Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Umur

69 Provinsi Sumatera Utara sudah memiliki paling sedikit satu puskesmas. Hal tersebut juga didukung dengan adanya peningkatan selama tahun 2008 – 2011, dari 484 unit pada tahun 2008 menjadi 569 unit pada tahun 2012. Secara garis besar masalah pokok dibidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah pertumbuhan penduduk yang besar dengan laju petumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan Purba, 2009. Sementara itu Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak ke empat di Indonesia. Untuk itu penggunaan kontrasepsi di rasa cukup penting selain sebagai perilaku bentuk kesehatan, dimana dapat memenuhi target capaian TFR dapat menhindari kehamilan berisiko pada ibu.

6.3 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 sebagian besar adalah wanita umur 35 tahun, sedangkan pengguna kontrasepsi paling sedikit yaitu usia 15 – 19 tahun. Dari hasil peneliian didapatkan bahwa umur memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi. Dalam pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional dikatakan dimana umur di bawah 20 tahun merupakan fase menunda atau mencegah kehamilan, hal ini berkaitan dengan kehamilan risiko tinggi yang mana dapat timbul pada kehamilan kurang dari usia 18 tahun, kehamilan lebih dari 35 tahun, kehamilan setelah 4 kelahiran dan kehamilan dengan interval jarak kurang dari 2 tahun. Dengan perkataan lain kehamilan risiko tinggi dapat timbul pada keadaan “4 terlalu”, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan terlalu dekat jaraknya. Pada umur 20 – 30 70 tahun merupakan fase menjarangkan kehamilan. Dan pada umur di atas 35 tahun merupakan fase menghentikanmengakhiri kehamilan Hartanto, 2010. Berdasarkan hasil SDKI 2007 mengatakan bahwa kebutuhan pelayanan kontrasepsi bervariasi menurut umur, wanita muda cenderung untuk menjarangkan kehamilan, dan wanita tua cenderung membatasi kehamilan. Pola kebutuhan untuk kontasepsi menurut umur dapat digambarkan sepeti kurva U terbalik, yaitu rendah pada wanita kelompok umur 15-19 tahun dan wanita kelompok umur 45 – 49 tahun dan tinggi pada tingkat kelompok umur anatara 30 – 34 tahun. Wanita muda cenderung menggunakan cara kontrasepsi suntik, pil, dan susuk, sementar mereka yang lebih tua cenderung memilih kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan sterilisasi. Analisa BKKBN tentang SDKI 20022003 mengatakan bahwa umur di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun sangat berisiko terhadap kehamilan dan melahirkan, sehingga berhubungan erat dengan pemakaian alat kontrasepsi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Purba 2008 yang menunjukan adanya hubungan antara umur dengan penggunaan alat kontrasepsi. Namun dalam penelitian ini, umur yang semakin meningkat tidak menjadi alasan utama responden untuk memakai alat kontrasepsi, tetapi mereka lebih mengutamakan banyaknya jumlah anak yang dimiliki. Jika jumlah anak telah dirasa cukup, maka responden akan mengusahakan dengan sungguh-sungguh untuk memakai alat kontrasepsi. Menurut Amiranty 2003, umur dan jumlah anak yang pernah dilahirkan seorang wanita akan mempengaruhi tingkat pemakaian kontrasepsi. Wanita dengan umur tinggi yang pada umumnya mempunyai anak lebih banyak akan cenderung memakai kontrasepsi, terutama untuk membatasi kelahiran. Sebaliknya pemakaian kontrasepsi pada wanita muda yang belum mempunyai anak atau yang baru mempunyai anak dalam jumlah sedikit cenderung ditujukan untuk menjarangkan atau menunda kehamilan. 71 Berdasarkan hasil penelitian ini, maka perlu adanya penambahan informasi melalui penyuluhan dari petugas KB, maupun informasi di fasilitas layanan kesehatan dan melalui kegiatan yang telah ada di masyarakat mengenai penggunaan kontrasepsi. Hal ini juga diharapkan WUS mengetahui fungsi lain kontrasepsi tidak hanya untuk menjarangkanmembatasi atau menghentikan kehamilan, namun juga dapat mengetahui kehamilan yang tidak terkendali dalam keadaan “4 terlalu” yang dapat mengakibatkan kehamilan risiko tinggi.

6.4 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

1 68 145

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Usia Menikah Pada Wanita Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

19 88 123

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

0 47 145

Analisa Pengaruh Pasangan Usia Subur Dan Pengguna Alat/Cara Kb Terhadap Angka Kelahiran Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 1995-2009

0 27 72

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) dalam Menentukan Masa Subur di Kelurahan Sari Rejo Medan Tahun 2010.

5 65 53

Analisa Pengaruh Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), Akseptor Dan Pendapatan Per Kapita Terhadap Tingkat Kelahiran Di Sumatera Utara

3 38 63

Pengaruh Persepsi Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Kanker Leher Rahim (KLR) dan Program Inspeksi Visual Asetat (IVA) Terhadap Pemanfaatan Pelayanan IVA Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tah

6 57 85

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita di Lingkungan VIII Kelurahan Kampung Lalang

2 45 86

99 DESKRIPTIF FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) TIDAK MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI

0 0 10