdasarkan pengalaman masing-masing. Dalam pemenuhan hak reproduksi perlu mendapat perhatian atau dengan kata lain
dalam memperkenalkan metode kontrasepsi harus disertai dengan fasilitas pilihan informasi tentang cara alternatif. Informasi tersebut harus memenuhi syarat yaitu akurat,
tidak bias, lengkap dan komprehensif. Setiap perempuan yang akan menggunakan metode kontrasepsi, harus terpenuhi kebutuhan akan pilihan informasi POGI, 2003.
Petugas kesehatan yang melakukan kunjungan kerumah-rumah warga biasanya memberikan konseling dan pemberian informasi kepada WUS. Informasi yang diberikan
petugas membantu klien dalam memilih dan menentukan metode kontrasepsi yang dipakai. Informasi yang baik akan memberikan kepuasan klien yang berdampak pada
penggunaan kontrasepsi yang lebih lama sehingga membantu keberhasilan KB Handayani, 2012.
Berdasarkan hasil penelitian responden yang tidak menggunakan kontrasepsi banyak dari mereka yang mengakses informasi tentang KB melalui media elektronik.
Media elektronik termasuk kedalam media prosomis kesehatan, diaman media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi
yang ingin disampaikan oleh komunikator baik melalui media cetak, elektronik TV, radio, komputer dan media luar ruang sehingga sasaran dapat meningkatkan
pengetahuannya.
85
Menurut Heri Ariyanti 2014 Tidak adanya hubungan antara informasi oleh petugas lapangan KB dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita kawin usia dini di
Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur disebabkan karena masih kurangnya petugas lapangan KB di desa sehingga petugas lapangan KB yang bertugas di desa
memegang dua sampai empat desa binaan. Hal ini menjadi tidak efektifnya penyuluhan, pembinaan dan advokasi yang dilakukan oleh petugas lapangan KB di desa.
Berdasarkan penelitian ini diketahui kurang aktifnya Petugas lapangan KB PLKB yang bertugas, dimana selain sumber informasi yang didapatkan WUS melalui
media, petugas KB lapangan berperan penting dalam penyebaran informasi mengenai kontrasepsi. Petugas KB yang berkunjung ke rumah WUS berperan dalam memberikan
informasi, penyuluhan dan penjelasan tentang alat kontrasepsi bagi calon akseptor. Perlunya informasi bagi masyarakat dikarenaakan dapat membantu kesuksesan program
KB. Disamping itu masih banyak ibu-ibu yang menentukan metode yang dipilih hanya berdasarkan informasi dari akseptor lain berdasarkan pengalaman masing-masing.
Sebagian petugas kesehatan kurang melakukan konseling dan pemberian informasi yang menyebabkan kurangnya pengetahuan WUS khususnya dalam memilih jenis
kontrasepsi.
6.8 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan