Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilai Kinerja Pusat Biaya Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Divisi Regional I Sumatera.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENILAI KINERJA PUSAT BIAYA

PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK DIVISI REGIONAL I SUMATERA

OLEH:

NAMA : ADRIYANTO SITEPU NIM : 040503045

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul :

“Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilai Kinerja Pusat Biaya Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Divisi Regional I Sumatera”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Strata-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 24 Juli 2008

Yang membuat pernyataan,

Adriyanto Sitepu


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat karunia-Nya yang telah menyertai, membimbing dan memberikan kesehatan, kemudahan serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penerapan

Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilai Kinerja Pusat Biaya Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Divisi Regional I Sumatera”.

Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Berbekal masalah yang sederhana dan keterbatasan kemampuan, pengetahuan, waktu dan dana yang penulis miliki penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga pada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Fahmi Natigor Nasution, S.E., M.Acc., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.,Ak, selaku Dosen Pembimbing

saya yang telah banyak meluangkan waktunya dan perhatian untuk memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan yang sangat berharga bagi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Drs. Arifin Lubis, M.M., Ak., selaku Dosen Pembanding dan Penguji I yang telah banyak memberikan masukan, saran serta kritikan

dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Naleni Indra, M.M., Ak., selaku Dosen Pembanding dan Penguji II dan juga sebagai dosen wali saya, yang juga telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. Dan membimbing serta membantu dalam konsultasi akademik selama penulis menjalani perkuliahan.

7. Seluruh dosen pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis selama perkuliahan.

8. Seluruh staf pegawai dan administrasi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Kak Dame, Bang Hairil, dan Bang Oyong di Departemen Akuntansi serta Bang Kartun dan Kak Fida di PPAk yang telah menyiapkan segala administrasi dan keperluan penulis.

9. Pimpinan dan seluruh staff karyawan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Kantor Divisi Regional I Sumatera, khususnya Bapak Tinton bagian


(5)

Finance Ceter Area I selaku pembimbing saya selama riset. Terima

kasih atas semua bantuan yang diberikan selama saya melakukan riset. 10.Ayahbunda tercinta, Patuh Sitepu dan Serilit Br Sembiring yang telah

memberikan kasih sayangnya yang tak terbatas, membesarkan dan memberikan materi juga motivasi, doa serta mendidik penulis. Tiada kata yang terucap dari bibir ini selain ucapan terima kasih dari lubuk hatiku terdalam, demi cita-citaku engkau telah menahan teriknya matahari hingga kulitmu terbakar bagai arang yang menyala. Perjuanganmu dibarengi doa yang tulus hingga aku bisa menjadi sarjana. Terima kasih ayahbundaku, doaku selalu untukmu...

11.Abangku Rizal Sitepu, S.H., dan adikku Junveri Sitepu, Suparminta Sitepu dan Supriyadi Sitepu. Terima kasih atas setiap dukungan dan semangat, yang diberikan kepada penulis.

12.Kepada Sahabatku Parlin Simatupang, A.Md beserta seluruh keluarga. Terima kasih banyak atas bantuan yang diberikan sehingga saya dapat melakukan riset di PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Kantor Divisi Regional I Sumatera.

13.Kepada adikku tercinta (Alm.) Evi Kristina Br Bukit, terima kasih tak terhingga atas semua kasih sayang yang begitu tulus, perhatian, nasihat, dan semangat yang telah diberikan kepada saya sewaktu kita masih bersama di dunia yang sama. Semua itu akan menjadi kenangan yang paling berharga dan termanis dalam hidupku dan akan menjadi kekuatan untukku dalam meneruskan cita-citamu yang tidak tercapai.


(6)

14.Kepada Evi Yuni Br Purba, S.Pd. Terima kasih atas semua perhatian dan semangat yang diberikan kepada saya.

15.Seluruh sahabat-sahabatku di Universitas Negeri Medan khususnya stambuk 2003 Akuntansi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima Kasih atas semua dorongan dan semangat yang diberikan.

16.Semua sahabat-sahabatku di sekret IMAS khususnya Andreas, Jansen, Leeguer S.E, Zulfirman, Tumpal, Bengbeng S.E, Denny ulok, Rico, Deddy, Mangindang, Edhy, Mario, Frans, Renold, Jeffry Panjaitan, Hendra, S.E, Edu, Loduwik, Hadi, Dimas, Narwinder, S.E, Khairul, S.E, terima kasih atas suka duka kebersamaan yang telah kita jalani bersama. 17.Semua sahabat-sahabatku stambuk 2004 yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu, serta seluruh senior maupun junior akademisi, dan juga kepada sahabatku di luar akademisi yang turut mendukung penulis. Semuanya adalah pemberi semangat dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Doa dan harapan penulis, skripsi ini menjadi awal yang baik untuk meniti masa depan yang gemilang, bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, serta bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi. Terima Kasih.

Medan, 24 Juli 2008

Penulis,

Adriyanto Sitepu


(7)

ABSTRAK

Pertumbuhan dan persaingan dunia bisnis dewasa ini mengharuskan perusahaan untuk memandang jauh ke depan guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaannya. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem akuntansi pertanggungjawaban sangat penting diterapkan dalam suatu perusahaan untuk menunjang tercapainya tujuan umum perusahaan dan membantu pihak manajemen dalam menyusun kebijaksanaan perusahaan di masa yang akan datang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Divisi Regional I Sumatera dalam peranannya sebagai alat penilai kinerja pusat biaya.

Dalam penulisan ini, digunakan metode penelitian deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan teknik wawancara. Metode penganalisaan data adalah metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, sistem akuntansi

pertanggungjawaban yang diterapkan dalam perusahaan telah menunjukkan peranannya sebagai alat penilai kinerja pusat biaya melalui anggaran dan pelaporan. Laporan pertanggungjawaban bulanan, triwulan dan tahunan telah cukup memadai untuk digunakan dalam menilai kinerja pusat biaya sekaligus manajer pusat biaya. Sistem akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat dalam menilai kinerja pusat biaya perusahaan telah diterapkan dengan baik, hal ini tercermin pada penyusunan anggaran yang telah melibatkan semua bagian, penggolongan kode rekening, pelaporan pertanggungjawaban, penggunaan sistem komputerisasi dan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

Kata kunci: Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban, Penilaian Kinerja, Pusat Biaya, Anggaran, Realisasi Anggaran.


(8)

ABSTRACT

The growth and development of business world nowadays require the company to be visioner in anticipating for some possibilities effecting the survival and development of organizations. For the purpose, the responsibility accounting system should be adopted in organization to support the achievement of goals and to help the management to take the policy of organization in the future. The objective of this research is to know the description of responsibility accounting system application in PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Divisi Regional I Sumatera it’s role as appraising instrument for performance of cost center.

In this writing, descriptive method is used. The type of data used was primary and secondary data. The technique of data collection used was documentation technique and interview. The method of data analysis used was descriptive method by collecting, processing, and describing object of research based on actual facts as they are.

The result of research indicated that, responsibility accounting system adopted in organization has indicated it’s role as appraising instrument for performance of cost center through budget and reporting. The monthly, quarterly and annual responsibility reports have been sufficient to be used to evaluate the performance of cost center and thus manager of cost center. Accounting system of accountability as instrument in appraising the performance of cost center in organization has been practiced appropriately, it is evident by preparation of budget involving all parties, classification of account code, reporting of accountability, the application of computerized system and delegation of authority and clear responsibility.

Keywords: Responsibility Accounting System, Evaluation of Performance, Center of Cost, Budget, Budget Realization.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Penelitian ... 5

C. Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akuntansi Pertanggungjawaban ... 8

1. Definisi dan Karakteristik ... 8

2. Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban ... 12

3. Faktor-Faktor yang Menunjang Efektifitas Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban ... 17


(10)

C. Pusat Pertanggungjawaban ... 23

1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban ... 23

2. Klasifikasi Pusat Pertanggungjawaban ... 24

3. Hubungan Struktur Organisasi dengan Pusat Pertanggungjawaban ... 27

D. Pusat Pertanggungjawaban Biaya ... 28

1. Pengertian dan klasifikasi Pusat Biaya ... 28

2. Biaya yang Terkendali dan tidak Terkendali ... 30

E. Anggaran Biaya ... 32

1. Definisi dan KlasifikasiAnggaran ... 32

2. Organisasi Penyusunan Anggaran ... 37

3. Manfaat, Tujuan dan Fungsi Anggaran ... 40

4. Penyusunan Anggaran untuk Pusat Biaya ... 42

F. Penilaian Kinerja Pusat Biaya ... 45

G. Sistem Pelaporan Pusat Biaya ... 46

H. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 48

I. Kerangka Konseptual ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 51

B. Objek Penelitian ... 51

C. Jenis Data ... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52


(11)

F. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 52

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Gambaran Umum Perusahaan ... 53

2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 60

3. Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban ... 62

4. Pusat-pusat Pertanggungjawaban Perusahaan... 63

5. Penyusunan Anggaran Pusat Biaya ... 65

6. Sistem Pelaporan Pusat Biaya ... 71

7. Penilaian Kinerja Pusat Biaya ... 74

B. Analisis Hasil Penelitian ... 79

1. Analisis Struktur Organisasi Perusahaan ... 79

2. Analisis Penyusunan Anggaran Pusat Biaya ... 81

3. Analisis Sistem Pelaporan Pusat Biaya ... 82

4. Analisis Penilaian Kinerja Pusat Biaya ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 4.1 Pemegang Saham Treasuri TELKOM dan

Saham Treasury per tanggal 31 Desember 2007 ... 55 Tabel 4.2 Pemegang Saham TELKOM dengan Kepemilikan lebih dari 5%

dan Jumlah Saham yang Dimiliki Dewan Komisaris dan Direksi, sampai dengan 31 Desember 2007 ... 55 Tabel 4.3 Pemegang Saham TELKOM dengan kepemilikan kurang dari 5%, sampai dengan 31 Desember 2007 ... 55 Tabel 4.4 Laporan Pertangungjawaban PT TELKOM


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Fungsional ... 20

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Unit Bisnis ... 22

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Penyusunan Anggaran ... 38

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual ... 50


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran I Surat Persetujuan Riset

Lampiran II Struktur Organisasi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

Divisi Regional

Lampiran III Executive Summary PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk. Kantor Divisi Regional I Sumatera Tahun 2007


(15)

ABSTRAK

Pertumbuhan dan persaingan dunia bisnis dewasa ini mengharuskan perusahaan untuk memandang jauh ke depan guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaannya. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem akuntansi pertanggungjawaban sangat penting diterapkan dalam suatu perusahaan untuk menunjang tercapainya tujuan umum perusahaan dan membantu pihak manajemen dalam menyusun kebijaksanaan perusahaan di masa yang akan datang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Divisi Regional I Sumatera dalam peranannya sebagai alat penilai kinerja pusat biaya.

