9
mengikat maksimal dua molekul besi. Besi yang terikat pada transferin akan diikat oleh reseptor transferin yang terdapat pada permukaan sel,
terutama sel normoblas, kompleks transferin dan reseptor transferin akan terlokalisir pada suatu cekungan yang dilapisi oleh klatrin, cekungan ini
mengalami invaginasi sehingga membentuk endosom, menyebabkan perubahan konformasional dalam protein sehingga melepaskan ikatan besi
dengan transferin. Besi dalam endosom akan dikeluarkan ke sitoplasma dengan bantuan DMT1, sedangkan ikatan apotransferin dan reseptor
transferin mengalami siklus kembali ke permukaan sel sehingga dapat dipergunakan kembali.
2.8 Mekanisme regulasi absorbsi besi
Ada tiga mekanisme dalam regulasi absorbsi dalam usus yaitu
3
: 1. Regulator dietetik
Absorbsi besi dipengaruhi oleh kandungan besi di dalam diet. Diet dengan bioavabilitas tinggi, yaitu mengandung besi heme besi dari sumber
hewani, serta adanya faktor enhancer akan meningkatkan absorbsi besi. Sedangkan diet dengan bioavabilitas rendah, yaitu mengandung besi non-
heme besi yang berasal dari sumber nabati, dan banyak mengandung inhibitor akan mengalami persentase absorbsi besi yang rendah.
2. Regulator simpanan Penyerapan besi juga diatur melalui besarnya cadangan besi dalam tubuh.
Penyerapan besi akan rendah jika cadangan besi tinggi, sebaliknya apabila cadngan besi rendah maka absorbsi besi akan ditingkatkan.
3. Regulator eritropoetik Absorbsi besi berhubungan dengan kecepatan eritropoesis. Erytropoietic
regulator mempunyai kemampuan regulasi absorbsi besi yang lebih tinggi dibandingkan stores regulator.
2.9 Klasifikai derajat defisiensi besi
Dilihat dari derajat beratnya kekurangan besi di dalam tubuh, dapat debedakan 3 keadaan, yaitu
3
: 1. Deplesi besi iron depleted state , yaitu bila cadangan besi turun tetapi
penyediaan besi untuk eritripoesis belum terganggu.
10
2. Eritripoesis defisiensi besi iron deficient erythropoesis , yaitu bila cadangan besi dalam keadaan kosong, penyediaan besi untuk eritropoesis
terganggu namun belum timbul anemia secara laboratorik. 3. Anemia defisiensi besi, yaitu bila cadangan besi yang kosong dengan
disertai anemia secara laboratorik. Dengan demikian jelas bahwa anemia defisiensi besi merupakan derajat
kekurangan besi tahap lanjut.
2.10 Etiologi anemia defisiensi besi
Penyebab anemia defisiensi besi antara lain : 1 rendahnya asupan besi, 2 gangguan absorbsi, 3 kehilangan besi akibat perdarahan yang menahun.
Perdarahan dapat berasal dari saluran cerna akibat dari tukak peptik, penggunaan salisilat atau NSAID, kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid dan infeksi cacing tambang. Selain itu perdarahan dapat pula berasal dari saluran genitalia pada perempuan yaitu akibat
menorhagia atau metrorhagia dan hematuria. - Faktor nutrisi, akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau
kualitas besi bioavabilitas besi yang tidak baik makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging .
- Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan.
- Gangguan absorbsi besi : gastrektomi, kolitis kronik.
3
2.11 Gejala anemia defisiensi besi