21
mengungkapkan kembali seluruh makna yang terdapat dalam teks sumber di dalam teks sasaran.
23
4. Problematika Makna Dalam Penerjemahan
Masalah makna merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bidang penerjemahan. Jika kita berbicara tentang penerjemahan, kita juga harus
berbicara tentang makna. Alasannya adalah karena tujuan penerjemahan erat kaitannya dengan masalah pengalihan makna yang terkandung dalam bahasa
ke dalam bahasa yang lain. Makna suatu kata tidak hanya dipengaruhi oleh posisinya dalam kalimat tetapi juga oleh bidang ilmu yang menggunakan kata
itu. Tidak jarang pula makna suatu kata sangat ditentukan oleh situasi pemakaiannya dan budaya penutur suatu bahasa.
Dalam praktek menerjemahkan yang sesungguhnya, perhatian seorang penerjemah terfokus tidak hanya pada pengalihan makna suatu kata.
Perhatiannya meluas ke masalah pengalihan pesan atau amanat. Seperti uraian berikut:
24
a. Makna Leksikal
Makna leksikal ini dapat disebut makna yang terdapat dalam kamus mengingat yang ada dalam kamus yang lepas dari penggunaannya atau
konteksnya.
23
Maurits D.S Simatupang, Pengantar Teori Terjemahan Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2000, h. 44.
24
Rudolf Nababan, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, h. 48-51.
22
b. Makna Gramatikal
Makna gramatikal ialah hubungan anatara unsur-unsur bahasa dalam satuan yang lebih besar, misalnya hubungan suatu kata dengan kata yang lain
dalam frasa atau klausa. c.
Makna Kontekstual atau Situasional Makna kontekstual atau situsional adalah hubungan antara ujaran dan situasi
dimana ujaran itu dipakai. Dengan kata lain makna yang dikaitkan dengan situasi penggunaan bahasa.
d. Makna Tekstual
Makna tekstual berkaitan dengan isi suatu teks atau wacana. Perbedaan jenis teks dapat pula menimbulkan makna suatu kata menjadi berbeda.
e. Makna Sosio-Kultural
Makna suatu kata yang erat kaitannya dengan sosio-budaya pemakai bahasa disebut makna sosio-kultural.
B. Representasi Makna Kata
Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa yang mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna.
Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan pancaindera, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat. Sebaliknya segi isi atau makna
adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi.
25
25
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000, h. 25.
23
Kembali kepada unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu yaitu kata, maka makna kata dapat dibatasi sebagai
hubungan antara bentuk dengan hal atau barang bawah ini:
Referensi
Rumah
-------------------------------------------------
Gambaran sebagai simbol referen; pengalaman non-linguistik
Bahwa makna adalah pertalian antara bentuk dan referen.
26
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seseorang yang mengetahui sebuah referen
barangnya tetapi tidak tahu bagaimana mengacunya, ia tidak tahu katanya. Tetapi kebalikannya juga benar, kalau ia mengetahui maknanya juga, yaitu tidak
mengetahui hubungan antara bentuk dan referennya. Mengetahui sebuah kata haruslah mengetahui kedua aspeknya: bentuk kata dan referennya.
Selama ini perhatian utama dalam pembicaraan tentang makna diletakkan pada kata sebagai satuan linguistik yang bermakna. Akan tetapi, kita pun tahu
makna kata itu baru tampil dalam kalimat sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Jika dalam analisis komponen fonem kita dapat mencirikan unsur pemproduksiannya, maka dalam analisis komponen makna kata kita pun ingin
26
Menurut Odgen dan Ricard dalam the meaning of meaning, simbol adalah unsur linguistik kata atau kalimat, referen adalah objek dalam dunia pengalaman, sedangkan referensi
atau pikiran adalah konsep. Menurut teori itu tidak ada hubungan langsung antara simbol dan referen, hubungannya harus melalui konsep.
24
menemukan kandungan makna kata atau kompisisi makna kata. Prosedur menemukan komposisi makna kata disebut pula dekomposisi kata. Untuk
menemukan komposisi unsur-unsur kandungan makna kata, kita perlu mengikuti prosedur sebagai berikut:
27
1. Pilihlah seperangkat kata secara intuitif kita perkirakan berhubungan.
2. Temukanlah analogi-analogi di antara kata-kata yang seperangkat itu.
3. Cirikanlah komponen semantik atau komposisi semantik atas dasar analogi-
analogi tadi. Sebagai contoh biasanya dipilih perangkat kata yang menunjukkan atau
berhubungan dengan nasabah dan keluarga. Misalnya:
Pria Wanita Putra Putri +Jantan +Jantan +Jantan -Jantan
+Dewasa +Dewasa -Dewasa -Dewasa
Dekomposisi semantik kata itu dapat dilanjutkan sampai dengan penemuan komponen makna yang terkecil yang membedakan dua kata atau lebih.
Analisis komponen makna kata dapat membawa beberapa manfaat untuk analisis semantik, baik semantik kalimat maupun semantik ujaran. Seperti uraian manfaat
berikut:
28
1. Analisis komponen semanti makna kata dapat memberi jawab mengapa
beberapa kalimat benar, mengapa kalimat lain tidak benar dan mengapa beberapa kalimat anomali. Karena komponen-komponen makna kata dalam
kalimat itu bercocokan, bertentangan dan tidak berhubungan.
27
J.D. Parera, Teori Semantik Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004, h. 159-160.
28
J.D. Parera, Teori Semantik Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004, h. 161-164.
25
2. Dengan analisis komponen atau komposisi makna kata, kita meramal hubungan
antara makna. Hubungan antara makna dibedakan secara umum atas lima tipe, yakni kesinoniman, keantoniman kontradiktoris dan kontrer, keterbalikan dan
kehiponiman. Kita katakan dua kata mempunyai kesinoniman jika dua kata itu memiliki komponen atau komposisi senatik yang identik. Kita katakan dua kata
berantonim jika dua kata memiliki satu pertentangan dalam komposisi komponen semantiknya yang bersifat mutlak. Keantoniman dibagi menjadi dua
tipe, yakni kontrdiksi dan kontrer. Kita katakan dua kata berantonim keterbalikan jika perbedaan antara dua kata itu hanya terdapat pada satu
komposisi dan komposisi itu hanya merupakan alih dalam argumen. Kita katakan dua kata berhubungan secara hiponimis jika dua kata mempunyai
semua komposisi semantik yang sama dan kata yang kedua memiliki satu komponen ekstra atau tambahan.
3. Pakar semantik telah mendesaign satu sistem logika yang memungkinkan
komponen semantik dipakai sebagai alat uji bahwa kalimat-kalimat bersifat analitik, bersifat kontradiksi in terminis dan bersifat anomali.
C. Wawasan Makna
1. Makna ma‟na