Dalam penulisan ini, digunakan metode penelitian deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan teknik wawancara. Metode penganalisaan data adalah metode deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, sistem akuntansi

pertanggungjawaban yang diterapkan dalam perusahaan telah menunjukkan peranannya sebagai alat penilai kinerja pusat biaya melalui anggaran dan pelaporan. Laporan pertanggungjawaban bulanan, triwulan dan tahunan telah cukup memadai untuk digunakan dalam menilai kinerja pusat biaya sekaligus manajer pusat biaya. Sistem akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat dalam menilai kinerja pusat biaya perusahaan telah diterapkan dengan baik, hal ini tercermin pada penyusunan anggaran yang telah melibatkan semua bagian, penggolongan kode rekening, pelaporan pertanggungjawaban, penggunaan sistem komputerisasi dan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

Kata kunci: Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban, Penilaian Kinerja, Pusat Biaya, Anggaran, Realisasi Anggaran.


(16)

ABSTRACT

The growth and development of business world nowadays require the company to be visioner in anticipating for some possibilities effecting the survival and development of organizations. For the purpose, the responsibility accounting system should be adopted in organization to support the achievement of goals and to help the management to take the policy of organization in the future. The objective of this research is to know the description of responsibility accounting system application in PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Divisi Regional I Sumatera it’s role as appraising instrument for performance of cost center.

In this writing, descriptive method is used. The type of data used was primary and secondary data. The technique of data collection used was documentation technique and interview. The method of data analysis used was descriptive method by collecting, processing, and describing object of research based on actual facts as they are.

The result of research indicated that, responsibility accounting system adopted in organization has indicated it’s role as appraising instrument for performance of cost center through budget and reporting. The monthly, quarterly and annual responsibility reports have been sufficient to be used to evaluate the performance of cost center and thus manager of cost center. Accounting system of accountability as instrument in appraising the performance of cost center in organization has been practiced appropriately, it is evident by preparation of budget involving all parties, classification of account code, reporting of accountability, the application of computerized system and delegation of authority and clear responsibility.

Keywords: Responsibility Accounting System, Evaluation of Performance, Center of Cost, Budget, Budget Realization.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan persaingan dunia bisnis dewasa ini mengharuskan perusahaan untuk memandang jauh ke depan guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaannya. Setiap perusahaan menjalankan kegiatan usahanya untuk mencapai beberapa tujuan antara lain laba, melayani kepentingan masyarakat, mencapai pertumbuhan yang pesat dan menjaga serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Pengaruh lingkungan dan perkembangan suatu perusahaan yang semakin kompleks mengakibatkan tugas manajemen puncak dalam mencapai tujuan perusahaan semakin sulit dan kompleks pula. Untuk mengatasi hal tersebut maka perusahaan harus mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk tujuan pengambilan keputusan.

Sehubungan dengan itu peranan akuntansi pun semakin dibutuhkan terutama untuk memperoleh informasi tersebut. Salah satu diantaranya adalah peranan akuntansi sebagai alat pengawasan biaya yang kita kenal dengan sistem akuntansi pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban banyak dipakai oleh perusahaan dan badan usaha lainnya karena memungkinkan perusahaan untuk merekam seluruh aktivitas usahanya, kemudian mengetahui unit yang bertanggung jawab atas aktivitas tersebut, dan menentukan unit usaha mana yang tidak berjalan secara efisien.


(18)

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem akuntansi yang mengakui berbagai pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan perusahaan yang mencerminkan rencana dan tindakan setiap pusat pertanggungjawaban dengan menetapkan pendapatan dan biaya tertentu. Menurut Hansen dan Mowen (2005:116), ”Ada 4 pusat pertanggungjawaban yaitu pusat biaya, pusat laba, pusat pendapatan, dan pusat investasi”. Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai salah satu atau beberapa tujuan yang secara individual serasi, selaras dan seimbang dengan tujuan organisasi secara keseluruhan.

Akuntansi pertanggungjawaban sebenarnya timbul sebagai akibat adanya wewenang yang diberikan dan bagaimana mempertanggungjawabkannya dalam bentuk suatu laporan tertulis berkaitan dengan pertanggungjawaban pelaksanaan wewenang tersebut. Oleh karena itu yang menjadi dasar dibentuknya sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah konsep mengenai pemisahan secara tugas antara wewenang dan tanggung jawab. Akuntansi pertanggungjawaban disusun dan disesuaikan dengan struktur organisasi yang sesuai dengan konsep. Akuntansi pertanggungjawaban adalah struktur yang memberikan peluang bagi bawahan untuk menjalankan wewenang yang dilimpahkan kepadanya, dan memisahkan secara tugas antara wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian.

Sistem akuntansi pertanggungjawaban hanya dapat berjalan dengan baik jika dalam organisasi tersebut sudah ditentukan secara jelas dan tegas batas-batas antara wewenang dan tanggung jawab. Pemisahan ini dimaksudkan untuk menghindari pembebanan tanggung jawab yang keliru. Batas antara wewenang dan tanggung jawab dapat dilihat dalam struktur organisasi perusahaan. Oleh


(19)

karena itu hendaknya struktur organisasi dirancang sesuai dengan sifat, jenis atau pun daerah operasinya.

Menurut Hansen dan Mowen (2005:116)

Ketika ukuran organisasi semakin besar, garis pertanggungjawabannya menjadi lebih panjang dan lebih banyak terdapat hubungan yang kuat antara struktur organisasi dan sistem akuntansi pertanggungjawabannya. Idealnya, sistem akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung sebuah struktur organisasi.

Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai manajer yang bertanggung jawab atas kegiatan yang terjadi di dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya, dan secara periodik manajer tersebut akan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada pimpinan perusahaan. Dari hasil kerja para manajer pusat biaya tersebut maka dinilai kinerja yang telah dicapainya.

Akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya sangat berperan penting dalam pencapaian prestasi perusahaan. Manajer yang menanggungjawabinya harus dapat mengontrol biaya agar dapat meningkatkan laba divisinya, sehingga dalam mencapai sistem pengendalian manajemen yang berhasil sistem akuntansi pertanggungjawaban harus benar-benar dijalankan fungsinya dengan baik.

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Divisi Regional I Sumatera adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa telekomunikasi yang membawahi 8 kantor daerah telekomunikasi (kandatel) yang berada di area geografis sumatera yang bertanggung jawab langsung kepada Kantor Divisi Regional (kandivre) I Sumatera. Dalam mengantisipasi era globalisasi berupa perdagangan bebas baik regional maupun internasional, maka PT Telkom pada tahun 1995 melaksanakan


(20)

tiga program besar secara simultan. Program-program tersebut adalah restrukturisasi internal, penerapan kerja sama operasi (KSO) dan persiapan

GoPublic / Internasional atau dikenal dengan Initial Public Offering.

Dalam hal restrukturisasi internal perusahaan telah dilakukan dengan adanya perubahan organisasi fungsional (WITEL) menjadi organisasi divisional (Divisi Regional), dan pembentukan divisi organisasi harus diikuti dengan penetapan jenis pusat pertanggungjawaban untuk setiap divisi. Penilaian kinerja divisi ditetapkan dengan menggunakan tolok ukur sesuai dengan jenis pusat pertanggungjawabannya. Mengingat perusahaan ini adalah sedemikian besar, maka divisionalisasi perlu ditetapkan yang berarti ada pusat-pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan ini, sehingga diperlukan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat penilaian kinerja.

Dengan tingkat pelayanan jasa yang begitu luas, maka masalah pelimpahan tanggung jawab dan pendelegasian wewenang menjadi masalah yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena biaya yang dikeluarkan dalam pelayanan jasa ini tidak sedikit sehingga untuk mengawasi pengeluaran biaya ini dibutuhkan sistem akuntansi pertanggungjawaban yang baik. Penerapan akutansi pertanggungjawaban ini sendiri dapat dijadikan sebagai alat penilai kinerja manajer yang bertanggung jawab terhadap biaya tersebut.

Bertitik tolak dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akuntansi pertanggungjawaban sangat penting diterapkan dalam suatu perusahaan untuk menunjang tercapainya tujuan umum perusahaan dan membantu pihak manajemen dalam menyusun kebijaksanaan perusahaan di masa yang akan


(21)

datang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian mengenai akuntansi pertanggungjawaban biaya dengan judul “Penerapan Sistem

Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilai Kinerja Pusat Biaya Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Divisi Regional I Sumatera”.

B. Batasan Penelitian

Karena begitu luasnya masalah akuntansi pertanggungjawaban, maka untuk mengarahkan dan mempermudah dalam melakukan penelitian supaya lebih terfokus dan sistematis dibatasi masalah hanya menyangkut tentang penggunaan sistem akuntansi pertanggungjawaban untuk tujuan penilaian kinerja pusat biaya pada kantor divisi regional (kadivre) I Sumatera. Dalam hal penilaian kinerja pusat biaya dibatasi hanya dalam tolok ukur keuangan dengan pengukuran kinerja menggunakan metode anggaran. Anggaran yang digunakan adalah anggaran biaya tahun 2007.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka untuk dapat mempermudah penulisan skripsi ini penulis merumuskan masalahnya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:


(22)

1. Bagaimanakah peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam menilai kinerja pusat biaya PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Divisi Regional I Sumatera?

2. Apakah sistem akuntansi pertanggungjawaban telah diterapkan dengan baik di dalam perusahaan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah:

a. Untuk Mengetahui peranan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat penilai kinerja pusat biaya PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Divisi Regional I Sumatera.

b. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai bagaimana penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Divisi Regional I Sumatera.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai sistem akuntansi pertanggungjawaban terutama pada pusat biaya.


(23)

b. Bagi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Divisi Regional I Sumatera, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang berkaitan dengan sistem akuntansi pertanggungjawaban khususnya pada pusat biaya.

c. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan rujukan atau sumber informasi bagi penulis lainnya yang hendak melakukan penelitian ataupun melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai sistem akuntansi pertanggungjawaban.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Akuntansi Pertanggungjawaban

1. Definisi dan Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari akuntansi manajemen dan merupakan suatu sistem dalam akuntansi yang dihubungkan dan disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban. Konsep ini memusatkan perhatian pada penyajian informasi untuk keperluan internal perusahaan dan sekaligus melihat seberapa baik manajer pusat pertanggungjawaban mengendalikan pekerjaan yang langsung dibawah pengawasannya dan yang merupakan tanggung jawabnya.

Munculnya tanggung jawab merupakan akibat dari pelimpahan wewenang, di mana orang yang menerima wewenang mempunyai suatu kewajiban untuk melaksanakan serangkaian tindakan sesuai dengan batas wewenang yang diberikan, kemudian mempertanggungjawabkan kepada atasan yang memberikan wewenang tersebut.

Inti dari akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa setiap pusat pertanggungjawaban ini harus bertanggung jawab atas segala hal yang berada di bawah pengendaliannya. Apabila terjadi penyimpangan, maka dapat dilakukan analisa untuk mencari apa sebabnya, siapa yang harus bertanggung jawab dan semua ini merupakan input bagi manajemen dalam pembuatan keputusan untuk tindakan koreksi.


(25)

Akuntansi pertanggungjawaban menurut Krisna (2006:105) ”Merupakan suatu sistem yang mengukur hasil-hasil dari pusat pertanggungjawaban dan membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang diproyeksikan”. Hansen dan Mowen (2005:116) mengatakan bahwa “Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem yang mengukur setiap pusat pertanggungjawaban dan membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang diharapkan atau dianggarkan”.

Akuntansi pertanggungjawaban dititikberatkan pada pertanggungjawaban biaya. Setiap biaya dari tiap-tiap unit organisasi harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan oleh masing-masing unit tersebut. Dengan membandingkan realisasi biaya dengan anggaran biaya dapat dilakukan penilaian atas pusat-pusat biaya dalam perusahaan. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban tidaklah semata-mata hanya untuk menemukan di mana biaya tersebut menyimpang, besarnya penyimpangan biaya yang terjadi dan siapa yang bertanggung jawab atas keadaan itu. Pada dasarnya yang paling utama adalah untuk menginformasikan kepada manajer bagaimana dia telah melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Melalui informasi tersebut diharapkan para manajer termotivasi untuk bekerja lebih efisien dan efektif serta melakukan tindakan-tindakan koreksi jika diperlukan.

Kemampuan para manajer untuk mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam rangka memperoleh laba usaha dalam jangka pendek dan jangka panjang dinamakan kinerja atau kinerja manajer. Pengukuran hasil kinerja para manajer perusahaan itulah yang disebut dengan penilaian kinerja


(26)

perusahaan. Menurut Rudianto (2006:311) “Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Jadi jelaslah bahwa akuntansi pertanggungjawaban dalam hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah manajer dan pusat pertanggungjawaban yang berada dibawah kendalinya telah melaksanakan tugas seperti yang direncanakan sebelumnya dan apakah hasil yang mereka capai telah sesuai dengan yang dianggarkan. Hasil yang dicapai tersebut dapat dijadikan sebagai alat dalam penilai kinerja pusat pertanggungjawaban tersebut. Dengan demikian setiap penyimpangan yang terjadi dapat segera ditindaklanjuti.

Menurut Mulyadi (2006:17), ”Akuntansi pertanggungjawaban mempunyai empat karakteristik yaitu: adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban, adanya standar sebagai tolok ukur kinerja, kinerja diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran, dan adanya hukuman dan penghargaan”. Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan karakteristik akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut:

a. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban

Sistem akuntansi pertanggungjawaban mengidentifikasi pusat pertanggungjawaban sebagai unit organisasi seperti departemen, tim kerja, atau individu. Apapun satuan pusat pertanggungjawaban yang dibentuk, akuntansi pertanggungjawaban membebankan tanggung jawab kepada individu yang diberi wewenang.


(27)

b. Adanya standar yang ditetapkan sebagai tolok ukur kinerja

Setelah pusat pertanggungjawaban di identifikasi dan ditetapkan, akuntansi pertanggungjawaban menghendaki ditetapkannya biaya standar sebagai dasar untuk menyusun anggaran. Anggaran berisi biaya standar yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Biaya standar dan anggaran inilah yang merupakan ukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan anggaran.

c. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber daya oleh manajer pusat pertanggungjawaban untuk mencapai sasaran. Penggunaan sumber daya ini diukur dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai biaya sesungguhnya dan biaya yang dianggarkan kepada setiap manajer yang bertanggung jawab untuk memungkinkan mereka mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggarannya. Dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan, dapat diukur kinerja manajer pusat pertanggungjawaban.

d. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi.

Sistem penghargaan dan hukuman dirancang untuk memacu para manajer dalam mengelola biaya sehingga tercapai target standar biaya yang dicantumkan dalam anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab terjadinya penyimpangan biaya yang direalisasi dari biaya yang dianggarkan, para manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan standar yang ditetapkan.


(28)

2. Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban

Manajemen dari berbagai jenjang organisasi suatu perusahaan memerlukan informasi keuangan untuk mengambil keputusan mengenai perusahaan itu sendiri atau bagiannya. Informasi keuangan ini merupakan masukan yang penting bagi para manajer dalam mengelola perusahaan. Berbeda dengan pihak luar yang memerlukan informasi keuangan guna mengambil keputusan untuk menentukan hubungan mereka dengan suatu perusahaan, para manajer memerlukan informasi keuangan sebagai dasar untuk mengambil keputusan mengenai perusahaan atau bagian yang dipimpin oleh manajer yang bersangkutan. Informasi keuangan yang dibutuhkan oleh para manajer tersebut diolah dan disajikan oleh bagian akuntansi.

Oleh karena karakteristik keputusan yang dibuat oleh pihak luar berbeda dengan karakteristik keputusan yang dibuat oleh para manajer, maka hal ini mempunyai dampak terhadap karakteristik sistem pengolahan informasi akuntansi yang menghasilkan informasi keuangan tersebut.

Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi biaya, pendapatan, dan aktiva yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap pusat pertanggungjawaban tertentu. Dalam penyusunan anggaran, tiap manajer dalam organisasi merencanakan biaya dan pendapatan yang menjadi tanggungjawabnya di bawah koordinasi manajemen puncak. Pelaksanaan anggaran tersebut memerlukan informasi akuntansi guna memantau sampai seberapa jauh tiap manajer tersebut melaksanakan rencananya. Informasi akuntansi pertanggungjawaban dengan demikian merupakan dasar untuk menganalisis kinerja manajer dan sekaligus untuk memotivasi para manajer dalam


(29)

melaksanakan rencana mereka yang dituangkan dalam anggaran mereka masing-masing.

Menurut Ghozali (2004:10) “Akuntansi pertanggungjawaban mempunyai manfaat sebagai alat pengendalian manajemen, dasar penyusunan anggaran, alat memotivasi manajer dan alat penilai kinerja manajer”. Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan manfaat dari akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut:

a. Sebagai alat dalam pengendalian manajemen

Informasi akuntansi pertanggungjawaban berguna dalam pengendalian manajemen, karena menekankan pada hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaan. Dalam hal ini akuntansi pertanggungjawaban penting dalam proses perencanaan dan pengendalian kegiatan organisasi, karena dapat menekankan hubungan antara informasi dengan jasa yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi manajer untuk merencanakan pendapatan atau biaya yang menjadi tanggung jawabnya dan kemudian menyajikan informasi realisasi pendapatan dan biaya tersebut menurut manajer yang bertanggung jawab. Dengan demikian informasi yang ada melalui akuntansi pertangungjawaban dapat mencerminkan nilai yang dibuat oleh setiap manajer dalam menggunakan berbagai sumber ekonomi untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai tujuan perusahaan.

b. Sebagai dasar dalam penyusunan anggaran

Semua perusahaan pada umumnya memiliki anggaran karena anggaran perusahaan berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian perusahaan.


(30)

Perencanaan melihat ke depan yaitu menetapkan tindakan tertentu dan pengendalian melihat ke belakang yaitu menilai apa yang telah dihasilkan. Dari perbandingan yang dihasilkan maka dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran.

Pada proses penganggaran, perencanaan dilakukan dengan menggunakan data historis, termasuk data informasi keuangan yang telah lalu sebagai dasar pembuatannya. Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peranan (role seting) dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan sebagian aktivitas pencapain sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan bagi pemegang peran tersebut untuk memungkinkannya melaksanakan peranannya. Sumber daya yang disediakan untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter.

Oleh karena sistem akuntansi pertanggungjawaban ini merupakan sistem akuntansi yang dipola sesuai dengan tanggung jawab dari setiap bagian dalam organisasi, maka sistem ini didesain untuk menyediakan informasi keuangan secara terpisah bagi setiap unit organisasi yaitu berdasarkan wewenang dan tanggung jawabnya. Aspek penting sistem akuntansi pertanggungjawaban dalam penganggaran terutama karena didalamnya mencakup struktur akuntansi, klasifikasi biaya, pendapatan dan data/informasi lainnya yang relevan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.


(31)

c. Sebagai alat untuk memotivasi manajer

Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu tipe informasi akuntansi manajemen dan merupakan keluaran sistem akuntansi pertanggungjawaban. Konsep informasi akuntansi pertanggungjawaban telah mengalami perkembangan, sejalan dengan metode pengendalian biaya yang digunakan dalam perusahaan. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban tradisional, informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi aktiva, pendapatan, dan biaya, yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu. Dalam activity-based

responsibility accounting system, informasi akuntansi pertanggungjawaban adalah

informasi aktiva, pendapatan, dan biaya yang dihubungkan dengan aktivitas penambah dan bukan penambah nilai.

Akuntansi pertangungjawaban dapat digunakan sebagai pemotivasi manajer karena dalam akuntansi pertanggungjawaban, dikenal adanya sistem reward and

punishment (penghargaan dan hukuman). Menurut Sofyandi dan Garniwa

(2007:99) ”Motivasi adalah proses prakarsa dilakukannya suatu tindakan secara sadar dan mempunyai tujuan sedangkan pemotivasi adalah sesuatu yang digunakan untuk mendorong timbulnya prakarsa seseorang untuk melakukan tindakan secara sadar dan bertujuan”. Seseorang akan termotivasi untuk bekerja jika ia yakin kinerjanya akan mendapat penghargaan. Penghargaan yang diberikan akan membuat setiap manajer termotivasi secara sadar untuk berusaha mencapai sasarannya.


(32)

Pemberian penghargaan atas kinerja manajer akan berpengaruh langsung pada motivasi manajer untuk meningkatkan kinerjanya. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berisi laporan pertanggungjawaban manajer dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk menilai kinerja manajer yang tentunya akan memotivasi manajer untuk lebih meningkatkan kinerjanya.

d. Sebagai alat penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban

Informasi akuntansi adalah salah satu hal informasi terpenting bagi perusahaan. Namun informasi akuntansi bukanlah merupakan satu-satunya informasi formal yang digunakan oleh perusahaan. Selain informasi akuntansi, perusahaan juga menggunakan informasi manajemen. Tujuannya adalah untuk menyajikan kepada manajer mengenai informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan.

Informasi akuntansi sangat berguna, baik untuk pihak internal organisasi perusahaan maupun untuk pihak eksternal perusahaan. Bagi pihak internal perusahaan informasi akuntansi sangat diperlukan untuk mengetahui hasil kerja dari para manajer, hasil kerja tersebut dapat berupa laporan. Sistem pelaporan pertanggungjawaban menyajikan informasi untuk pengendalian manajemen. Pada hakekatnya, sistem pelaporan pertanggungjawaban juga dikenal sebagai sistem akuntansi pertanggungjawaban yang terdiri dari seperangkat laporan didalam suatu perusahaan. Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban, manajer pusat pertanggungjawaban akan diberi wewenang dalam menjalankan tanggung jawab dan mencapai sasaran yang diberikan manajemen puncak. Dengan tanggung jawab dan sasaran yang jelas, maka kinerja manajer akan lebih mudah dinilai.


(33)

Penilaian kinerja dilakukan dengan menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan karakteristik setiap unit organisasi. Secara umum, karakteristik yang menonjol dalam laporan kinerja dinyatakan dengan unit moneter, karena unit moneter dianggap sebagai denominator umum, dapat dijumlahkan dan diperbandingkan. Biaya, penghasilan, laba, return on investment atau residual

income menjadi ukuran kinerja yang secara luas digunakan.

Dalam mengevaluasi pengukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban ada tiga kriteria yang digunakan yaitu efisiensi, efektifitas, dan ekonomis. Efisiensi adalah perbandingan antara output yang dihasilkan dengan besarnya input yang digunakan, efektifitas adalah hubungan antara output suatu pusat pertanggungjawaban yang sasarannya harus dicapai. Sedangkan ekonomis adalah penggunaan sumber dana seminimal mungkin. Suatu pusat pertanggungjawaban dalam melaksanakan operasinya harus memenuhi ketiga kriteria di atas. Pusat pertanggungjawaban diukur kinerjanya berdasarkan karakteristik masukan dan keluarannya. Biaya merupakan tolok ukur kinerja bagi manajer pusat biaya, sedangkan pendapatan merupakan tolok ukur kinerja pusat pendapatan. Dalam pusat investasi rasio laba dengan investasi atau residual income dipakai sebagai tolok ukur kinerja manajer pusat pertanggungjawaban tersebut.

3. Faktor-Faktor yang Menunjang Efektifitas Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan proses penyusunan lapoaran-laporan kinerja yang dikaitkan kepada individu atau anggota-anggota kelompok


(34)

sebuah organisasi dengan suatu cara yang menekankan pada faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh individu-individu atau anggota-anggota kelompok tersebut. Fokus dari akuntansi pertanggungjawaban ini adalah unit-unit organisasi yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan kegiatan atau mencapai tujuan tertentu.

Supriyono (2005:374) mengemukakan bahwa:

Akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan dengan baik jika didukung oleh faktor-faktor berikut:

a. Luas wewenang dan tanggung jawab pembuatan keputusan harus ditentukan dengan baik melalui struktur organisasi.

b. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berperan serta dalam penentuan tujuan yang digunakan untuk mengukur kinerjanya.

c. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berusaha untuk mencapai tujuan yang ditentukan untuknya dan untuk pusat pertanggungjwabannya.

d. Manajer pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas kegiatan pusat pertanggungjawaban yang dapat dikendalikannya.

e. Hanya biaya, pendapatan, laba dan investasi yang terkendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang harus dimasukkan kedalam laporan kinerjanya.

f. Laporan kinerja dan umpan baliknya untuk manajer pusat

pertanggungjawaban harus disajikan tepat waktu.

g. Laporan kinerja menyajikan secara jelas selisih yang terjadi, tindakan koreksi, dan tindakan lanjutannya sehingga memungkinkan diterapkannya prinsip pengecualian.

h. Harus ditentukan dengan jelas peranan kinerja manajemen terhadap struktur balas jasa atau perangsang dalam perusahaan.

i. Sistem akuntansi pertanggungjawaban hanya mengukur salah satu kinerja manajer pusat pertanggungjawaban, yaitu kinerja keuangan. Selain kinerja keuangan, seorang manajer dapat dinilai kinerjanya atas dasar tingkat kepuasan karyawan, moral dan sebagainya.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan hasil dari pertimbangan dan kesadaran tentang pentingnya perencanaan atas penentuan kekuasaan, tanggung jawab, dan spesialisasi dari setiap anggota organisasi. Struktur organisasi adalah sistem


(35)

hubungan antara posisi-posisi kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi. Penentuan struktur organisasi harus meliputi penentuan hirarki dalam organisasi. Hirarki organisasi tersebut adalah hirarki vertikal dan hirarki horizontal. Hirarki vertikal menunjukkan diferensiasi kekuasaan dan tangung jawab, karena setiap peringkat vertikal dalam struktur organisasi menggambarkan tingkat kekuasaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Sedangkan hirarki horizontal menunjukkan diferensiasi spesialisasi antar unit-unit yang ada dalam struktur organisasi. Hirarki horizontal ini lebih menekankan pada perbedaan spesialisasi daripada perbedaan kekuasaan.

Perkembangan, pertumbuhan, ruang lingkup dan jenis suatu organisasi akan mempengaruhi struktur organisasi yang digunakannya. Ada tiga jenis struktur organisasi yang umum digunakan oleh perusahaan yaitu:

1. Struktur Fungsional (function structure)

Struktur fungsional (function structure) mengelompokkan tugas dan

aktivitas berdasarkan fungsi bisnis, sperti produksi/operasi, pemasaran, keuangan/akuntansi, litbang dan sistem informasi manajemen. Organisasi fungsional merupakan bentuk organisasi yang biasanya dipakai oleh perusahaan besar yang ditandai dengan adanya jumlah karyawan yang besar, spesialisai kerja tinggi, wilayah kerja luas, serta komando yang tidak lagi berada pada satu tangan pimpinan.

Organisasi fungsional memiliki kelemahan dan keuntungan, tetapi yang menjadi keuntungan terpenting dari struktur organisasi fungsional adalah efisiensi. Contohnya seorang manajer pemasaran dan seorang manajer produksi yang


(36)

CEO Staf Manajer Manufaktur Manajer Pabrik 1 Manajer Pemasaran Manajer Pabrik 2 Manajer Pabrik 3 Manajer Wilayah A Manajer Wilayah B Manajer Wilayah C Staf Staf

terampil kemungkinan besar akan mampu mengambil keputusan yang lebih baik di bidangnya masing-masing dibandingkan dengan seorang manajer yang bertanggung jawab atas kedua bidang itu sekaligus.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:119), kelemahan-kelemahan pada struktur organisasi fungsional adalah:

a. Ketidakjelasan dalam menentukan efektifitas manajer fungsional secara terpisah. Hal ini disebabkan tiap fungsi tersebut sama-sama memberikan kontribusi pada hasil akhir.

b. Jika organisasi terdiri dari beberapa manajer yang bekerja dalam satu fungsi yang melapor ke beberapa manajer pada tingkat yang lebih tinggi dari fungsi tersebut, maka perselisihan atar para manajer dari fungsi-fungsi berbeda hanya dapat diselesaikan di tingkat atas, meskipun perselisihan itu berasal dari tingkatan organisasi yang lebih rendah.

c. Struktur fungsional tidak memadai untuk diterapkan pada sebuah perusahaan dengan produk dan pasar yang beragam.

d. Organisasi fungsional cenderung menciptakan ”sekat-sekat” bagi tiap fungsi yang dimilikinya sedemikian rupa sehingga menghambat kemungkinan diadakannya koordinasi lintas fungsi di bidang-bidang seperti pengembangan produk baru.

Gambar 2.1

Struktur organisasi fungsional


(37)

2. Struktur Divisional/Unit Bisnis

Bentuk organisasi unit bisnis dari organisasi dirancang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat pada struktur fungsional. Suatu unit bisnis, yang juga disebut sebagai suatu divisi, bertanggung jawab atas seluruh fungsi yang ada dalam produksi dan pemasaran sebuah produk. Unit bisnis tersebut bertanggung jawab untuk melakukan perencanaan dan koordinasi kerja dari berbagai fungsi yang terpisah. Dalam pengoperasiannya setiap manajer unit bisnis mempunyai wewenang yang sangat luas terhadap unit-unitnya, tetapi kantor pusat tetap memiliki sejumlah hak perogratif dalam pengelolaan unit-unit bisnisnya. Fungsi kantor pusat ini sangatlah penting, tanpa peranan kantor pusat maka unit-unit bisnis akan lebih berfungsi sebagai perusahaan-perusahaan yang terpisah.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:121), ada beberapa keuntungan dan kerugian dari organisasi unit bisnis, yakni:

Keuntungan dari bentuk perusahaan unit bisnis ini adalah:

a. Struktur ini bisa berfungsi sebagai tempat pelatihan bagi manajemen secara umum. Seorang manajer unit bisnis dituntut untuk bisa menunjukkan semangat kewirausahaan yang sama seperti yang dipunyai oleh CEO dari perusahaan independen.

b. Karena unit bisnis lebih dekat dengan pasar dari produk-produknya dibandingkan dengan kantor pusat, maka para manajer unit bisnis dapat membuat keputusan-keputusan produksi dan pemasaran yang lebih baik dibandingkan dengan cara yang diputuskan oleh kantor pusat.

c. Dapat memberikan reaksi yang cepat terhadap ancaman-ancaman atau peluang baru.

Kerugian dari unit bisnis ini adalah:

a. Kemungkinan bahwa masing-masing staf unit bisnis menduplikasi sejumlah pekerjaan yang dalam organisasi fungsional, dikerjakan di kantor pusat.


(38)

b. Perselisihan yang terjadi di antara spesialis fungsional dalam organisasi perusahaan fungsional digantikan dengan perselisihan diantara unit-unit bisnis dalam organisasi unit bisnis. Hal ini bisa mendorong terjadinya pelanggaran oleh suatu unit bisnis terhadap piagam unit bisnis yang lain bisa juga terjadi konflik antara pegawai unit bisnis dengan para staf di kantor pusat.

Gambar 2.2

Struktur Organisasi Unit Bisnis

Sumber: Anthony dan Govindarajan (2005:118) 3. Struktur Organisasi Matriks

Struktur organisasi matriks adalah yang paling kompleks dari semua desain yang ada karena struktur matriks bergantung pada alur kewenangan dan komunikasi vertikal maupun horizontal. Struktur Organisasi matriks dapat mengakibatkan overhead yang lebih besar karena ia menciptakan posisi-posisi manajemen yang baru. Karakteristik lain dari suatu struktur matriks yang

CEO

Staf

Manajer Pabrik

Manajer Pemasaran

Manajer Pabrik

Manajer Pemasaran

Staf Manajer Unit

Bisnis Y

Staf Staf

Manajer Pemasaran

Manajer Unit Bisnis X Manajer Unit

Bisnis Z

Manajer Pabrik


(39)

dua lini, dua sumber dalam pemberian penghargaan dan sanksi, pembagian kewenangan, dua saluran pelaporan, dan kebutuhan sistem komunikasi yang ekstensif dan efektif.

Meski kompleks, struktur matriks digunakan secara luas dalam banyak industri termasuk konstruksi, kesehatan, riset dan pertahanan. Beberapa keuntungan dari struktur matriks adalah tujuan proyek yang jelas, terdapat banyak saluran komunikasi, karyawan dapat melihat hasil dari pekerjaan mereka, dan penghentian proyek dapat dilakukan relatif lebih mudah.

C. Pusat Pertanggungjawaban

1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban

Untuk meningkatkan efisiensi manajerial dan operasional, secara struktural perusahaan dibagi menjadi unit-unit yang lebih kecil. Unit-unit ini sering disebut sebagai pusat pengambilan keputusan atau pusat tanggung jawab (responsibility

center). Pusat tanggung jawab dapat didefinisikan sebagai suatu unit organisasi

(sub unit) yang dikepalai oleh seorang manajer (responsibility manager) yang prestasinya atau kinerjanya diukur dengan wewenang dan tanggung jawab tertentu.

Menurut Hansen dan Mowen (2005:116), “Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu”. Dengan pusat pertanggungjawaban maka akan tercipta kondisi di mana rencana yang disusun oleh manajemen dapat terealisir dan mampu mendorong setiap pelaku organisasi untuk bekerja dengan


(40)

benar dan bertanggung jawab. Sistem ini tidak hanya sekedar menghendaki bahwa organisasi dapat mencapai tujuannya dengan biaya yang efisien, mengarahkan biaya sesuai dengan rencana akan tetapi sekaligus dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja setiap pusat pertanggungjawaban.

Menurut Krisna (2006:105), terdapat dua sifat dari pusat

pertanggungjawaban:

a. Tujuan suatu pusat pertanggungjawaban secara individual diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan (goal

congruence)

b. Penggunaan input menjadi output pada tiap-tiap pusat

pertanggungjawaban. Yang perlu diperhatikan adalah adanya hubungan langsung dan tidak langsung antara input dengan output yang dihasilkan oleh pusat pertanggungjawaban. Contoh departemen produksi, antara input yang digunakan dengan output yang dihasilkan berhubungan langsung, yang berarti terdapat ukuran yang pasti dari input yang dibutuhkan untuk membuat suatu output. Sedangkan pada biaya iklan dengan output yang akan dihasilkan yaitu pendapatan yang meningkat dari iklan tidak dapat diukur secara pasti.

2. Klasifikasi Pusat Pertanggungjawaban

Menurut Hansen dan Mowen (2005:116), ”Ada 4 pusat pertanggungjawaban yaitu pusat biaya, pusat laba, pusat pendapatan, dan pusat investasi”.

a. Pusat Biaya (Cost Center)

Menurut Krisna (2006:115) “Pusat biaya (cost center) adalah suatu pusat tanggung jawab di mana manajer bertanggung jawab untuk mengendalikan biaya yang terjadi di unit tersebut, dan tidak bertanggung jawab dari segi keuangan, untuk laba maupun investasi dari unitnya”. Pusat tanggung jawab ini secara finansial hanya bertanggung jawab atas terjadinya biaya. Pusat biaya tidak memiliki tanggung jawab untuk memperoleh penghasilan.


(41)

Dalam pusat biaya seorang manajer diserahi tanggung jawab untuk mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan otoritas untuk mengambil keputusan-keputusan yang mempengaruhi biaya tersebut. Kemampuan dalam mengendalikan biaya sesuai rencana merupakan ukuran kinerja manajer pusat biaya.

b. Pusat Pendapatan (Revenue Center)

Menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:21) “Pusat pendapatan (revenue

center) adalah suatu pusat tanggung jawab di mana manajer bertanggung jawab

untuk mengendalikan pendapatan yang terfokus pada tugas atas timbulnya penghasilan, baik dari penjualan barang ataupun jasa”. Suatu pusat pendapatan dapat terdiri atas pusat pendapatan kecil-kecil berupa segmen jenis produk tertentu atau konsumen tertentu. Dalam pusat pendapatan tidak berarti tidak ada pengeluaran biaya sama sekali, namun biaya yang terjadi umumnya tidak menunjang secara langsung terhadap prestasi yang dicapai.

Kinerja manajer pusat pendapatan diukur dengan cara menganalisis selisih pendapatan. Selisih pendapatan adalah perbedaan antara anggaran pendapatan dengan realisasinya. Selisih pendapatan dianalisis untuk mengetahui penyebab timbulnya selisih tersebut.

c. Pusat Laba (Profit Center)

Menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:22) “Pusat laba (profit center) adalah suatu pusat tanggung jawab di mana manajer dinilai kinerjanya atau tanggung jawabnya untuk mengendalikan penghasilan, biaya dan laba yang terjadi di unit tersebut”. Pusat laba umumnya terdapat pada organisasi yang dibagi-bagi berdasarkan divisi-divisi penghasil laba (organisasi divisional). Organisasi


(42)

divisional biasanya ditetapkan pada perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam produk atau jasa. Dalam hal ini manajer divisi menetapkan harga jual, strategi pemasaran dan kebijakan produksi. Pusat pertanggungjawaban ini bertanggung jawab terhadap laba yakni selisih antara penghasilan dan biaya.

d. Pusat Investasi (Investment Center)

Pusat investasi (investment center) adalah suatu pusat tanggung jawab yang setingkat lebih tinggi dibanding pusat laba. Dalam suatu pusat investasi, manajer dinilai kinerjanya atau tanggung jawabnya terhadap biaya, pendapatan, laba dan jumlah sumber dana yang diinvestasikan dalam harta yang digunakan oleh pusat pertanggungjawaban tersebut. Perencanaan dan pengendalian difokuskan pada pengembalian investasi yang dihasilkan oleh pusat tanggung jawab tersebut. Ukuran pusat investasi yang paling umum digunakan adalah Return On

Investment (ROI). ROI merupakan persentasi, dan semakin besar persentasi

tersebut, semakin baik ROI-nya. Adapun alat pengukur kinerja lainnya adalah

Economic Value Added (EVA).

Dibanding dengan pusat-pusat tanggung jawab yang lain, pusat investasi merupakan pusat tanggung jawab yang paling luas cakupannya. Organisasi secara keseluruhan menggambarkan sebagai pusat investasi, dengan direktur dan wakil direktur-direktur pelaksana sebagai manajemen pusat investasi. Mereka mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar dibanding manajer-manajer yang lain. Mereka bertanggung jawab terhadap perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian aktivitas perusahaan. Keputusannya yang


(43)

berkenaan dengan besar kecilnya perusahaan menentukan jumlah investasi yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Hubungan Struktur Organisasi dengan Pusat Pertanggungjawaban

Organisasi dibangun untuk mencapai suatu tujuan yang pencapaiannya hanya dapat diwujudkan melalui usaha bersama melibatkan banyak individu. Efektifitas organisasi untuk mewujudkan tujuan bersama ini sangat ditentukan oleh pengorganisasian sumber daya manusia di dalam memanfaatkan berbagai sumber daya lain (sumber daya modal, uang dan alam) untuk mewujudkan tujuan organisasi. Oleh karena itu kemudian dikembangkan struktur organisasi yang mencerminkan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas demi terlaksananya fungsi koordinasi dan pengendalian untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan struktur organisasi dan pendelegasian wewenang ini, organisasi dapat membuat kerangka yang jelas di mana tujuan organisasi bisa dicapai secara terkoordinasi, efektif dan berkesinambungan.

Menurut Sofyandi dan Gurniwa (2007:14) ”Struktur organisasi adalah pola formal bagaimana orang dan pekerjaan dikelompokkan”. Struktur organisasi merupakan kerangka hubungan antar satuan organisasi yang di dalamnya terdapat pejabat, tugas dan wewenang yang masing-masing mempunyai peran tertentu dalam kesatuan yang utuh. Pusat pertanggungjawaban merupakan dasar untuk seluruh sistem akuntansi pertanggungjawaban, oleh karena itu kerangka pusat pertanggungjawaban harus dirancang secara seksama.


(44)

Struktur organisasi harus dianalisis untuk mengetahui kemungkinan adanya kelemahan dalam pendelegasian wewenang. Struktur organisasi merupakan syarat utama dalam penerapan konsep akuntansi pertanggungjawaban di mana struktur organisasi merupakan gambaran dari pusat-pusat pertanggungjawaban sehingga terdapat hubungan yang kuat antara struktur organisasi dan sistem akuntansi pertanggungjawaban. Penyusunan sistem akuntansi pertanggungjawaban dan penyusunan struktur organisasi merupakan pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi. Struktur organisasi untuk suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban harus memisahkan secara tegas batas-batas antara wewenang dan tanggung jawab dari setiap individu. Penentuan batas pertanggungjawaban ini akan menjalin hubungan kerja yang baik sehingga tercapai keharmonisan antara tujuan pusat pertanggungjawaban dan tujuan organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu pusat pertanggungjawaban dapat menjadi alat yang efektif untuk mengendalikan organisasi jika struktur organisasi disusun secara rasional.

D. Pusat Pertanggungjawaban Biaya

1. Pengertian dan Klasifikasi Pusat Pertanggungjawaban Biaya

Menurut Gunawan dan Yunita (2007:50), ”Pusat biaya (cost center) adalah suatu pusat tanggung jawab di mana manajernya bertanggung jawab untuk mengendalikan biaya yang terjadi di unit tersebut, dan tidak bertanggung jawab dari segi keuangan, untuk laba maupun investasi dari unitnya”. Pusat tanggung jawab ini secara finansial hanya bertanggung jawab atas terjadinya biaya. Pusat biaya tidak memiliki tanggung jawab untuk memperoleh penghasilan.


(45)

Dalam pusat biaya seorang manajer diserahi tanggung jawab untuk mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan otoritas untuk mengambil keputusan-keputusan yang mempengaruhi biaya tersebut. Kemampuan dalam mengendalikan biaya sesuai rencana merupakan ukuran kinerja manajer pusat biaya. Pusat pertanggungjawaban biaya dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Pusat Biaya Teknik

Menurut Krisna (2006:106), ”Pusat biaya teknik (engineered cost center) adalah pusat biaya yang sebahagian besar biayanya mempunyai hubungan fisik optimal (erat dan nyata) dengan keluarannya”. Contoh: departemen produksi di mana masukan (input) dapat diukur dengan biaya, dan keluaran (output) dapat diukur dengan ukuran fisik. Untuk pengendalian pusat biaya teknik dapat ditempuh dengan menggunakan penentuan biaya standar. Efisiensi pusat biaya teknik dinilai atas dasar hubungan antara masukan dengan keluarannya, yaitu membandingkan antara biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya standarnya. Jika biaya-biaya yang sesungguhnya lebih kecil dibandingkan dengan biaya standarnya, maka penyimpangan biaya sifatnya menguntungkan (favorable) yang berarti bahwa pusat biaya tersebut bekerja secara efisien. Namun, jika biaya sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan biaya standarnya, maka penyimpangan biaya sifatnya merugikan (unfavorable) yang berarti bahwa pusat biaya tersebut bekerja tidak efisien.

b. Pusat biaya kebijakan

Menurut Krisna (2006:106), ”Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang biayanya tidak mempunyai hubungan fisik secara optimal (erat dan nyata) dengan


(46)

keluarannya dan tidak dapat atau sulit diukur secara kuantitatif”. Departemen administrasi dan umum, SDM, departemen penelitian dan pengembangan, departemen pemasaran merupakan pusat biaya kebijakan di mana biaya yang terjadi ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen. Jadi dalam pusat biaya kebijakan sedapat mungkin tugas yang direncanakan telah dilaksanakan dengan biaya yang telah dianggarkan dan tidak ada pengeluaran melampaui anggaran tanpa persetujuan manajemen puncak terlebih dahulu.

Pusat biaya kebijakan dapat diukur efektifitasnya dengan cara menilai kontribusinya terhadap tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja manajer pusat administrasi, pusat penelitian dan pengembangan, pusat pemasaran dengan menggunakan laporan pertanggungjawaban biaya yang membandingkan antara biaya sesungguhnya dengan anggarannya. Selisih atau varian tersebut dapat menguntungkan (favorable) yang berarti pusat biaya kebijakan tersebut bekerja secara efektif dan tidak menguntungkan (unfavorable) yakni pusat biaya tersebut bekerja tidak efektif.

2. Biaya yang Terkendali dan Biaya yang tidak Terkendali

Dalam pusat pertanggungjawaban pemisahan biaya menjadi terkendali dan tidak terkendali bagi manajer pusat pertanggungjawaban sejak penetapan budget adalah sangat penting agar tidak terjadi tanggung jawab ganda terhadap biaya tertentu dan agar setiap pimpinan pusat biaya dapat mengetahui dengan jelas batas-batas tanggung jawabnya. Terjadinya biaya dalam suatu pusat pertanggungjawaban tidak selalu sebagai akibat dari keputusan yang diambil oleh


(47)

manajer yang bersangkutan, karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu pusat pertanggungjawaban dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam pengumpulan dan pelaporan biaya setiap pusat pertanggungjawaban harus dipisahkan antara biaya-biaya yang terkendali dan biaya-biaya yang tidak terkendali. Suatu pusat biaya hanya bertanggung jawab atas biaya-biaya yang dapat dikendalikannya, sedangkan biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikannya bukan merupakan tanggung jawabnya. Biaya yang dapat dikendalikan (controllable cost) adalah biaya dapat diatur secara langsung pada tingkat pimpinan tertentu atau dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan biaya tidak terkendali (uncontrollable cost) adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang manajer atau pejabat tingkatan tertentu berdasarkan wewenang yang dimilikinya atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang manajer tertentu dalam jangka waktu tertentu.

Biaya yang terjadi dalam suatu pusat pertanggungjawaban dapat diklasifikasikan sebagai biaya langsung dan tidak langsung. Biaya tak langsung adalah alokasi dari pusat pertanggungjawaban lain dan karena itu tidak dapat dikendalikan. Seluruh biaya terkendali adalah biaya langsung, namun tidak seluruh biaya langsung merupakan biaya terkendali. Contoh: biaya bahan baku merupakan biaya terkendali manajer produksi, tetapi dalam situasi tertentu biaya tersebut dapat diluar pengaruh manajer produksi. Jadi menentukan suatu biaya terkendali atau tidak, memerlukan pemeriksaan yang hati-hati untuk memastikannya. Selain itu, banyak manajer cenderung membantah bahwa suatu


(48)

biaya merupakan biaya terkendali bagi dirinya, sekedar untuk menghindarkan tanggung jawab jika terjadi sesuatu. Contoh biaya terkendali dan biaya tidak terkendali antara lain adalah:

a. Biaya asuransi mesin-mesin pabrik adalah biaya yang terkendali

(controllable cost) oleh pejabat yang diberi wewenang untuk melindungi

kekayaan perusahaan dan tentu saja tidak terkendali (uncontrollable

cost) oleh mandor produksi.

b. Biaya iklan surat kabar menjadi biaya terkendalikan (controllable cost) oleh manajer pemasaran jika ia memiliki kekuasaan untuk mengotorisasi biaya dan jenis iklan surat kabar. Di lain pihak biaya penyusutan mesin dan perlengkapan pabrik tidak akan terkendalikan (uncontrollable cost) oleh manajer pemasaran jika ia tidak memiliki wewenang untuk mengotorisasi pemakaian mesin pabrik.

