Peranan Makna Dalam Penerjemahan

15 bahasa seseorang, jika tidak dibarengi dengan latihan, praktik yang terus menerus berkelanjutan dan teori, maka sulit kita bayangkan dia akan menjadi penerjemah yang baik.

2. Peranan Makna Dalam Penerjemahan

Apabila kita membicarakan konsep dasar mengenai bahasa yang akan dikaitkan dengan penerjemahan, tidak boleh tidak kita harus membicarakan tentang makna. Hal ini penting karena pendekatan yang kita gunakan adalah bahwa setiap teks merupakan tindak komunikasi, bukan teks yang lahir dalam ruang kosong tanpa tujuan dan maksud apa pun. Sebagai tindak komunikasi, produsen teks lisan maupun tertulis tentunya ingin agar maksudnya dipahami oleh pembaca. Maksud tersebut dikemas dalam makna, sedangkan bentuknya dapat berubah-ubah bergantung kepada tujuan untuk apa —misalnya untuk memaparkan, menceritakan dan mengimbau, pembaca misal usianya, kelompok ilmuan dan kalangan umum. 16 Oleh karena itu, banyak sekali para ahli yang sudah membicarakan makna secara panjang lebar. Beberapa teori yang disodorkan pakar linguistik berkaitan dengan penanganan masalah makna kata, seperti: 17 a. Teori Referen, yang diusung oleh Russell. Teori ini menyebutkan bahwa sebuah kata memiliki makna lantaran rujukan pada objek atau keadaan yang digambarkan oleh kata tersebut. 16 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah Bandung: Penerbit Kaifa, 2009, h. 46. 17 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h. 95-97. 16 b. Teori Ideasional, yang dikemukakan oleh John Locke. Teori ini menjelaskan bahwa sebuah kata sesungguhnya tidak merefer pada objek tertentu, tetapi pada ide atau konsep tentang objek tersebut. c. Teori Fitur, yang menyatakan bahwa konsep terwujud dari sejumlah unit yang kecil. Unit-unit yang kecil kemudian dinamakan fitur ciri. d. Teori berdasarkan pengetahuan, yang diusung Reeves ini mendasari gagasannya pada esensialisme psikologis dan kontekstualisme psikologis. Menurut esensialisme psikologis, pada umumnya manusia memiliki pengetahuan ihwal adanya esensi dari suatu objek. Adapun kontekstualisme psikologis, konteks-konteks tertentu melahirkan keterkaitan anatar fitur-fitur dari suatu konsep dan konsep-konsep lain dalam suatu kategori. Hasan menegaskan bahwa tujuan pembaca ialah memahami makna. Ujaran atau tulisan merupakan sarana untuk meraih tujuan itu. Untuk menjawab kesulitan yang muncul tentang makna, perlu melakukan analisis struktur, analisis leksikal dan analisis kontekstual. 18 Analisis struktur berkaitan dengan penelaahan dua hal pokok: analisis morfologis dan analisis sintaksis. Selanjutnya analisis leksikal yang memiliki banyak kemungkinan, tetapi makna yang dikehendaki oleh konteks kalimat hanya satu. Untuk memperoleh makna yang dikehendaki, pembaca perlu menelaah isyarat-isyarat linguistik. Di samping itu, perlu menelaah isyarat kontekstual. 18 Syihabudddin, Penerjemahan Arab-Indonesia: Teori dan Praktek Bandung: Humaniora, 2005, h. 34. 17 Pembaca atau penyimak perlu memperhatikan status individu dalam masyarakat, peran individu dalam melakukan tindak tutur dan tujuan dari tindakannya itu.

3. Masalah Padanan