71
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka perlu adanya penambahan informasi melalui penyuluhan dari petugas KB, maupun informasi di fasilitas layanan kesehatan
dan melalui kegiatan yang telah ada di masyarakat mengenai penggunaan kontrasepsi. Hal ini juga diharapkan WUS mengetahui fungsi lain kontrasepsi tidak hanya untuk
menjarangkanmembatasi atau menghentikan kehamilan, namun juga dapat mengetahui kehamilan yang tidak terkendali dalam keadaan “4 terlalu” yang dapat mengakibatkan
kehamilan risiko tinggi.
6.4 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara pada tahun 2008 – 2012 sebagian besar memiliki tingkat
pendidikan menengah, sedangkan tingkat pendidikan terkecil pada WUS yang menggunakan alat kontrasepsi yaitu tidak sekolah. Hal ini diketahui bahwa pendidikan
memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara UU RI No.20 tahun 2003. Pendidikan dapat mempengaruhi ibu
dalam memperoleh, memproses dan memahami informasi, hal ini karena informasi sangat penting bagi ibu untuk membuat keputusan yang tepat. Selain itu, ibu dengan
tingkat pendidikan tinggi akan lebih percaya diri untuk bertanya mengenai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan bagi dirinya Karlsen, dkk., 2011.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatimah 2010 yang dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya, bahwa ada hubungan yang signifikan
pendidikan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Sukagalih Kecamatan
72
Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung menggunakan alat kontrasepsi sedangkan yang berpendidikan rendah tidak menggunakan
alat kontrasepsi. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Fitriani 2004, menyatakan bahwa ada
pengaruh antara tingkat pendidikan WUS dengan perilaku penggunaan kontrasepsi. Hal ini karena pendidikan mempunyai peranan penting untuk menyerap informasi dari
sumber yang bervariasi, sehingga dapat merubah pola berpikirtingkah laku dalam menilai sesuatu yang secara tidak langsung akan membantu WUS dalam menilai dan
memilih alat kontrasepsi yang tepat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi 2012 di Kabupaten Gayo
Luwes, Sumatera Utara, menunjukan bahwa pendidikan seseorang akan mempengaruhi pemilihan dan pemakaian alat kontrasepsi yang mana alat yang baik digunakan untuk
menjarangkan kehamilan. Dengan tingginya tingkat pendidikan, maka ibu mampu memahami keuntungan dan kerugian dalam pemakaian alat kontrasepsi.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk
pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan
baru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seharusnya orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memilih jenis kontrasepsi MKJP Proverawati, dkk,
2009. Pendidikan berpengaruh dalam perilaku penggunaan kontrasepsi oleh WUS,
karena dengan semakin tingginya pendidikan, WUS akan semakin mudah mengerti dan menerima kontrasepsi. Perubahan pola pikir tentang alat kontrasepsi, keuntungan dan
kerugiannya akan mempengaruhi seseorang untuk memilih jenis kontrasepsi yang sesuai
73
dengan pengetahuannya. Dapat dipastikan dengan pendidikan dan pengetahuan yang cukup WUS akan mempunyai sikap yang positif terhadap kontrasepsi dibandingkan
dengan yang pendidikan rendahkurang.
6.5 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak