13
BAB II KERANGKA TEORI
A. Gambaran Tentang Penerjemahan
1. Penerjemahan
Banyak sekali definisi tentang terjemah yang dikemukakan oleh para ahli. Apapun definisi yang digunakan, sebaiknya dipertimbangkan prinsip
akomodatif-operasional. Akomodatif dalam arti, mempertimbangkan definisi- definisi tentang terjemah yang pernah dikemukakan oleh para pengkaji
pendahulu. Ini dimaksudkan sebagai sikap apresiatif ta‘zim, menghargai
terhadap hal-hal yang dihasilkan oleh pengkaji-pengkaji sebelumnya. Sedangkan prinsip operasional memiliki maksud, bahwa definisi yang
digunakan sekalipun akomodatif terhadap hasil-hasil sebelumnya harus tetap berpijak pada pertimbangan: apakah definisi tersebut dapat dioperasionalkan
pada tahap yang lebih praktis atau tidak.
14
Jadi terjemah adalah usaha memindahkan pesan dari teks bahasa sumber teks sumber dengan padanan ke dalam bahasa lain bahasa sasaran.
Definisi sederhana tersebut memuat unsur-unsur utama dalam penerjemahan yaitu:
15
a.
Bahasa Sumber
اهنع ةمجرتملا ةغللا
atau
لصأا ةغل
Dalam konteks pembicaraan ini, bahasa sumber menunjuk kepada bahasa Arab yang memiliki ragam fusha, bukan ragam dialek tertentu lahjah.
14
Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004, h. 9.
15
Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004, h. 10.
14
b.
Bahasa Sasaran
اهيلا ةمجرتملا ةغللا
atau
لقنلا ةغل
Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan bahasa sasaran atau teks sasaran adalah bahasa Indonesia. Ada aspek yang menarik dari bahasa Indonesia
sebagai bahasa sasaran penerjemahan teks Arab. Bahasa Indonesia adalah salah satu
tabi‘ yang menyerap banyak sekali kosa kata dan peristilahan bahasa Arab.
c. Pesan
ةركف
Terjemah diartikan sebagai ‗pengalihan teks sumber ke dalam teks sasaran secara bebas‘. Kata ‗bebas‘ dalam pengertian tersebut menyiratkan bahwa
yang ditransfer adalah pesannya saja. Penerjemah, bisa membuat ‗semena- mena‘, dengan mengabaikan aspek-aspek lain di luar pesan, seperti aspek
padanan morfologis, sintaksis ataupun yang lain. Kebebasan yang diandaikan dari definisi terjemah tersebut adalah, bahwa penerjemah
memiliki keleluasaan yang sangat besar dalam mengekspresikan ‗pesan teks‘ tanpa menghiraukan padanan-padanan linguistik, struktur, pengungkapan
secara denotatif-konotatif atau hal-hal lain di luar teks. Meskipun menerjemahkan adalah pekerjaan yang melibatkan
sekumpulan teori atau ilmu, tetapi kemampuan menerjemahkan dengan baik adalah seni. Menerjemahkan, dengan demikian adalah keterampilan yang
melibatkan lebih banyak seni bakat daripada upaya dan teori. Namun, kita tidak dibenarkan menafikan upaya, latihan dan teori-teori
tentang menerjemahkan. Sebab betapapun kuat dan baiknya bakat dan rasa
15
bahasa seseorang, jika tidak dibarengi dengan latihan, praktik yang terus menerus berkelanjutan dan teori, maka sulit kita bayangkan dia akan menjadi
penerjemah yang baik.
2. Peranan Makna Dalam Penerjemahan