E. Anggaran Biaya

1. Definisi dan Klasifikasi Anggaran

Pengertian anggaran menurut Bustami dan Nurlela (2006:01), ”Adalah pernyataan-pernyataan dalam kuantitas yang dinyatakan secara formal,

disusun secara sistematis, dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu dimasa yang datang”.

Anggaran induk atau anggaran komprehensif merupakan jaringan anggaran yang terdiri dari beberapa anggaran terpisah yang saling bergantungan satu sama lain. Salah satu bentuk kegunaan penyusunan anggaran komprehensif adalah


(49)

untuk menghitung besarnya modal yang diperlukan oleh perusahaan. Pada awal periode anggaran ini berfungsi sebagai rencana atau standar, sedangkan pada akhir periode anggaran ini berfungsi sebagai alat pengendali untuk membantu manajemen mengukur kinerja dan rencana yang telah dibuat sehingga kinerja yang akan datang dapat lebih ditingkatkan.

Penganggaran (budgeting) menunjukkan suatu proses sejak tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang perlu, pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencananya sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai akhirnya pada tahap pengawasan dan evaluasi dari rencana itu. Hasil dari kegiatan penganggaran

(budgeting) adalah anggaran (budget). Anggaran inilah yang merupakan

komitmen dari masing-masing pihak dalam perusahaan untuk bekerja sama untuk mewujudkan rencana jangka pendek guna mencapai tujuan jangka panjang perusahaan.

Menurut Nafarin (2007:31-35), ”Anggaran dapat diklasifikasikan dari beberapa segi yaitu: segi dasar penyusunan, cara penyusunan, jangka waktu, segi bidang, kemampuan menyusun, segi fungsi, dari segi metode penentuan harga pokok produk dan dari segi klasifikasi pusat biaya”.

a. Dari segi dasar penyusunan

1) Anggaran variabel atau disebut juga dengan anggaran fleksibel adalah anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisaran) kapasitas tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan


(50)

pada tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. Contoh: anggaran penjualan disusun berkisar antara 500 unit sampai 1.000 unit.

2) Anggaran tetap (fixed budget) adalah anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. Contoh: penjualan direncanakan sebanyak 1.000 unit, dengan demikian anggaran lainnya dibuat berdasarkan anggaran penjualan 1.000 unit tersebut. Anggaran tetap disebut juga dengan anggaran stastis.

b. Dari segi cara penyusunan

1) Anggaran periodik (periodic budget) adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu. Pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap akhir periode anggaran.

2) Anggaran kontinu (continuous budget) adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan atas anggaran yang pernah dibuat. Misalnya tiap bulan diadakan perbaikan sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.

c. Dari segi jangka waktu

1) Anggaran jangka pendek (short-range budget) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek. Anggaran jangka pendek disebut juga dengan anggaran taktis.

2) Anggaran jangka panjang (long-range budget) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal merupakan anggaran jangka panjang


(51)

yang disebut dengan anggaran modal (capital budget). Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek. Anggaran jangka panjang disebut juga dengan anggaran strategis.

d. Dari segi bidang

1) Anggaran operasional (operational budget) adalah anggaran untuk menyusun anggaran laba rugi. Contoh: anggaran penjualan, anggaran biaya pabrik, anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik, dan anggaran beban usaha. 2) Anggaran keuangan (financial Budget) adalah anggaran untuk menyusun

anggaran neraca. Contoh: anggaran kas, anggaran piutang, anggaran persediaan, dan anggaran utang

e. Dari segi kemampuan menyusun

1) Anggaran komprehensif (comprehensive budget) adalah rangkaian dari berbagai jenis anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap.

2) Anggaran parsial (partially budget) adalah anggaran yang disusun secara tidak lengkap atau anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja. Contoh: karena keterbatasan kemampuan, maka hanya dapat menyusun anggaran operasional.


(52)

f. Dari segi fungsi

1) Anggaran tertentu (appropriation budget) adalah anggaran yang diperuntukkan bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain.

2) Anggaran kinerja (performance budget) adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi (perusahaan), misalnya untuk menilai apakah biaya (beban) yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas.

g. Dari segi metode penentuan harga pokok produk

1) Anggaran berdasar fungsional (functional based budget) adalah anggaran yang dibuat dengan menggunakan metode penghargapokokan penuh (full

costing) dan berfungsi untuk menyusun anggaran induk atau anggaran

tetap.

2) Anggaran berdasar sifat (characteristic budget) adalah anggaran yang dibuat dengan menggunakan metode penghargapokokan variabel (variable

costing) dan berfungsi untuk menyusun anggaran variabel.

3) Anggaran berdasar kegiatan (activity based budget) adalah anggaran yang dibuat dengan menggunakan metode penghargapokokan berdasar kegiatan

(activity based costing) dan berfungsi untuk menyusun anggaran variabel

dan anggaran induk.

h. Berdasarkan klasifikasi pusat biaya

1) Anggaran biaya teknik yaitu anggaran yang terdiri dari biaya-biaya yang bersifat engineered, yaitu biaya (input) yang memiliki hubungan yang


(53)

jelas dengan outputnya. Anggaran ini digunakan oleh pusat pertanggungjawaban yang outputnya dapat diukur.

2) Anggaran biaya kebijakan merupakan anggaran yang terdiri dari biaya-biaya yang bersifat discretionary, yaitu biaya-biaya (input) yang tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan keluaran. Jenis anggaran ini digunakan oleh pusat pertanggungjawaban yang keluarannya (output) tidak bisa diukur.

2. Organisasi Penyusunan Anggaran

Penyusunan anggaran dalam suatu organisasi biasanya dikoordinasikan oleh komite anggaran dan departemen anggaran. Prosedur penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis informasi masa lalu, lingkungan luar yang diantisipasi, dan SWOT

b. Menyusun perencanaan strategik dan program

c. Mengkomunikasikan tujuan, strategi pokok, dan program d. Memilih taktik, mengkoordinasi, dan mengawasi operasi e. Menyusun usulan anggaran

f. Menyerahkan revisi usulan anggaran

g. Menyetujui revisi usulan anggaran dan merakit menjadi anggaran perusahaan


(54)

h. Revisi dan penetapan final anggaran perusahaan untuk diajukan kepada pimpinan perusahaan, dan pengesahan biasanya dilakukan oleh pemilik perusahaan atau dalam PT pada RUPS

Pengunggulan Pengesahan

Penelahaan dan

Persetujuan

Top-down

Approach Buttom up Approach

Mengajukan Usulan

Rancangan Anggaran

Kompilasi dan

Analisis Penetapan Negosiasi Usulan Kebijakan Pokok Rancangan Anggaran Perusahaan

Penyusunan Anggaran

Gambar 2.3

Struktur Organisasi Penyusunan Anggaran

Sumber: Haruman dan Rahayu (2007:11)

Komite anggaran adalah suatu unit organisasi yang mengkoordinasikan berbagai jenis usulan anggaran dari berbagai pusat pertanggungjawaban untuk kemudian disusun menjadi rancangan anggaran induk. Komite anggaran mempunyai tugas sebagai berikut:

Komite Anggaran

Departemen Anggaran

Manajer Departemen Rapat Umum Pemegang Saham


(55)

a. Merumuskan sasaran anggaran dan kebijakan pokok perusahaan untuk tahun anggaran.

b. Menyampaikan informasi mengenai tujuan dan kebijakan pokok tersebut kepada para manajer pusat pertanggungjawaban.

c. Menelaah rancangan anggaran yang diajukan oleh para manajer pusat pertanggungjawaban.

d. Melakukan negosiasi dengan para manajer pusat pertanggungjawaban mengenai rancangan anggaran yang mereka ajukan.

e. Mengajukan rancangan anggaran final perusahaan kepada dewan komisaris dan rapat umum pemegang saham (RUPS).

f. Menelaah anggaran yang telah disetujui oleh dewan komisaris dan RUPS.

g. Melakukan negosiasi dengan para manajer di pusat pertanggungjawaban mengenai anggaran yang telah disahkan oleh RUPS.

h. Melakukan revisi anggaran, sesuai dengan kebijakan RUPS.

Penyusunan dan pengawasan anggaran memerlukan unit organisasi yang menangani administrasi anggaran. Fungsi ini dipegang oleh departemen anggaran yang mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menerbitkan prosedur dan formulir untuk penyiapan rancangan anggaran setiap pusat pertanggungjawaban.

b. Mengkoordinasikan dan menerbitkan asumsi-asumsi yang dipakai sebagai dasar penyusunan rancangan anggaran perusahaan.


(56)

c. Membantu setiap manajer pusat pertanggungjawaban dalam menyusun rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban.

d. Mengolah rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban menjadi rancangan anggaran induk.

e. Menganalisis rancangan anggaran dan memberikan rekomendasi kepada komite anggaran.

f. Menganalisis realisasi anggaran, menafsirkan hasil-hasilnya dan membuat laporan ringkas mengenai hasil analisanya kepada direksi.

g. Mengadministrasikan proses perubahan dan penyesuaian anggaran perusahaan.

3. Manfaat, Tujuan dan Fungsi Anggaran

Menurut Krisna (2006:81), terdapat sejumlah manfaat yang dapat diperoleh dalam penyusunan anggaran, antara lain:

a. Memaksa manajer untuk membuat rencana, memotivasi manajer untuk mengembangkan arah, meramalkan kesulitan dan mengembangkan kebijakan masa depan.

b. Memberikan informasi sumber daya yang dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.

c. Sebagai standar bagi evaluasi kinerja dan dapat mendorong karyawan untuk berprestasi lebih baik.

d. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi yaitu dengan membiasakan menyusun anggaran yang dilakukan secara bersama-sama oleh sluruh staf sehingga secara tidak langsung menciptakan komunikasi yang efektif dan sekaligus juga memudahkan manajemen untuk melakukan koordinasi atas kegiatan-kegiatan masing-masing bagian yang terpisah dalam mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Haruman dan Rahayu (2007:6), ada beberapa tujuan penyusunan anggaran, antara lain:


(57)

a. Untuk menyatakan harapan/sasaran perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen.

b. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung, dan dilaksanakan.

c. Untuk menyediakan rencana rinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.

d. Untuk mengkoordinasikan cara/metode yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya.

e. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu tidaknya tindakan koreksi.

Menurut Haruman dan Rahayu (2007:5), beberapa fungsi anggaran dalam proses manajemen adalah sebagai berikut:

a. Dibidang perencanaan (planning)

1) Membantu manajemen meneliti dan mempelajari segala masalah yang berkaitan dengan aktivitas yang akan dilaksanakan.

2) Membantu mengarahkan seluruh sumber daya yang ada

diperusahaan dalam menentukan arah atau aktivitas yang paling menguntungkan.

3) Membantu arah atau menunjang kebijaksanaan perusahaan. 4) Membantu manajemen memilih tujuan perusahaan.

5) Membantu menstabilkan kesempatan kerja yang tersedia. 6) Membantu pemakaian alat-alat fisik secara lebih efektif. b. Dibidang Pelaksanaan (coordinating)

1) Membantu mengkoordinir faktor sumber daya manusia dengan perusahaan.

2) Membantu menilai kesesuaian antara rencana aktivitas perusahaan dengan keadaan lingkungan usaha yang dihadapi.

3) Membantu menempatkan pemakaian modal pada saluran-saluran yang menguntungkan sesuai dan seimbang dengan program perusahaan.

4) Membantu mengetahui kelemahan dalam organisasi. c. Dibidang Pengawasan (controlling)

1) Membantu mengawasi kegiatan dan pengeluaran 2) Membantu mencegah pemborosan


(58)

4. Penyusunan Anggaran untuk Pusat Biaya

Semua perusahaan pada umumnya memiliki anggaran karena anggaran

perusahaan berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian perusahaan. Perencanaan melihat ke depan yaitu menetapkan tindakan tertentu dan pengendalian melihat ke belakang yaitu menilai apa yang telah dihasilkan. Dari perbandingan yang dihasilkan maka dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran.

Anggaran (budget) adalah perencanaan keuangan untuk masa depan, anggaran memuat tujuan dan tindakan dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut. Sebelum menyusun anggaran organisasi harus mengembangkan rencana strategis

(strategic plan) yaitu mengidentifikasi strategi aktivitas dan operasi masa depan,

yang biasanya berjangka lima tahun. Keseluruhan strategi diterjemahkan dalam tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan inilah yang menjadi dasar penyusunan anggaran. Jadi anggaran inilah yang merupakan komitmen dari masing-masing pihak dalam perusahaan untuk bekerja sama untuk mewujudkan rencana jangka pendek guna mencapai tujuan jangka panjang.

Pada umumnya dalam suatu perusahaan yang telah cukup besar terdapat tiga pihak utama yang terkait dalam penyusunan anggaran yang terdiri dari komite anggaran, departemen anggaran dan pusat pertanggungjawaban. Komite anggaran adalah suatu unit organisasi yang mengkoordinasikan berbagai jenis usulan anggaran dari berbagai pusat pertanggungjawaban untuk kemudian disusun menjadi rancangan anggaran induk. Departemen anggaran adalah unit organsiasi


(59)

yang menangani administrasi anggaran. Sedangkan pusat pertanggungjawaban adalah suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu.

Penyusunan anggaran dapat dilakukan secara bottom up yaitu penyusunan anggaran yang dimulai dari manajemen level bawah dan selanjutnya diserahkan ke manajemen atas. Penyusunan anggaran secara buttom up dimulai dari tiap-tiap manajer pada level bawah yang mengajukan anggaran biayanya masing-masing. Rancangan-rancangan ini dikombinasikan dan diselaraskan satu sama lain oleh komite anggaran. Komite anggaran kemudian menyampaikan rancangan anggaran final dari tiap-tiap bagian kepada manajemen puncak. Setiap perubahan yang dilakukan terhadap rancangan anggaran tersebut harus dirundingkan dan diberitahukan kepada manajer penyusun anggaran biaya sehingga menciptakan peran serta dan komitmen mereka dalam menciptakan target yang ditetapkan. Penyusunan anggaran juga dapat dilakukan secara top down yaitu anggaran yang disusun oleh manajemen puncak untuk manajemen dibawahnya. Langkah-langkah yang diambil dalam penyusunan anggaran secara top down adalah sebagai berikut:

a. Manajemen puncak mengirim prinsip-prinsip penyusunan anggaran (termasuk tujuan umum perusahaan) ke masing-masing bagian serta membentuk komite anggaran jika belum memiliki komite.

b. Masing-masing bagian menyusun anggaran operasional (rencana laba) dimulai dengan membuat anggaran penjualan.


(1)

network. Tapi dalam penerapannya, sistem komputerisasi ini sering juga terjadi human error. Perusahaan juga telah menetapkan kode perkiraan untuk mencatat setiap transaksi yang terjadi. Jadi setiap unit kerja dapat mengetahui dengan jelas perkiraan-perkiraan mana yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan adanya sistem komputerisasi dan kode perkiraan ini memungkinkan informasi yang dihasilkan lebih berkualitas dan dapat meningkatkan efektivitas pekerjaan karena merupakan aplikasi multi user.

c. Penyusunan anggaran PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Divisi Regional I Sumatera menggunakan sistem bottom up yaitu penyusunan anggaran yang dimulai dari manajemen level bawah dan selanjutnya diserahkan ke manajemen atas. Tapi dalam penyusunan anggaran biaya, proses penyusunan anggaran untuk pusat biaya teknik dan pusat biaya kebijakan adalah sama, dimana proses penyusunan anggaran tersebut seharusnya dibedakan karena sifat keluarannya berbeda. Perusahaan juga telah memiliki komite anggaran dan koordinator anggaran yang merupakan syarat utama dalam penyusunan anggaran yang baik.

d. Laporan pertanggungjawaban yang merupakan bagian dari laporan intern dikeluarkan oleh masing-masing bagian baik berupa laporan bulanan, triwulan dan tahunan telah mencerminkan adanya laporan pertanggungjawaban dari tiap-tiap manajer. Laporan kinerja ini disajikan dengan membandingkan target anggaran dengan realisasi


(2)

anggaran, sehingga melalui rasio dalam bentuk persentase dapat diketahui berapa persentase penyimpangannya..

e. Pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan ini tidak hanya diukur kinerjanya dengan menggunakan tolok ukur keuangan saja, namun masih ada tolok ukur nonkeuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja pusat pertanggungjawaban perusahaan dari berbagai dimensi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan melihat keadaan yang ada di perusahaan, penulis mencoba untuk memberikan saran-saran yang mungkin berguna bagi pimpinan PT Telekomunikasi Indonesai, Tbk. Divisi Regional I Sumatera. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Berhubung karena perusahaan menerapkan sistem komputerisasi dengan software SAP (System Aplication Product) dalam sistem pelaporan pusat biaya, maka diperlukan kursus-kursus pelatihan yang komprehensif mengenai komputer dan prosedur aplikasi SAP secara berkala untuk tujuan penyegaran pengetahuan dan meminimalisasi human error.

2. Sebaiknya proses penyusunan anggaran untuk pusat biaya teknik dan untuk pusat biaya kebijakan dibedakan karena sifat keluarannya berbeda, sehingga target anggaran dapat tercapai dengan baik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan dan Yunita Anggarini, 2007. Anggaran Bisnis, Cetakan Pertama, Penerbit UPP STIMYKPN, Yogyakarta.

Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan, 2005. Management Control System, Penerjemah F.X. Kurniawan Tjakranadi, Edisi Sebelas, Buku 1, PT Salemba Empat, Jakarta.

Bustami, Bastian dan Nurlela, 2006. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Blocher, Edward J., Chen, Khung H., Gary, Cokins., Thomas W. Lin, 2007. Manajemen Biaya, Edisi Ketiga, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Carter, William K dan Milton F. Usry, 2006. Akuntansi Biaya, diterjemahkan oleh

Krista, Edisi Ketiga Belas, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

_________, 2005. Akuntansi Biaya, diterjemahkan oleh Krista, Edisi Ketiga Belas, Buku 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Penerbit USU Press, Medan.

Garrison, Ray H., Eric W Noreen dan Peter C. Brewer, 2006. Akuntansi Manajerial, Edisi sebelas, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

_________,2007 Akuntansi Manajerial, Edisi sebelas, Buku 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2004. Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Manajer, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen, 2006. Akuntansi Manajemen, Edisi Tujuh, Buku 1, PT Salemba Empat, Jakarta.

________, 2005. Akuntansi Manajemen, Edisi Tujuh, Buku 2, PT Salemba Empat, Jakarta.

Haruman, Tendi dan Sri Rahayu, 2007. Penyusunan Anggaran Perusahaan, Edisi Kedua, Penerbit Graha Ilmu, Bandung.

Krisna, Armila, 2006. Akuntansi Manajemen, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.


(4)

Mulyadi, 2006. Alternatif Pemacuan Kinerja Personel Dengan Pengelolaan Kinerja Terpadu Berbasis Balanced Scorecard, BPFE-UGM, Yogyakarta. Nafarin M, 2004. Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, PT Salemba Empat,

Jakarta.

________, 2007. Penganggaran Perusahaan, Edisi ketiga, PT Salemba Empat, Jakarta.

Rudianto, 2006. Akuntansi Manajemen Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Manajemen, Edisi Pertama, PT Grasindo, Jakarta.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, Penerbit CV Albeta, Bandung.

Supriyono, R.A, 2005. Sistem Pengendalian Manajemen, Buku Dua, Edisi Revisi, BPFE-UGM, Yogyakarta.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi jurusan akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, Medan.


(5)

(6)

Lampiran II

Sumber : PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk